Topswara.com -- Rasanya, tiada hari tanpa penistaan. Belum reda kemarahan umat Islam akibat ulah buzzerRp yang memelesetkan kata khilafah, kini Menteri Semua Agama berulah. Yaqut Cholil Quomas baru-baru ini menyebut Islam adalah agama pendatang di Indonesia.
Di sebuah podcast milik seorang public figure ia mengatakan bahwa Islam adalah agama Bangsa Arab dan Islam adalah “Agama Pendatang” di negeri ini. Sontak, pernyataan Menag mendapatkan banjir kritikan, baik dari netizen maupun ulama, salah satunya Habib Rizieq Shihab (HRS).
Beliau menampik bahwa tidak benar bahwa Islam itu agama Bangsa Arab. Islam adalah agama langit yang diturunkan oleh Allah, lanjutnya. HRS berpesan agar jangan sombong dengan menyebut Islam pendatang. Tidak!, tegasnya sebagaimana dikutip dari unggahan video Twitter @z4r4h.
Dalam video berdurasi dua menit lima belas detik yang diunggah di akun Twitter @Cimol_Moza, HRS menjelaskan, “Islam itu agama langit, diturunkan oleh Allah. Jadi, jangan mengerdilkan Islam dengan mengatakan bahwa Islam itu agama Arab. Kata "pendatang" lebih tepat untuk menyebut ras atau etnis. Misalnya orang Arab di Indonesia pendatang, orang Cina di Indonesia pendatang. Tetapi Islam, bukan pendatang, saudara, tukasnya.
HRS berargumen bahwa Islam datang dari Allah SWT di atas muka bumi dan bumi ini adalah milik Allah. Jika kata "pendatang" ditujukan pada agama, hal itu dinilainya tidak tepat. Dan hal ini berbahaya sekali karena ingin mengecilkan peran Islam. HRS menyebut bahwa Menag ingin bermain kata-kata.
Memang, kehidupan dunia di bawah atmosfer sekularisme seperti hari ini berselimut islamofobia. Ajaran Islam, aktivisnya, ulamanya, hingga simbol-simbolnya, tak pernah sepi dari stigma negatif, bahkan hal itu dilakukan oleh orang-orang yang mengaku Muslim.
Kondisi ini menunjukkan kepada kita bahwa sekularisme adalah ‘akidah’ Barat yang ditempatkan secara sengaja oleh musuh-musuh Islam untuk mengeliminasi Islam beserta pengaruhnya dalam kancah kehidupan sehari-hari.
Musuh-musuh Islam menghendaki umur panjang pada peradaban rusak yang mereka bangun dan tak menginginkan Islam kembali memimpin dunia dengan syariat langit. Karenanya, mereka meminjam tangan dan lisan follower mereka dari kalangan umat Islam untuk bermain narasi menyesatkan. Tujuannya adalah agar umat islam memandang agama ini dengan pandangan yang asing bahkan merasa insecure jika dianggap ‘islami’. Atau umat Islam memandang bahwa semua agama itu sama saja karena bertujuan pada Tuhan yang sama, hanya caranya saja yang berbeda-beda. Naudzubillah.
Sungguh, narasi Menag soal Islam ‘agama pendatang’ nampaknya harus direvisi. Faktanya, Islam yang menekankan pada tauhid adalah agama yang paling awal lahir. Sejak Nabi Adam a.s berlanjut kepada Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yakub, dan anak cucunya. Hal ini dapat dilihat pada sejumlah ayat-ayat Al-Qur’an.
Redaksi "Wa nahnu lahu muslimuun”, misalnya, yang terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 136, "Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya." Jadi, Islam itu agama asli, agama fitrah yang ‘lisensi’nya dari pemilik bumi untuk penduduk bumi sejak awal penciptaannya.
Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah untuk seluruh umat manusia hingga hari kiamat yang akan datang. Sehingga, Islam bukanlah ‘pendatang’ bagi bangsa dan negeri manapun di bumi ini. Islam memang mula-mula turun di Jazirah Arab, sebagai titik awal. Seiring perintah dakwah, Islam tersebar ke berbagai ras, etnis, bangsa, dan seluruh negeri, melintasi benua dan samudera hingga sampailah ke bumi Nusantara.
Islam adalah agama langit yang membumi bersama masyarakat di manapun ia berada. Sejarah mencatat hal itu dengan tinta emas. Penaklukan Islam ke negeri-negeri yang dahulunya belum Islam adalah dalam rangka misi tauhid. Membebaskan penduduknya dari penghambaan kepada kurafat dan kepada sesama makhluk, menuju penghambaan hanya kepada Allah SWT.
Sungguh patut direvisi narasi yang menyebut Islam adalah pendatang sehingga harus dinusantarakan, diIndonesiakan. Sebab narasi ini berseberangan dengan apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. ketika mendapatkan perintah dakwah. Rasulullah SAW. bersabda: “Sungguh perkara ini akan sampai ke seluruh dunia sebagaimana malam dan siang. Allah tidak akan membiarkan satu rumah pun baik di kota maupun di desa kecuali Allah akan memasukkan agama ini dengan kemuliaan yang dimuliakan atau kehinaan yang dihinakan: kemuliaan yang dengannya Allah memuliakan Islam dan kehinaan yang dengannya Allah menghina-dinakan kekufuran.” (HR Ahmad no: 16344 dan al-Baihaqi dalam Sunan al-Kubra).
Sangat disayangkan jika ada pejabat publik di negeri mayoritas Muslim bernarasi sempit dan terjebak pada ego-wilayah. Bayangkan, jika bukan karena peran juru-juru dakwah Islam, mungkin rakyat negeri ini masih berada pada era jahiliyah animisme dan dinamisme serta kekufuran lainnya. Jika bukan karena peran wali songo, utusan khalifah di pusat kekhalifahan Islam, mungkin kita tidak akan mengenal Resolusi Jihad dari Hadratu Syaikh Hasyim Asy’ari dalam rangka mengusir kolonial dari bumi Indonesia.
Ingatlah bahwa jihad adalah ajaran Islam untuk melawan kekufuran. Dan resolusi jihad adalah implementasi perintah langit kepada penduduk bumi untuk melawan kekufuran agar sirna. Pilihannya hanya dua, menang atau mati syahid. Ini adalah opsi tertinggi dalam rangka misi beribadah kepada Allah. Sungguh sangat besar peran Islam dalam memerdekakan bangsa ini dari penjajahan, namun hari ini peran tersebut berusaha untuk dikerdilkan seorang pejabat publik melalui sebuah narasi menggelikan. Wallahua’lam bissawwab.
Oleh: Pipit Agustin
Sahabat Topswara
0 Komentar