Topswara.com -- Berbagai permasalahan terus melanda negeri ini. Mulai dari ekonomi, moral, kesehatan, kriminalitas dan lain sebagainya, hingga kini belum kunjung menemukan solusi. Tidak terkecuali masalah yang menimpa para peternak sapi yang mengalami penurunan populasi secara drastis, hal itu ditengarai akibat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Penyakit yang menyerang mulut dan kuku pada hewan ternak sapi ini telah melanda negeri sejak beberapa bulan lalu, tepatnya menjelang hari raya idul Adha. Kasus tersebut tidak hanya berdampak pada penurunan jumlah hewan kurban saja tetapi juga mengakibatkan anjloknya produksi susu sapi.
Menurut Teguh Boediyana selaku Ketua Umum Komite Pendayagunaan Pertanian (KKP), bahwa di Pangalengan, sebagai salah satu daerah penghasil susu segar di Jabar, hampir 6000 ekor tertular dan produksi menurun, biasa 75 ton sekarang 45 ton, tinggal 50 persen," (CNBC Indonesia, Senin 4/7/2022).
Padahal kebutuhan susu nasional saat ini mencapai 4,4 juta ton per tahun, sementara produksi susu segar dalam negeri baru mencukupi 21 persen saja dari kebutuhan. Akibatnya, pemerintah melakukan impor susu hingga 80 persen. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri BUMN, Erick Thohir dalam kunjungan kerja di Amsterdam beberapa waktu lalu.
Tentu ini merupakan permasalahan yang harus segera diselesaikan agar tidak menimbulkan permasalahan baru. Dilakukannya impor susu dalam skala besar, akan menjadi ancaman bagi para peternak sapi lokal. Belum lagi masalah wabah PMK usai, masalah lain pun mulai membayangi dan menambah beban mereka.
Untuk itu diperlukan keseriusan pemerintah dalam menangani masalah ini. Jika tidak, maka akan terjadi impor susu yang lebih besar lagi yang akan berdampak pada nasib para peternak sapi kecil maupun besar.
Penanganan tersebut tidak hanya cukup sebatas melimpahnya produksi saja, tetapi juga harus memperhatikan ketersediaan hewan ternak itu sendiri, vaksin, pengelolaannya, pakan, hingga padang gembalaan pun tidak boleh luput dari perhatian. Dengan begitu, para peternak akan mampu meningkatkan produktivitas hewan ternaknya dan menghasilkan kualitas yang baik dan dapat memenuhi kebutuhan konsumsi serta produksi dalam negeri.
Sistem kapitalisme yang saat ini mendominasi terbukti gagal memberi solusi, alih-alih memberdayakan potensi yang dimiliki, pemerintah justru melakukan impor besar-besaran demi memenuhi kebutuhan industri.
Kebijakan tersebut sarat dengan aroma kapitalisasi, lebih menguntungkan para korporasi. Padahal seharusnya, upaya yang dilakukan ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan yang melingkupi sektor peternakan nasional.
Lain halnya dengan Islam, sistem ini akan memberikan solusi ideologis yang akan mampu menyelesaikan problematika umat tanpa menimbulkan permasalahan lain. Karena dalam Islam, seorang pemimpin bertanggung jawab penuh terhadap urusan rakyatnya, sesuai sabda Rasulullah SAW. "Imam/Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang diurusnya." (HR. Muslim dan Ahmad)
Maka sudah seharusnya para pemimpin dalam sistem Islam mengerahkan seluruh kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya, menjamin ketersediaan pangan dan memperhatikan gizi setiap individu tanpa mengesampingkan masalah-masalah yang dihadapi para peternak.
Akan tetapi, seluruh solusi hanya akan terlaksana sempurna dalam naungan sebuah sistem kepemimpinan Islam yang akan menerapkan hukum Allah secara sempurna di setiap aspek kehidupan.
Wallahu a'lam bishawab
Oleh: Euis Purnama Sari
Sahabat Topswara
0 Komentar