Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Iman Dahulu atau Hidayah? Begini Penjelasan Ustaz Omar Suleiman


Topswara.com -- Agar tidak salah dalam memahami konsep apakah iman terlebih dahulu yang harus dihadirkan atau menunggu hidayah datang, Ustaz Omar Suleiman mengatakan bahwa imanlah yang datang pertama kali dalam diri manusia kemudian hidayah. 

“Manakah yang harus lebih dahulu ada, iman atau hidayah? Jika Anda berpikir tentang ini, Anda membutuhkan keyakinan yang sama pada keduanya agar tidak salah. Setiap saat Allah SWT menyebutkan iman dan hidayah (iman wa huda) dalam Al-Qur’an dalam ayat yang sama. Allah SWT menyebutkan keduanya dalam urutan  bahwa iman datang pertama kali kemudian hidayah,” jelasnya dalam video singkat berjudul Guidance After Iman, Omar Suleiman, di kanal YouTube Islamic Reminder, Kamis (20/10/2022). 

Menurut Ustaz Omar, hidayah adalah petunjuk yang harus selalu digunakan setiap waktu, juga selalu dibaca. Dan hidayah merupakan perintah Allah SWT.

Selanjutnya ia menyampaikan, Allah SWT meletakkan iman kepada seseorang kemudian memberikan hidayah (petunjuk) sebagai jawabannya. Sehingga imanlah terlebih dahulu yang hadir. Ketika seseorang meletakkan keimanannya kepada Allah SWT, maka Allah SWT akan membimbingnya untuk menemui hidayah. 

“Allah SWT berfirman bahwa Dia menunjukkan manusia dengan iman. Jadi, iman muncul sebelum hidayah. Ketika seseorang memiliki iman atau meletakkan keimanan kepada Allah SWT, maka hidayah akan datang dengan bimbingan-Nya. Atau seperti firman Allah SWT dalam ayat lain disebutkan, man yu’min billah, man yahdil qalba (barangsiapa yang percaya pada Allah, Allah akan menunjuki hatinya)," jelas Ustaz Omar. 

Ustaz Omar Suleiman mengatakan bahwa sangatlah penting untuk memahami urutan tersebut. Alasannya karena banyak orang sering bertanya mana petunjuk (hidayah) untuk hidupnya. Mereka ingin agar Allah SWT membuka dan menunjukkan jalan hidayah tersebut. 
 
Sementara, diri sendiri belum sepenuhnya diserahkan kepada Allah SWT. Belum meletakkan keyakinan yang totalitas kepada-Nya. Padahal, jika seseorang telah melakukan hal tersebut, maka Allah SWT akan menuntun jalan sampai kepada hidayah. 

“Jadi, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, dan sungguh Allah SWT  menjadikan kecintaan terhadap iman padamu bukan hanya di hatimu, tetapi Dia memperindah hatimu itu dengan iman. Dan Dia juga menjadikan benci kepadamu terhadap kekufuran dan menetap pada ketidakpatuhan menjadi bagian dari dosa besar. Kemudian Allah SWT juga berfirman bahwa sungguh mereka adalah orang-orang yang mendapatkan bimbingan,” bebernya. 

Lebih lanjut ia mengatakan, ada salah satu istilah spesifik dalam term Arab untuk menyebutkan petunjuk yaitu rusyd. Jika disadari, rusyd yang dimaksud salah satunya adalah para khalifah (masa kekhilafahan) yang ditunjuk oleh Nabi SAW yaitu Khulafaur Rasyidin yang dekat dengan Nabi SAW hingga nanti datangnya Mahdiyin. 

Khulafaurrasyidin dan khalifah setelahnya, mereka semua berjalan di atas kebenaran. Itulah maksud dari rusyd yang bisa diambil setelah keimana itu hadir melalui intelektualitas yang ditunjuki menuju keimanan pada diri seseorang. 

Rusyd ada sebagai pembimbing dalam beramal. Jadi, rusyd itu ibarat rumus yang lebih intensif dari hidayah. Dan sebagai pembimbing yang bisa meningkatkan keimanan. Dengan kata lain, seseorang yang meletakkan keimanannya kepada Allah SWT dan menundukkan dirinya dan meminta kepada Allah.

Bukan hanya untuk keselamatan di hari kemudian, tetapi Allah juga memberikan izin mencari atau meraih keuntungan di dunia yang mempekuat keimanan, yang akan meningkatkan iman lalu Allah SWT akan menjaminnya. 

Omar mengatakan bahwa setiap orang harus bertanya pada dirinya adakah menghasilkan langkah yang mendatangkan petunjuk. Atau sudah mampu mengarahkan hatinya hanya untuk rasanya berserah diri. 

Setiap orang harus memiliki komitmen yang serius kepada Allah SWT untuk mendapatkan jalan keimanan bagi dirinya. Jika benar-benar mencari bahwa iman kepada Allah SWT. 

“Dari sini kita bisa mengambil doa dari Nabi SAW yang mengajarkan kita untuk mengatakan, Allah mahabbin ilainal iman wazayyinhu fii qulubina. Wakarrih ilainalkufro walfusuuqa wal’isyana, waja’alna minarrasyidin," pungkasnya.[] M. Siregar
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar