Topswara.com -- Definisi manusia sebagai makhluk sosial sudah sering kita dengar. Karena dalam realitas hidup, manusia pasti saling membutuhkan antar satu dan lainnya. Buat kita yang sudah memiliki atau yang sedang berupaya untuk membangun lingkungan pertemanan dalam taat semoga tetap semangat. Namun kita juga harus selalu berhati-hati agar jangan sampai terjebak dalam toxic friendship.
Toxic friendship menurut _Counselor Development Center Farra Anisa Rahmania dalam acara Go Out of Toxic Friendship Zone, yaitu hubungan pertemanan yang buruk ibarat racun yang bisa menghancurkan mental seseorang. Seiring waktu itu akan menjadi racun buat diri kita sendiri dan sebenarnya toxic itu hadir dalam banyak hubungan mulai dari keluarga, teman bahkan di lingkungan kerja.
Siapa saja yang hidup dalam sistem kapitalisme kemungkinan besar akan mengalami hal tersebut. Kita harus ingat, kalau kita hidup dalam sebuah sistem masyarakat sekuler, di mana standarnya bukan halal dan haram, tetapi suka dan tidak suka.
Selama dia suka, maka perbuatan apapun sah saja dia lakukan. Jadi, bukan hanya orang asing jahat saja yang toxic bahkan teman pun bisa menjadi toxic. Jadilah serba salah dan membingungkan. Diam dirumah saja, butuh teman. Mau keluar bersosialisasi takut ketemu teman yang toxic.
Perlu dipahami bahwa toxic friendship ini tidak hanya muncul dari perilaku buruk individu tertentu dan dukungan masyarakat sekuler, tetapi bisa juga didukung dan dipupuk oleh masyarakat kapitalis, yaitu masyarakat yang hanya mengutamakan asas manfaat dan maunya sendiri termasuk manfaat dalam lingkup pertemanan. Parahnya, manfaat ini ukurannya adalah materi. Kalau terus seperti ini lalu bagaimana pertemanan bisa mendatangkan ketaatan?
Jika ingin kondisi tersebut berakhir, maka kita butuh melakukan perubahan hakiki yang dapat menyelamatkan manusia dari maraknya toxic friendship. Solusinya adalah dengan mengganti sistem hidup kapitalisme dengan sistem Islam yang berasal dari Allah SWT yang Maha Sempurna.
Islam memandang bahwa pertemanan adalah dalam rangka meningkatkan ketakwaan dan juga menambah bekal untuk kehidupan akhirat. Jadi, harus ada aturannya bagaimana pertemanan dalam taat.
Rambu-rambunya berupa ketentuan syariat yang harus ditaati diantaranya sebagai berikut, pertama, dalam jalinan pertemanan harus saling mengingatkan dalam kesabaran dan ketakwaan. Kedua, mampu mengajak pada perkara yang benar, tidak diperbolehkan sebaliknya. Saling mensupport, membantu, mendoakan dalam kebaikan.
Islam yang sempurna ini hanya dapat terealisasi apabila diterapkan secara kaffah dalam bingkai khilafah, yaitu institusi penerapan syariat Islam yang diwariskan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat.
Peran strategis khilafah dalam mengatur kehidupan sangat unik dan epic. Dimulai dari sistem pendidikannya yang berasaskan akidah Islam yang menjadikan individu dan masyarakatnya berkepribadian Islam.
Masyarakat dalam Islam juga merupakan masyarakat yang Islami, peduli dan berdedikasi tinggi terhadap amar makruf nahi mungkar hidup di tengah masyarakat Islam. Sehingga mampu menjaga individu dan masyarakat dari hubungan dan interaksi yang buruk seperti toxic friendship dan yang sejenisnya.
Media yang ada, akan dikontrol oleh negara. Khilafah akan memastikan bahwa konten maupun tayangan yang ditampilkan media berjalan untuk mengedukasi umat dan sosial media digunakan sebagai ladang untuk membangun opini Islam. Jadi, opini Islam mampu memimpin di tengah-tengah masyarakat. MasyaAllah, begitu terjaganya kehidupan masyarakat dalam bingkai khilafah Islamiyah. Tidakkah kita merindukannya?
Oleh: Nabila Zidane
Analis Mutiara Umat Institute
0 Komentar