Topswara.com -- Pemberitaan tentang kekerasan dalam rumah tangga seakan tak pernah berhenti. Kali ini tentang seorang suami yang membunuh istri dan menyiksa anak kandungnya dengan sadis. Kejadian tragis ini terjadi di Tapos, Depok, Jawa Barat (liputan6.com, 1/11/2022).
Pelaku yang juga aparatur sipil negara ini, tega menganiaya istri hingga terluka parah. Juga menyiksa anaknya yang berusia 13 tahun, hingga tewas. Diduga tragedi ini dimulai dengan pertengkaran suami istri, yang dipicu oleh sang suami, yang terlalu sering pulang malam, bahkan pulang dini hari. Selain itu, sang suami pun diduga mengkonsumsi narkoba. Memprihatinkan.
Peristiwa suami yang tega menyakiti istrinya pun terjadi di Pangkalan Jati, Cinere, Depok. Tanpa ragu, seorang suami memukuli istrinya di hadapan umum. Kejadian ini pun disaksikan anaknya yang masih balita dan warga sekitar yang melintas (beritasatu.com, 6/11/2022). Akhirnya peristiwa ini direkam oleh salah satu warga yang melintas. Hingga viral dan menuai sorotan para netizen.
Kejadian semacam ini terlalu sering kita dengar akhir-akhir ini. Kekerasan suami terhadap istri, atau kekerasan ayah terhadap anaknya. Suami atau ayah, seharusnya selalu menunjukkan rasa kasih dan sayang kepada seluruh anggota keluarga. Namun, kini rasa itu seolah sirna. Hingga hilanglah fungsi kepemimpinan seorang pria (suami/ayah). Tentu semua tragedi ini ada penyebabnya.
Salah satu penyebab sikap tak terpuji sang suami, bisa jadi karena beban hidup yang sangat berat. Beban berat yang terus dipikulnya, membuatnya frustasi dan hilang akal. Namun, bisa jadi karena gaya hidup yang begitu hedonis. Atau tuntutan yang terlalu tinggi dari lingkungan, keluarga, atau bahkan komunitas pergaulan.
Dalam kehidupan rumah tangga, suami dan istri adalah pemeran utama. Keduanya harus saling menjaga peran. Tak saling tuduh, saling memojokkan. Namun sistem hari ini menciptakan berbagai kecacatan berpikir. Suami yang dipenuhi berbagai tuntutan, mencoba memenuhi semua kebutuhan dengan jalan yang tak selayaknya. Karena merasa terhimpit keadaan.
Sementara sang istri, kebanyakan disibukkan oleh pekerjaan, yang bukan menjadi kewajibannya, di luar rumah. Akhirnya, anak-anak terbengkalai dan tak terurus. Pendidikan pun terabaikan. Hingga akhirnya bangunan rumah tangga pun dipertanyakan keutuhannya.
Dan segala permasalahan yang muncul ini sebagai akibat dari pengaturan hidup yang salah. Tak lain, inilah buah dari sistem sekulerisme liberalisme yang kapitalisme. Sistem sekulerisme, meniadakan aturan agama dalam pengaturan kehidupan. Ditambah gaya liberal ala Barat, yang menjadikan hidup bebas yang kebablasan. Diperparah lagi dengan sistem yang kian kapitalisme, materialistis. Segala perbuatan distandarkan pada keuntungan materi. Tak peduli halal haram. Yang terpenting segala kebutuhan dan keinginan terpuaskan. Tanpa ada kendali.
Buruknya sistem hari ini melahirkan mental illness yang tak bisa hadapi masalah kehidupan. Minimnya pemahaman tentang akidah Islam. Tak mengerti hakikat kehidupan, dari mana kita berasal, akan melakukan apa di dunia dan akan kemana setelah kematian.
Inilah masalah sistemis yang terus dijumpai masyarakat. Bukan sekedar masalah pribadi. Karena segala pencetusnya adalah akibat buruknya sistem. Solusi yang dibutuhkan pun solusi sistemis. Bukan parsial. Bukan pula solusi tambal sulam.
Islam menetapkan para pria sebagai "qawwam", yaitu pemimpin bagi kaum wanita. Tarbiyah (pendidikan) bagi para istri pun ada dalam genggaman sang suami. Jika istri melakukan kesalahan, wajib diingatkan dengan ketegasan tanpa adanya kekerasan. Inilah yang ditekankan dalam syariat Islam.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Maha Tinggi, Maha Besar."
(QS. An-Nisa': 34)
Saat suami mengetahui peran dan porsinya dalam biduk rumah tangga, tentu semua anggota akan selalu dijaga sepenuh hati dengan dasar ketaatan pada Allah SWT. Inilah bentuk pemahaman yang harus dibentuk.
Islam-lah satu-satunya sistem yang menyelesaikan segala masalah yang menimpa hari ini. Segala masalah ini muncul karena hilangnya junnah (perisai) bagi umat. Umat terbebani segala masalah berat. Yang harus ditanggung sendiri.
Padahal seharusnya negara berperan sebagai junnah/ perisai yang mengayomi seluruh kebutuhan rakyatnya. Menjaga akidahnya. Hingga terciptalah pemahaman bahwa hidup adalah proses beribadah hanya kepada Allah SWT. Menjadikan hubungan antara suami, istri dan anak sebagai ladang ibadah untuk saling menjaga dunia akhirat.
Wallahu 'alam.
Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor
0 Komentar