Topswara.com -- Kemaksiatan yang memang dirancang oleh musuh-musuh Islam untuk menghancurkan pemuda pun masif dilakukan. Berbagai hajatan yang berbau kemaksiatan gencar diadakan. Salah satu contoh hajatan yang membuat heboh bahkan hampir memakan korban yaitu Konser Dendang Bergoyang yang diselenggarakan di Istora Senayan, Jakarta Pusat akhirnya dihentikan pihak kepolisian pada Sabtu, 29 Oktober 2022 karena over kapasitas. Panitia penyelenggara pun tengah diperiksa pihak kepolisian. Dan selain memeriksa panitia penyelenggara, pihak kepolisian juga tengah menyelidiki indikasi adanya minuman keras.
Pihak kepolisian menyatakan telah menegur pada hari pertama terkait kapasitas penonton yang berlebihan dan pada hari kedua pelaksanaan, terjadi kelebihan kapasitas sehingga banyak pengunjung yang pingsan akibat berdesak-desakan dan pada saat yang bersamaan penonton semakin membludak dan saling dorong mendorong agar bisa masuk yang mengakibatkan sejumlah penonton jatuh pingsan. Dan puncaknya padahari Sabtu pukul 22.00 WIB penonton sangat penuh dan dinilai sangat membahayakan maka pihak kepolisian menghentikan acara tersebut dan polisi juga memutuskan tidak mengizinkan panitia menggelar acara pada hari ketiga.
Ironis memang aparat pemerintah baru mempermasalahkan dan menghentikan acara ketika sudah nampak nyata adanya kekacauan. Seharusnya aparat sudah bisa melakukan mitigasi acara, apalagi diketahui adanya penjualan tiket over kapasitas. Ditambah lagi acara tersebut jelas disertai dengan kemaksiatan, seperti adanya minuman keras, campur baur laki-laki dan perempuan.
Pemberian ijin untuk acara yang tak membawa manfaat terhadap pembentukan karakter generasi sebagai pilar peradaban cemerlang, menunjukkan pemerintah benar-benar tidak memiliki perhatian terhadap pembangunan manusia khususnya generasi muda dan tak paham bahwa ini adalah agenda musuh-musuh Islam. Apalagi bila dibandingkan dengan pelarangan acara hijrahfest Surabaya beberapa waktu yang lalu yang justru untuk menguatkan kepribadian generasi muda.
Pemberian ijin acara yang bernuansa kemaksiatan dengan sasaran pemuda selalu berulang meski terkadang harus dihentikan ditengah jalan. Hal ini semakin menunjukkan bahwa negara ini memang abai terhadap kondisi pemuda calon pemimpin masa depan.
Di tengah berbagai gempuran yang sudah ada yang melanda pemuda saat ini, seperti serangan 3F (Fashion, Food, Fun). Tentu hal ini berkebalikan dengan penguasa dalam Islam. Di mana penguasa memiliki perhatian besar terhadap generasi muda dan senantiasa memberikan lingkungan kondusif demi terbentuknya generasi berkualitas yang taat pada Allah.
Maka penguasa secara tegas akan melarang acara-acara remaja yang akan menghantarkan kepada kemaksiatan. Negara akan memberikan dukungan sepenuhnya terhadap acara yang ditujukan untuk melakukan pembinaan pemuda dan dapat meningkatkan ketaqwaannya. Bahkan negara memberikan berbagai kemudahan dan fasilitas sepenuhnya demi terwujudnya acara tersebut. Jadi, selama kita masih hidup di bawah aturan kapitalisme maka pemuda akan selalu menjadi sasaran kemaksiatan. Dan negara akan membiarkannya secara. Umat harus menyadari hal ini dan bangkit untuk menegakkan syariat Islam dalam seluruh sendi kehidupan.[]
Oleh: Zulia Adi K, S.E.
Aktivis Muslimah
0 Komentar