Topswara.com -- Pemerintah sedang giat-giatnya menggalakkan pendidikan vokasi, dengan harapan lulusan dari pendidikan vokasi langsung kerja.
Dilansir Antara news.com (31/10/2022) Pemerintah terus mendorong peningkatan sumber daya manusia (SDM) dan pengembangan pendidikan vokasi guna mencapai pembangunan yang inklusif dan merata di seluruh wilayah Indonesia.
Dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Senin, upaya ini dilakukan dalam rangka memanfaatkan momentum bonus demografi di Indonesia, dimana saat ini memiliki 70 persen penduduk berusia produktif dengan jumlah angkatan kerja mencapai 144 juta orang.
Output pendidikan saat ini fokus pada banyaknya lulusan terserap pasar. Kurikulum didesain sesuai permintaan pasar. Contohnya saja program studi kreatif seperti broadcasting, desain visual, digital marketing banyak diminati. Karena diiming-imingi akan cepat mendapatkan pekerjaan. Artinya generasi saat ini diarahkan menjadi sapi perah oleh para kapitalis yang bisa digaji murah.
Seharus pemerintah mencetak generasi yang ahli, profesional dalam suatu bidang, sehingga mereka harapannya mereka menjadi tenaga ahli, profesional yang bermanfaat bagi umat, bukan sekadar budak korporat.
Padahal potensi generasi sangat besar, kenapa hanya dijadikan sapi perah kapitalis? Sungguh ini adalah pembajakan potensi.
Potensi pemuda di sistem sekular kapitalisme saat ini hanya difokuskan dalam pemulihan di aspek ekonomi, pemuda hanya di fokuskan pada sektor usaha, dan teknologi dan itu hanya akan memandulkan daya kritis mereka terhadap kondisi umat yang sesungguhnya dan ini hanya memupuk sifat individualisme dikalangan pemuda hanya berfokus pada pencapaian materi yang bersifat individu.
Kita tahu hari ini, kita hidup di alam sistem kapilalisme sekular, artinya segala sesuatu diukur dengan materi, oleh karenanya pemerintah amat getol sekali menjadikan potensi pemuda ini untuk mendapatkan materi sebanyak-banyaknya, tanpa memikirkan halal haram.
Generasi saat ini bekerja secara profesional namun minus arah ideologis, minus cita-cita besar, pragmatis, individualis akibatnya mereka diperalat sebagai agen-agen pembangunan kapitalistik.
Generasi hari ini tidak paham arah hidup mereka, akidah mereka lemah sehingga mereka mudah dikendalikan oleh hawa nafsu mereka, dan teracuni oleh pemikiran yang tidak berasal dari Islam seperti sekularime, liberalisme, hedonisme, pluralisme.
Mereka bekerja keras untuk dunia namun lupa akan tugasnya sebagai hamba Allah. Oleh karena itu dibutuhkan pembinaan Islam untuk mengarahkan tujuan hidup mereka, serta membentengi diri mereka dari berbagai macam pemikiran asing.
Mereka pemuda, pewaris peradaban Islam, seharusnya mereka dibekali dengan tsaqafah Islam bukan hanya dijadikan sebagai agen pemulih ekonomi. Tetapi daya kritis mereka, daya juang mereka sangat dibutuhkan untuk kebangkitan Islam.
Tidak ingkah generasi hari ini sama dengan generasi di masa Rasulullah yang dibina dengan Islam hingga mampu menaklukkan 3/4 dunia. Memiliki cita-cita besar, memiliki kematangan ideologis.
Oleh: Alfia Purwanti
Analisis Mutiara Umat Institute
0 Komentar