Topswara.com -- Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin mengungkap data terbaru yaitu ada 241 anak yang terkena gagal ginjal akut misterius di Indonesia, dengan total pasien yang meninggal dunia tercatat 133 kasus, tren peningkatan kasus melonjak sejak Agustus 2022, hal ini ditemukan di 22 provinsi dengan 133 kematian atau 55 persen dari kasus. Hal tersebut disampaikan Budi pada 21/10/2022 dalam konferensi pers.
Budi menyampaikan bahwa anak yang terkena gagal ginjal akut misterius kondisi tubuhnya cepat mengalami penurunan. Saat ini, Budi mengaku berupaya untuk mengidentifikasi penyebab kemungkinan gagal ginjal akut misterius. Awalnya hal ini dikaitkan dengan Covid-19, tetapi akhirnya ditemukan bahwa hal tersebut tidak berkaitan (Detik.com, 21/10/2022).
Terkait banyaknya kasus kematian akibat gagal ginjal akut adalah tragedi, di mana hal ini seharusnya menjadi landasan untuk menetapkan adanya Kejadian Luar Biasa (KLB), dengan segala konsekuensinya.
Dalam kasus yang terjadi ini maka negara harus berperan besar dalam investigasi secara menyeluruh agar terungkap penyebabnya, sehingga tepat dan cepat langkah pencegahannya. Selain itu, negara juga terkesan lamban dalam menyikapi kasus ini dan bahkan terkesan lalai atas nasib anak-anak.
Sistem Kapitalisme Tak Mampu Menangani Kasus Kesehatan
Munculnya penyakit gagal ginjal akut saat ini yang mengancam jiwa anak secara global sebenarnya semakin menunjukkan ketidakmampuan sistem kapitalis dalam menangani kasus kesehatan. Sebelumnya saja Internasional mengakui bahwa sistem global tersebut sebenarnya chaos menghadapi penyakit menular lainnya, seperti pandemi, hepatitis akut, dan lain sebagainya.
Alasan ekonomi menjadi pertimbangan setiap kebijakan yang diambil saat itu. Oleh karenanya, jika kasus penyakit gagal ginjal akut misterius ini masih ditangani dengan model kepemimpinan kapitalisme maka bisa jadi status Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk jenis penyakit ini bisa meningkat dan secara sebaran saja sistem ini tidak sanggup menangani.
Selain itu, dalam sistem saat ini yakni sistem kesehatan yang bercorak kapitalistik menjadikan negara gagal memberi pelayanan kesehatan terbaik pada masyarakat. Dalam sistem kapitalisme yang ada hanya solusi-solusi pragmatis dalam mengatasi masalah kesehatan.
Betapa bahayanya sistem kapitalisme dan rezim yang dipaksakan ketika mengelola kehidupan dan kesejahteraan umat manusia. Oleh karenanya, hendaklah kita bijak menilai solusi yang benar dan mampu menyolusi secara manusiawi pula.
Upaya yang bijak dan mampu memberikan solusi ini akan terwujud bukan dalam sistem kapitalisme yang berasaskan manfaat. Upaya ini bisa terwujud dalam sistem yang menjadikan nyawa sebagai orientasi kebijakannya. Sistem ini tidak lain adalah sistem Islam yang disebut sebagai khilafah.
Sistem Kesehatan dalam Islam
Pandangan Islam tentang kesehatan jauh melampaui pandangan dari peradaban manapun. Islam telah menyandingkan kesehatan dengan keimanan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW., "Mintalah oleh kalian kepada Allah ampunan dan kesehatan. Sesungguhnya setelah nikmat keimanan, tak ada nikmat yang lebih baik yang diberikan kepada seseorang selain nikmat sehat." (HR. Hakim).
Rasulullah SAW. juga bersabda yang artinya, "Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan disukai Allah daripada Mukmin yang lemah." (HR. Muslim)
Dalam Islam, kesehatan juga dipandang sebagai kebutuhan pokok publik, Muslim maupun non-muslim. Karena itu, Islam telah meletakkan dinding yang tebal antara kesehatan dan kapitalisasi serta eksploitasi kesehatan. Dalam Islam, negara (khilafah) bertanggung jawab menjamin pemenuhan kebutuhan layanan kesehatan semua warga negara.
Rasulullah Saw. bersabda, "Imam (Khalifah) yang menjadi pemimpin manusia laksana penggembala. Hanya dialah yang bertanggung jawab terhadap urusan rakyatnya." (HR. al-Bukhari)
Selain itu, pandangan Islam yang tinggi terhadap kesehatan itu sesungguhnya bagian integral dari totalitas sistem kehidupan Islam. Sistem ini didesain Allah SWT secara unik untuk diterapkan pada distribusi politik yang dia desain secara unik pula yakni khilafah.
Rasulullah SAW. telah membangun pondasi yang kokoh bagi perwujudan upaya preventif-promotif dan kuratif. Ini terjadi pada saat syariah Islam turun secara sempurna dan diterapkan secara sempurna pula.
Upaya preventif seperti mewujudkan pola emosi yang sehat, pola makan yang sehat, pola aktivitas yang sehat, kebersihan, lingkungan yang sehat, perilaku seks yang sehat serta epidermis yang terkarantina dan tercegah dengan baik tak lain adalah buah manis yang niscaya dapat dinikmati saat syariat Islam diterapkan secara kaffah.
Selanjutnya, banyak institusi layanan kesehatan yang didirikan selama masa kekhilafahan Islam agar kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan gratis terpenuhi. Diantaranya yaitu rumah sakit di Kairo yang didirikan pada tahun 1248 M oleh Khalifah Al Mansyur, dengan kapasitas 8000 tempat tidur, dilengkapi dengan masjid untuk pasien dan chapel untuk pasien Kristen. Rumah sakit dilengkapi dengan musik terapi untuk pasien yang menderita gangguan jiwa.
Setiap hari melayani 4000 pasien. Layanan diberikan tanpa membedakan ras, warna kulit dan agama pasien, dan diberikan tanpa batas waktu sampai pasien benar-benar sembuh. Selain memperoleh perawatan, obat dan makanan gratis tetapi berkualitas, para pasien juga diberi pakaian dan uang saku yang cukup selama perawatan. Hal ini berlangsung selama 7 abad. Sekarang rumah sakit ini digunakan untuk opthamology dan diberi nama rumah sakit qolawun.
Dalam sistem Islam, negara (khilafah) tidak luput melaksanakan tanggung jawabnya kepada orang-orang yang mempunyai kondisi sosial khusus, seperti yang tinggal di tempat-tempat yang belum mempunyai rumah sakit, para tahanan, orang cacat dan para musafir. Untuk itu negara mendirikan rumah sakit keliling tanpa mengurangi kualitas pelayanan.
Ini seperti pada masa Sultan Mahmud (511-525 H). Rumah sakit keliling ini dilengkapi dengan alat-alat terapi kedokteran, dengan sejumlah dokter. Rumah sakit ini menelusuri pelosok-pelosok negara. Bangunan rumah sakit pasien wanita pun terpisah dari bangunan rumah sakit pasien pria. Masing-masing bangunan mempunyai ruangan-ruangan yang luas untuk pasien. Dokter perempuan bekerja di bagian rumah sakit pasien perempuan. Dokter pria bekerja di bagian rumah sakit pasien pria.
Ada ruangan keperawatan khusus untuk anak-anak dan bayi, ruangan untuk pemeriksaan kandungan dan melahirkan. Ruangan juga dibagi berdasarkan jenis penyakit, seperti penyakit dalam, trauma dan fraktur, serta penyakit menular. Pada masing-masing bagian bertugas seorang atau lebih dokter dan masing-masing tim dokter ini diketuai seorang dokter kepala. Semua dokter di rumah sakit dikepalai seorang dokter yang disebut "Al-Saur". Para dokter ini ditugaskan secara bergiliran, pagi dan malam hari, agar mempunyai waktu istirahat yang cukup.
Selanjutnya, dalam sistem Islam kesehatan juga didukung oleh SDM dan sarana yang memadai. Semua ruangan dilengkapi dengan peralatan kedokteran dan peralatan yang dibutuhkan dokter. Rumah sakit juga dilengkapi perpustakaan yang menyediakan buku-buku kedokteran, seperti farmakologi, anatomi, fisiologi, hukum kedokteran dan berbagai ilmu lain yang terkait dengan kedokteran.
Contoh rumah perpustakaan terbesar adalah perpustakaan rumah sakit Ibnu Tulun di Kairo, yang mengoleksi 100.000 buku. Rumah sakit itu dilengkapi pula dengan laboratorium dan apotek yang memberikan obat berdasarkan resep dokter. Terdapat pula dapur dan berbagai ruangan lain yang dibutuhkan untuk pelayanan yang optimal. Sejumlah karyawan rumah sakit bekerja sebagai pekerja kesehatan, asisten atau dresser, servents, cleaning cervice, pembantu pasien.
Kemudian, jika pasien dalam kondisi membutuhkan perawatan medis yang baik maka Khilafah akan memberikan semua pelayanan medis hingga pasien sembuh, dengan kualitas terbaik dan semua itu akan pasien dapatkan secara gratis. Khilafah akan membiayai semua kebutuhan tersebut secara penuh. Dana tersebut diambil dari pos kepemilikan umum yaitu Baitul Mal.
Inilah yang akan diwujudkan untuk memberikan layanan kesehatan secara optimal sehingga nyawa manusia terjaga dan semua itu bukanlah hanya sekedar teori. Karena pada faktanya Khilafah yang berdiri selama kurang lebih 1300 tahun lamanya mampu memberikan fasilitas kesehatan yang luar biasa. Waallahu a’lam bishshwab.
Oleh: Asih Lestiani
Sahabat Topswara
1 Komentar
Sistem kesehatan dalam islam terbukti sistem terbaik.
BalasHapus