Topswara.com -- Pertama kalinya dalam sejarah, perayaan Halloween digelar di Arab Saudi. Perayaan ini berlangsung di The Boulevard Riyadh City. Boulevard diubah menjadi arena pesta kostum yang menyeramkan khas Halloween. Perayaan ini berlangsung dua hari, 27-28 Oktober dan puncaknya 31 Oktober 2022 dengan tema "Scary Weekend".
Kabar ini sungguh menggegerkan dunia Islam tak terkecuali Indonesia. Tak sedikit netizen yang turut mengkritik. Beberapa tokoh islam pun merespons hal ini dengan prihatin. Salah satunya Ustaz Hilmi Firdausi yang menggunggah keprihatinan lewat akun Twitter-nya @Hilmi28, Senin (31/10/2022), “Ini membuktikan, kita itu berislam bukan ikut Arab Saudi, tapi ikut Allah & RasulNya serta ulama salafusshalih. Prihatin sekali menonton video perayaan Halloween di Ryadh. Wallahulmusta’an,"
Wajar bila umat Islam prihatin, pasalnya, Arab Saudi adalah ikon Islam bagi dunia, negeri penjaga dua Tanah Suci (Mekah dan Madinah) yang semestinya menjaga syariat Islam, dan melestarikan tradisi keislaman dan menjadi kiblat Muslim sedunia, baik kiblat ibadah, maupun kiblat “budaya”. Konon, perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. saja dilarang. Lha kok pemerintah malah mensponsori penyelenggaraan budaya di luar Islam. Sungguh standar ganda.
Sebenarnya bukan kali pertama Arab Saudi membuka pintu bagi hiburan bebas. Desember tahun lalu, Arab Saudi juga telah membuka dirinya melalui Riyadh Season yang menyuguhkan parade dan konser musik rapper internasional Pitbull di Kota Riyadh. Gelaran musik besar-besaran ini menyedot hingga 500 ribu pengunjung. Dalam acara itu, hadir sederet DJ terkemuka dunia seperti Afrojack, Benny Bennassi, Nancy Ajram dan Tiesto. Hadir pula DJ lokal seperti Dish Dash, Cosmicat dan Saud.
Tak sampai di situ, Arab Saudi juga berencana untuk mengizinkan beredarnya minuman beralkhohol (minol) dan penggunaan bikini. Aturan tersebut akan berlaku di salah satu distrik kota megafuturistik baru milik Saudi Neom, Sindalah pada 2023 mendatang. Mengutip cnbcIndonesia (31/10/2022), Wall Street Journal September melaporkan bahwa Resor Neom berencana menawarkan bar anggur premium, bar koktail terpisah, dan bar untuk sampanye dan makanan penutup.
Inilah Arab Saudi yang kita saksikan hari ini. Perubahan besar-besaran di Arab Saudi di bawah pemimpin de facto Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) lebih kental aroma kapitalistik materialistik, yakni sekadar menarik turis asing dan mendorong pengusaha asing untuk tinggal dan bekerja di sana. Revolusi Arab Saudi yang dikenal dengan “Vision 2030” memuat sejumlah kebijakan yang diklaim sebagai jalan menuju modernisasi dan makin terbuka pada dunia. Tentu saja kebijakan Putera Mahkota MBS ini disambut gembira komunitas global terutama negara Barat, kampiunnya kapitalisme sekuler.
Arah baru nonkonservatif sebagaimana dicita-citakan MBS senyatanya didesain melalui proses liberalisasi. Seperti kebijakan dibebaskannya wanita keluar rumah tanpa mahram atau wanita boleh menyetir mobil sendiri. Usai bikini dan legalisasi minol serta festival Halloween, mungkin akan masih banyak event serupa lainnya yang hakikatnya jauh dari nilai-nilai Islam, yang menjadi platform Arab Saudi selama ini.
Kondisi Arab Saudi hari ini telah disampaikan oleh Nabi SAW. dalam sabda Beliau SAW. “Sungguh kalian akan mengikuti jalan-jalan yang ditempuh oleh umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sampai-sampai andaikan mereka memasuki lubang dab niscaya kalian akan mengikutinya”. Para sahabat bertanya, “Apakah Yahudi dan Nasrani Wahai Rasul? Rasul menjawab, ”Siapa lagi (kalau bukan mereka”. (HR. Muslim no. 2669).
Upaya modernisasi Arab Saudi dalam napas sekularisme adalah bentuk invasi modern Barat kafir terhadap negeri-negeri Muslim dalam rangka membombardir akidah Islam dan menjauhkan umat Islam dari ajaran Islam yang kafah serta menghalangi tegaknya Islam di muka bumi.
Harus menjadi pelajaran bagi negeri-negeri Muslim, bahwa invasi pemikiran sekuler liberal telah merangsek ke negeri-negeri Muslim dan menggerogoti kekuatan Islam politiknya. Arab Saudi dan juga negeri-negeri Muslim harus menyadari akibat fatal dari membebek pada ideologi Barat kapitalisme sekuler dan berpaling dari ajaran Islam justru akan semakin mengantarkan mereka pada keterpurukan.
Pelajaran penting lainnya yang bisa dipetik adalah bahwa kaum Muslim perlu menyadari bahwa kepemimpinan hakiki bagi umat bukanlah sekadar tampilan luar (casing), yakni religius semata. Umat Islam harus lebih cermat melihat identitas pemikiran dan kepada siapa loyalitas pemimpin ini diberikan. Umat Islam harus punya literasi yang memadai terhadap konsep Islam serta memahami dengan sungguh-sungguh perbedaan diametral antara sekularisme liberal dan islam.
Dunia saat ini di bawah tirani kapitalisme sekuler liberal tidak mampu mewujudkan makna kebahagiaan sejati masyarakat Muslim. Hiburan dan kesenangan semacam Halloween pun tak jadi soal kendati budaya itu berasal dari orang-orang kafir. Telah diketahui bahwa tradisi Halloween bermula dari festival-festival panen Kelt kuno yang diduga berakar dari paganisme, khususnya festival Samhain etnis Gael, dan festival tersebut dikristenkan sebagai Halloween.
Jadi, Halloween adalah perayaan orang-orang di luar Islam. Mirisnya, pemerintah di negeri Muslim seperti Arab Saudi tak mampu melihatnya dengan lensa akidah Islam sehingga menganggap perayaan Halloween hanya sekadar hiburan dan tidak membahayakan.
Gayung bersambut, masyarakat yang sudah terkungkung dalam kejumudan pun antusias mengikutinya tanpa peduli halal-haram, yang penting “niatnya” untuk bersenang-senang.
Tentu saja ini berseberangan dengan hadis Nabi SAW. dari Amr ibn Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya bahwasanya Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, “Bukan termasuk golongan kami siapa yang menyerupai kaum selain kami. Janganlah kalian menyerupai Yahudi, juga Nashrani, karena sungguh mereka kaum Yahudi memberi salam dengan isyarat jari jemari, dan kaum Nasrani memberi salam dengan isyarat telapak tangannya” (HR Tirmidzi, hasan).
Juga terdapat hadis Nabi SAW. dari Ibn Umar beliau berkata, “Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian dari mereka” (HR Abu Dawud, hasan)
Sungguh, masa depan yang lebih baik bagi umat Islam Arab Saudi dan umat Islam di seluruh dunia bisa terwujud bukan dengan cara mengeliminasi nilai-nilai Islam dan mengambil kebebasan ala kapitalisme sekuler liberal hanya karena agar diterima komunitas global, terutama Barat.
Umat Islam justru harus semakin mematuhi keyakinan Islam dan mendakwahkannya dalam forum diskusi yang ilmiah dan berbobot tentang syariat Islam di tengah masyarakat. Islam adalah alternatif tunggal dalam rangka mewujudkan kemakmuran.
Firman Allah SWT. dalam surah Al- Anbiya’ ayat 107, “Dan tiadalah kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.
Sejalan dengan itu, dunia Islam saat ini membutuhkan pemimpin Muslim yang menguasai syariat Islam kaffah untuk diimplementasikan dalam bingkai institusi legal dalam rangka menyatukan kekuatan dunia Islam melawan hegemoni kapitalisme sekuler liberal dan membendung kebangkitan sosialisme.
Karena itu, butuh keberanian besar sekaligus independensi yang luar biasa dari jamaah kaum Muslim untuk menyuarakan anti-kapitalisme sekuler liberal.
Mereka harus mampu meyakinkan umat bahwa perubahan besar menuju kemuliaan dan kerahmatan akan terwujud jika berpegang pada risalah Islam. Risalah langit yang memiliki visi politik paripurna untuk peradaban manusia seluruhnya, menggantikan kapitalisme sekuler liberal dalam memimpin dunia. Wallahu a’lam bissawwab.
Oleh: Pipit Agustin
Sahabat Topswara
0 Komentar