Topswara.com -- Adab adalah cermin akal, kata as-Syirazi, kepada Sultan Shalahuddin al-Ayyubi. Dari adab seseorang kita tahu, seperti apa akalnya, dan apa yang di dalam kepalanya.
Maka, para ulama dahulu sebelum belajar hadis harus belajar adab selama 25 tahun. Baru setelah itu mereka melakukan perjalanan mencari ilmu, termasuk hadis.
Maka, al-Khawarizmi menggambarkan adab dengan rumusan yang luar biasa. Adab adalah angka 1.
Jika Anda ganteng atau cantik, maka itu nilainya 0, yang ditambahkan di belakang angka 1, sehingga menjadi 10.
Jika Anda kaya, maka itu adalah angka 0 yang ditambahkan di belakang angka 10, sehingga menjadi 100.
Jika Anda mempunyai kedudukan, itu adalah angka 0, yang ditambahkan di belakang 100, sehingga menjadi 1000.
Tetapi, apa yang terjadi, ketika angka 1 di depan itu dihilangkan, atau hilang, maka yang tersisa adalah angka 0
Itulah kedudukan akhlak dan adab. Dia adalah angka 1. Terdepan sebelum yang lain. Tanpanya semuanya nol, dan tidak ada artinya.
Kata Sayyidina Ali, "Adab tidak dapat dijual dan dibeli. Adab adalah cetakan yang ada di dalam hati setiap orang yang dididik. Maka, orang fakir, bukanlah orang yang kehilangan emas. Tapi, orang fakir yang sesungguhnya adalah orang yang kehilangan akhlak dan adab". []
Oleh: K.H. Hafidz Abdurrahman, M.A.
Ulama Aswaja dan Khadim Syarafaul Haramain
0 Komentar