Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Solusi Mengakhiri Bencana Kekeringan


Topswara.com -- "Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Supaya Allah merasakan kepada mereja sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar." (QS ar-Rum ayat 41)

Allah SWT menurunkan manusia sebagai khalifah dengan tugas memakmurkan, menjaga, dan merawat bumi agar lestari dan mampu memberi manfaat bagi seluruh penghuni bumi. 

Tetapi akibat keserakahan dan ketidakpedulian manusia, telah nampak kerusakan di darat dan di laut. Sehingga timbul berbagai bencana yang seolah menjadi peringatan bagi manusia.

Bencana inilah yang tengah melanda sebagian wilayah Provinsi Jawa Timur dan Lombok Timur. Di mana mereka tengah dilanda kekeringan hingga memicu krisis air untuk memenuhi kebutuhan warga, tetapi juga dapat menyebabkan penurunan produksi beras. 

Ketua Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Jatim, Hadi Sulistyo, mengusulkan untuk mempercepat masa tanam di wilayah yang memiliki cadangan air irigasi di kota/daerah yang dilalui Daerah Aliran Sungai (DAS) besar. Seperti Bengawan Solo, Brantas dan Pekalen Sampean. Langkah ini demi menjaga produktivitas padi di Jatim yang selama ini dikenal sebagai lumbung nasional. (Surabaya.suara.com, 3/9/2022)

Sementara itu akibat kekeringan di Lombok Timur, warga harus membeli air bersih 50 ribu rupiah per minggu untuk kebutuhan minum, masak dan mandi. Menurut warga Dusun Toroh, Kecamatan Keruak Lombok Timur, sepanjang tahun itu mereka kekurangan air bersih hingga terpaksa membeli air untuk kebutuhan sehari-hari. Menindaklanjuti hal tersebut, pada tanggal 9 September lalu Polres Lombok Timur pun mengadakan bakti sosial untuk membantu warga Dusun Toroh dengan menyediakan tiga mobil tangki air bersih dan 150 paket sembako. (Tribunnews.com, 10/9/2022)

Kehidupan semakin dirasa semakin sulit dan sempit, karena untuk sekedar mendapatkan air bersih saja perlu mengeluarkan uang banyak. Padahal keberadaanya sangat dibutuhkan untuk kehidupan manusia. Namun demikianlah ironi hidup dalam sistem kapitalis, alam dirusak dan dieksploitasi oleh para korporat sementara rakyat dibiarkan sekarat. 

Bencana kekeringan pada dasarnya sudah menjadi siklus tahunan yang terjadi di Indonesia, namun hingga saat ini belum ada solusi yang tuntas dijalankan sehingga menyelesaikan masalah sampai ke akarnya.

Sekalipun LSM yang peduli lingkungan di Indonesia sangat banyak jumlahnya bahkan hingga mencapai ribuan. Mereka mempunyai konsep untuk menjaga lingkungan agar tetap lestari dan bermanfaat bagi rakyat banyak. Tetapi mengapa bencana kekeringan terus terjadi? Masalahnya ternyata ada pada sistem kehidupan yang dianut negara ini. 

Ideologi kapitalis liberal yang diterapkan negara ini menjadi sumber malapetaka. Melalui tangan pengusaha, liberalisasi sumber daya alam kehutanan, pertambangan, hingga pembangunan kawasan ekonomi khusus berpengaruh besar terhadap kerusakan siklus air.

Penebangan dan pembakaran hutan membuat CO2 menumpuk di atmosfer. Akibatnya panas matahari yang dipantulkan bumi terjebak sehingga temperatur bumi dan atmosfer akan meningkat. Inilah yang disebut pemanasan global (global warming), yang menyebabkan perlambatan proses evaporasi dan kondensasi. Sehingga akhirnya siklus air terganggu/rusak.

Selain itu, penguasa dalam sistem kapitalis telah mengizinkan para pengusaha menguasai sumber daya air. Maraknya perusahaan air minum dalam kemasan yang kemudian menjadikannya sebagai barang komersil, semakin mempertegas adanya kesalahan pengelolaan. Air yang merupakan kebutuhan vital, namun rakyat begitu sulit mendapatkannya. 

Solusi yang diambil pemerintah juga tidak menyentuh akar masalah. Hanya tindakan kuratif ala kadarnya seperti penyaluran air bersih ke wilayah terdampak oleh pemerintah setempat. Selain itu juga disarankan pembuatan sumur resapan di setiap rumah oleh para ahli. 

Namun kebijakan atau solusi ini tidak menghentikan kekeringan yang sudah menjadi siklus tahunan. Penyelesaian yang dibutuhkan haruslah mengakar dalam skala kehidupan bernegara. Karena masalahnya ada pada sistem kehidupan yang dianut negara ini. 

Penguasa bertanggung jawab mengurus rakyat, berperan besar mengatasi persoalan yang terjadi di tengah masyarakat. Untuk itu mengganti sistem yang ada sekarang dengan Islam adalah suatu yang hal mesti dipertimbangkan untuk dilakukan.

Islam memiliki solusi tuntas mengatasi kekeringan dan krisis air bersih. Sistem ini  akan mampu menghentikan deforestasi atau alih fungsi lahan, melarang eksploitasi mata air dan liberalisasi air bersih. Adapun caranya antara lain: Pertama, dengan menetapkan hutan dan sumber air sebagai milik umum dan tidak membiarkan adanya hak konsesi didalamnya.  

Kedua, negara wajib hadir sebagai pihak yang diamanahi Allah SWT. yakni bertanggung jawab langsung terhadap pengelolaan harta milik umum. Ketiga, negara wajib mendirikan industri air bersih, kapan pun dan di mana pun.

Untuk itu harus ada pemanfaatan berbagai kemajuan sain dan teknologi, memberdayakan para pakar baik dalam bidang ekologi, hidrologi dan kesehatan lingkungan sehingga terjamin akses setiap orang untuk memperoleh air bersih secara gratis. Keempat, negara bebas menentukan kebijakannya tanpa intervensi asing apa pun bentuknya termasuk agenda hegemoni climate change dan global warming.

Keempat solusi di atas secara teknis bisa dilakukan negara bersama masyarakat. Yaitu dengan membangun, merehabilitasi dan memelihara jaringan irigasi. Termasuk membangun waduk-waduk, kincir air dan mesin penggerak air di sejumlah titik yang diperlukan oleh masyarakat di masing-masing wilayahnya di seluruh negara. 

Ketika terjadi kekeringan, maka para ahli akan mengkaji penyebab kekeringan, kemudian menetapkan wilayah kekeringan dan dampaknya terhadap kehidupan. Setelah itu melakukan upaya preventif, rehabilitasi dan solusi bersama-sama antara penguasa dan rakyat.

Selain itu solusi non teknis juga tidak kalah penting untuk dilakukan. Yaitu meningkatkan ketakwaan masyarakat dan meninggalkan segala bentuk maksiat. Penguasa dan rakyat sama-sama mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memohon pertolongan kepadaNya dengan doa dan shalat istisqa bersama. 

Karena Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Saat ini solusi non teknis ini sangat mendesak untuk segara dilakukan mengingat negeri ini sudah jauh dari syariah Islam. Hukum-hukum Allah dicampakkan dan memilih menerapkan hukum-hukum kufur kapitalis. Semoga bencana kekeringan ini menyadarkan umat untuk kembali ke jalan yang benar.

Wallahu a'lam bish shawab.

Oleh: Ooy Sumini
Member Akademi Menulis Kreatif
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar