Topswara.com -- Peneliti Sejarah Islam Ustaz Luthfi Afandi, S.H, M.H., memaparkan bahwa di balik hijrah Rasul ke Madinah ada dakwah politik dan kekuasaan yang dilakukan Rasulullah SAW.
"Di balik hijrah Rasul ke Madinah ada dakwah politik dan kekuasaan yang dilakukan Rasulullah SAW," paparnya dalam Ngaji Shubuh Episode 207, bertajuk Aktivitas Politik Sebelum Berdirinya Negara Islam di Madinah, Jumat (6/11/2020) di kanal YouTube Ngaji Shubuh.
Ia menjelaskan, bahwa di antara aktivitas dakwah Rasul yang paling penting adalah dakwah kepada berbagai pihak, yang memiliki kekuasaan politik.
“Syekh Taqiyuddin An-Nabhani rahimullah menyebut aktivitas dakwah ini disebut thalabun nushrah. Artinya aktivitas untuk meraih dukungan nyata dari orang-orang yang punya kekuatan riil untuk memberikan dukungan dalam upaya penegakan daulah,” jelasnya.
“Orang-orang yang punya pengaruh politik dan kekuatan militer untuk memberikan kekuasaannya dalam rangka menegakkan daulah Islam yaitu thalabun nushrah,” lanjutnya.
Ia memaparkan, tujuan thalabun nushrah adalah untuk mendirikan daulah Islam, dan mempunyai beberapa kriteria.
“Pertama, harus sebuah kelompok (jama’ah), bukan individu kecuali individu tersebut representasi kelompok-kelompok, seperti Bani Tsaqif di Thaif, Bani Hanifah dan lain-lain,” paparnya.
“Kedua, haruslah kelompok yang kuat, Rasul menolak Bani Bakr bin Waif, Bani Ghifar,” lanjutnya.
”Ketiga, wajib orang-orang Muslim, jika sebelumnya kafir, wajib masuk Islam terlebih dulu. Keempat, harus yang mendukung tegaknya daulah Islam untuk penerapan Islam kaffah. Kelima, harus berada di bawah kendali penuh gerakan dakwah, artinya di bawah kendali Rasullullah, bukan ahlun nushrah.
Keenam, penyerahan kekuasaan dilakukan tanpa syarat, termasuk tidak boleh meminta konsesi kekuasaan atau imbalan tertentu. Sebagai contoh, Rasul menolak dukungan Vani Amir bin Sha’sha’ah.
Ketujuh, ahlun nushrah tidak terkait perjanjian internasional yang bertentangan dengan Islam,” sambungnya.
Ia memaparkan, dakwah Islam hakikatnya menyampaikan risalah atau ajaran Islam.
“Sementara ajaran Islam wajib dilaksanakan, ajaran Islam dapat dilaksanakan secara kaffah, jika dilaksanakan oleh institusi negara,” paparnya.
Ia juga menjelaskan, dakwah Rasul juga bersifat politik kekuasaan, karena daulah Islam adalah institusi politik.
“Oleh karena itu, untuk mewujudkannya membutuhkan aktivitas politik, bukan sekadar aktivitas spiritual, ritual, dan sosial,” jelasnya.
Ia menegaskan, jalan satu-satunya yang benar untuk menerapkan syariat Islam adalah dengan menegakkan daulah Islam seperti jalan dakwah Nabi Muhammad SAW.
“Kenapa tokoh Madinah dengan legowo, ikhlas menyerahkan kekuasaannya kepada Rasulullah? Jawabannya karena hati mereka telah beriman, dan pancaran iman itu buah dari dakwah,” tegasnya.
Ia membeberkan, Allah akan berikan kekuasaan yang menolong (shulthanan nashira). Setelah bersungguh-sungguh berdakwah untuk meraihnya.
“Bukan gratisan, apalagi undian, ingat, hadiah pun Allah berikan kepada pemain, bukan penonton,” bebernya.
“Jalan dakwah Nabi SAW. itu alami dan manusiawi sehingga sangat bisa dicontoh siapa pun dan kapan pun,” pungkasnya.[] Isty Da’iyah
0 Komentar