Topswara.com -- Joram Van Klaveren, Mantan Anggota Parlemen Belanda dari Partai Kebebasan (PVV) menyatakan bahwa keputusan paling rasional dan penting yang ia lakukan dalam hidupnya adalah saat memilih menjadi seorang Muslim.
“Saya tidak memilih agama sebelumnya, karena terlahir sebagai keluarga Kristen. Satu-satunya saat saya membuat keputusan adalah menjadi seorang Muslim. Dan seperti yang kukatakan, itulah keputusan penting dan paling rasional yang kulakukan,” ungkapnya dalam video berjudul While Writing Anti-Islam Book, He Became Muslim-The Story of Joram Van Klaveren, di kanal YouTube Towards Eternity, Kamis (15/09/2022).
Ia memutuskan untuk aktif dalam politik yaitu bergabung dengan Partai Kebebasan (PVV) di parlemen Belanda, alasannya karena ingin melakukan sesuatu yang bisa menghentikan kejahatan di negaranya.
Kejahatan yang dimaksud adalah Islam. Maka langkah yang ia ambil selanjutnya adalah menulis buku anti-Islam, yang ia harapkan akan mampu memberikan informasi tentang bahayanya Islam bagi dunia.
Ia mengakui, persepsi buruk tentang Islam yang ada padanya sejak masih usia belasan tahun saat pertama kali masuk ke perguruan tinggi. Tepatnya pada peristiwa 11 September 2001. Dalam pikirannya tertanam bahwa kaum Muslim adalah orang gila dan Islam agama yang tidak benar.
Kebenciannya terhadap Islam semakin bertambah kuat ketika ia mendengar berita tentang seseorang bernama Theo Van Gogh, pembuat film terkenal yang terbunuh di jalan dalam kondisi tertembak. Para pelaku mencoba menggorok lehernya dan mereka menodongkan pisau ke perut Theo Van Gogh bersama surat untuk seorang gadis bernama Ayaan Hirsi Ali.
“Beberapa tahun kemudian seseorang di Belanda bernama Theo Van Gogh pembuat film terkenal, terbunuh di jalan dalam kondisi tertembak. Para pelaku mencoba menggorok lehernya. Dan mereka menodongkan pisau ke perutnya bersama surat untuk seorang gadis bernama Ayaan Hirsi Ali. Jadi itu memperkuat perasaanku tentang anti-Islam,” ujarnya.
Awal mula Joram menulis buku, orang-orang berpikir bahwa ia sedang menyelesaikan tulisan tentang politik sebab profesinya sebagai anggota dewan di parlemen yang masih aktif saat itu. Padahal, ia sedang menulis tentang agama (Islam). Karena dorongan yang kuat untuk menunjukkan kepada orang lain bahaya Islam. Joram menilainya dari perspektif dirinya sebagai seorang Kristen.
Kemudian Joram menyurati beberapa pemuka agama. Salah satu tokoh agama Islam yang ia kirimi surat bernama Syekh Abdul Hakim Murad, seorang profesor Cambridge. Ia juga bertanya kepada para profesor Muslim dari negara lain.
"Ada satu hal yang berkesan dan menurutku sangat bijak dari Syekh Abdul Hakim Murad. Jika saya ingin tahu banyak tentang kekristenan ia katakan tentu tidak mungkin membaca buku-buku dari orang atheis. Pastinya dari orang Kristen. Mengapa percaya ini? Apa argumennya? Sehingga saya juga harusnya melakukan hal yang sama pada Islam. Syekh Hakim Murad menganjurkan agar membaca buku-buku Islam dari guru-guru Islam, ulama-ulama Islam, dan lainnya,” bebernya.
Sebelum Memeluk Islam
Joram Klaverson dilahirkan di Amsterdam. Ia lahir dan dibesarkan oleh orang tua atau keluarga yang beragama Kristen Protestan dari Gereja Reformed. Joram dan keluarganya merupakan penganut Kristen yang taat dengan aktivitas-aktivitas keagamaan yang selalu ia lakukan seperti membaca Bible, dibaptis serta ke gereja.
“Sebelum saya menjadi seorang Muslim, saya dilahirkan dalam suasana keluarga yang beragama Kristen Protestan dari Gereja Remormed. Kami membaca Bible, mendapat nama Alkitabiah, dibaptis, dan pergi ke gereja,” ujarnya.
Sebagai seorang Kristen yang taat, ia meyakini adanya Sang Pencipta, malaikat, surga neraka, dan juga wahyu. Hanya saja, yang membedakan dirinya dengan seorang Muslim adalah kepercayaan tentang Yesus Kristus sebagai anak Tuhan. Seperti keyakinan umat Kristiani lainnya. Bahkan bagi Joram, secara filosofis mengakui, Yesus sendiri adalah Tuhan.
Mantan anggota parlemen Belanda itu menyebutkan, ia tidak ragu dengan adanya hari kebangkitan dan penyaliban Yesus Kristus. Dan juga percaya pada penebusan dosa. Tetapi menurutnya, karena konsep trinitas sangat kompleks, percaya atau tidak Tuhan dalam Bible disebut kekal. Namun, konsep trinitas Ketuhanan dalam Kristen justru membuatnya ragu dan mengatakan sangat tidak logis.
“Konsep Trinitas bagi saya awalnya sangat kompleks, percaya atau tidak itu sangat kompleks. Karena Tuhan dalam Bible disebut kekal, tetapi jika anda kekal dan pada saat yang sama anda juga mati, maka anda tidak dapat disebut kekal. Dan itu sangat tidak logis. Jadi itu adalah salah satu hal yang mulai jadi pertanyaan ketika saat itu saya berusia 16-17 tahun,” imbuhnya.
Ia merasa tidak puas dengan konsep ketuhanan agamanya. Hingga ia terdorong untuk bertanya kepada banyak pendeta, pengkhotbah, juga rabi. Tetapi jawaban yang didapatkannya tidak terlalu memuaskan bahkan membuat agak bingung. Dan akhirnya muncul keraguan tentang hal-hal seperti itu. (ketuhanan).
“Tetapi saya katakan, baik, hiraukan
saja. Dan oke, aku percaya saja. Mungkin saya tidak cukup pintar untuk mendapatkan pengertiannya secara keseluruhan,” kata Joram.
Meskipun masih memendam keraguan dalam dirinya, ia tetap percaya adanya Tuhan dan Yesus adalah orang yang sangat penting dan anak Tuhan. Hanya saja, jelasnya bagaimana, ia sendiri mengabaikannya.
Proses Menemukan Tauhid
Joram memulai perjalanannya mengenal Islam dengan cara yang sebaliknya, yaitu bukan dari rasa penasaran melainkan kebencian dan anti-Islam. Itulah yang membuatnya bersemangat untuk mencari tahu tentang Islam. Tetapi kemudian ia akui, saat membaca konsep ketuhanan Islam, keraguannya terhadap keyakinannya sebagai Kristen semakin kuat.
“Pada awalnya saya membuat perbandingan antara konsep Kristen dan Islam tentang Tuhan. Jadi saya mulai membandingkannya. Tetapi karena saya miliki keraguan tentang Trinitas, dan melihat tauhid keesaan Tuhan dalam Islam, saya berpikir kedengarannya sedikit lebih logis. Kemudian saya buka Bible lagi untuk me-refresh diri. Namun muncul pertanyaan pada pikiran, mengapa konsep tauhid bukan konsep Kristen?” tanyanya.
Perasaannya mengaku seorang Kristen yang beriman, tetapi meragukan konsep Trinitas. Kini ia menyadari bahwa keesaan Tuhan itu adalah benar. Dan pertanyaan tentang keragu-raguannya akhirnya dijawab oleh Islam.
Kemudian atas arahan Syeikh Hakim Abdul Murad yang ia datangi, Joram mulai membuka hatinya untuk membaca buku-buku tentang Islam yang penulisnya adalah Muslim. Ia membaca sebuah buku yang ditulis oleh seorang mualaf bernama Martin Lings tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW. Semua kisah tentang Nabi SAW yang tertulis dalam buku tersebut sangat menarik bagi Joram.
“Dari situlah pertama kali saya melihat Nabi Muhammad SAW bukan sebagai panglima perang saja. Selama ini seperti itulah yang terlintas dalam pikiran saya. Tetapi buku tersebut memperlihatkan Nabi SAW sebagai seorang ayah, teman, guru, dan banyak lagi. Saya melihat seseorang dengan karakternya. Jadi karakter itulah yang membuatku untuk membaca dan ingin tahu lebih banyak,” sebut Joram.
Salah satu kisah yang menguatkan Joram meyakini Nabi Muhammad SAW benar-benar seorang utusan Allah yaitu melalui kisah Hindun. Perempuan yang menjadi musuh Nabi SAW saat masa jahiliyyah dan membunuh paman tercinta Rasul, Hamzab bin Abdul Muthalib, dengan kondisi yang memilukan. Hingga Nabi SAW pun merasa sangat sedih.
Selang beberapa waktu kemudian, saat peristiwa penaklukan kota Mekkah, Hindun juga berada di sana. Joram mengira bahwa Nabi SAW akan membalaskan dendam kematian pamannya Hamzah, seperti memenggal, atau menyalib Hindun dengan yang lainnya. Tetapi sebaliknya, Nabi SAW justru memberikan pilihan kepada Hindun dan orang-orang Makkah yang bukan Muslim. Pilihan untuk menetap di Mekkah atau meninggalkannya.
Joram mengatakan bahwa seseorang yang mampu memaafkan perbuatan seperti yang dilakukan oleh Hindun terhadap Hamzah, pamannya Nabi SAW, padahal sudah memotong-motong jasadnya, lalu mengaraknya sebagai bentuk penghinaan terhadap sesuatu yang diperjuangkan, maka sungguh kata Joram, itu hanya Nabi Muhammad. Manusia yang sangat istimewa di matanya.
Sejak itu, ia mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW sungguh adalah seorang Nabi tanpa ada keraguan lagi padanya. Melalui karakter, cara memperlakukan orang lain bahkan musuh-musuhnya, terlihat jelas bahwa Muhammad adalah Nabi.
“Di sisi lain saya berpikir, wah ini mengerikan. Karena tanpa sadar saya sudah menerima keesaan Tuhan, dan Muhammad adalah seorang Nabi. Dan jika benar demikian, bahwa ini adalah syahadat, bukan? Lalu aku berpikir lagi, oke mari kita tutup buku-buku ini. Sudah cukup. Sudah kelewatan. Dan tentu saja sejak saat itu saya tidak lagi anti-Islam,” tegas Joram.
Ia melanjutkan kisahnya kemudian dengan mengatakan setelah menyadari tentang Tuhan dan Nabi Muhammad saat membaca buku-bukunya, ia lalu meletakkan semuanya di meja. Tetapi semua buku tersebut tanpa sengaja terjatuh. Ia pun mencoba untuk mengambilnya. Namun hanya satu yang Joram ambil dari buku-buku tersebut, yaitu Al-Qur’an.
Joram mengangkatnya lalu membuka tanpa sengaja yang membawanya pada Surat Al-Hajj: 22.
“Saya mengangkatnya lalu tanpa sengaja membukanya dan sampai pada surah ke-22 ayat 46 yang bunyinya, bukan mata yang buta tetapi hati. Dan berpikir itu benar-benar masalah pada diriku. Saya dapat melihat kebenaran dengan mata kepala sendiri tetapi masih tidak dapat menerima kenyataan bahwa Muhammad adalah seorang Nabi dan hanya ada satu Tuhan. Jadi bukan mata yang buta tetapi hati,” terang Joran.
Kemudian malam harinya, Joram pun berdoa yang ia katakan tidak tahu kepada Tuhannya Bible atau Tuhannya Al-Qur’an, agar diberikan petunjuk sehingga membuatnya yakin 100 persen bahwa ia telah menemukan jalan yang benar. Bahkan ia merasakan telah menjadi seorang Muslim malam itu.
Keputusan untuk memeluk Islam bukanlah hal yang mudah baginya. Karena tantangan yang ia terima datangnya dari orang-orang sekitar yang dekat dengannya termasuk para pemilihnya saat berada di Partai Kebebasan.
Begitu juga ancaman-ancaman yang datang padanya sangat banyak dan mengerikan.
“Paman dan bibiku kaget mendengar saya memeluk Islam. Ibu saya juga menangis. Tetapi istri saya cukup terbuka, dan berkata jika Islam benar-benar kamu yakini dan dari hati, apa salahnya? Sementara beberapa orang dari pekerjaan lamaku benar-benar agresif. Lebih dari 2000 ancaman kematian datang. Mereka mengatakan sesuatu yang sangat mengerikan. Seperti akan perkosa istri saya, menembak, dan menculik anak-anak saya,” tandasnya.
Namun Joram tidak takut dengan semuanya. Ia menganggap ancaman-ancaman yang datang hanyalah perbuatan orang-orang bodoh yang tidak mengenal Islam. [] M. Siregar
0 Komentar