Topswara.com -- Dunia tengah diterpa krisis global. Tak hanya satu atau dua negara yang didera kesulitan. Namun, hampir seluruh negara mengalami krisis ekonomi yang merata. Ditengarai karena hantaman pandemi Covid-19. Diperparah lagi setelah perang Rusia-Ukraina yang berpengaruh pada keadaan ekonomi global. Negara-negara yang tengah dilanda inflasi tinggi diantaranya, Turki, Argentina, Belanda, Rusia dan Inggris Raya (CNNIndonesia.com, 26/10/2022).
Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengungkapkan ketidakpastian ekonomi global menciptakan krisis pangan tahun 2023 makin berat (CNBCIndonesia.com, 21/10/2022). Situasi ini pun pasti berpengaruh pada perekonomian Indonesia. Dan krisis ini paling parah menghantam sektor pangan, yang langsung mengimbas kebutuhan seluruh rakyat.
Keadaan ini menunjukkan bahwa ekonomi dunia sedang tak baik-baik saja. Krisis ekonomi yang berimbas pada segala bidang kehidupan. Krisis energi, krisis pangan, hingga krisis sosial.
Krisis energi, telah nampak di hadapan kita. Secara fakta, negeri ini penuh sumber daya alam yang menjadi sumber energi. Berbagai hasil tambang, batu bara dan sumber energi lain begitu melimpah.
Namun, karena pengelolaan sistem ekonomi yang buruk, melimpahnya sumber daya tak dapat memenuhi segala kebutuhan rakyat. Pengaturan ekonomi berbasis ekonomi kapitalistik, hanya menguntungkan swasta oligarki. Maka tak mengherankan saat ekonomi menjadi kacau, karena segala kekeliruan tata kelola.
Tak hanya krisis energi. Ternyata krisis pangan pun mulai menyapa. Di tengah sumber pangan yang begitu luar biasa, kelaparan terjadi dimana-mana. Inilah fakta yang mengherankan.
Belum lagi krisis sosial yang juga merusak kehidupan. Kejahatan terjadi dimana-mana. Nyawa tak lagi dianggap sebagai harta berharga. Memprihatinkan.
Segala fakta yang tersaji berbicara bahwa segala pengaturan sistem yang ada saat ini adalah pengaturan sistem rusak yang sekaligus merusak. Double destruktif.
Sistem ekonomi kapitalistik sangat rentan mengatur kehidupan. Segala kerusakan begitu nyata. Sistem ekonomi kapitalistik menyandarkan segala pengaturannya pada sektor non riil. Inilah biang keladinya. Sektor non riil (sektor keuangan), yang berpayung pada sistem keuangan ribawi, bersifat "gambling". Alias tak pasti. Sektor ini menjadi benalu mematikan dalam pengaturan ekonomi. Sektor ini pula, menjadi pesaing kuat bagi sektor riil dalam menawarkan keuntungan.
Alhasil, jumlah uang meningkat luar biasa dalam waktu sekejap. Hingga akhirnya terciptalah ledakan inflasi.
Sektor keuangan (non riil) menyebabkan daya beli uang anjlok dan sektor riil pun terhambat dalam produksi karena sulitnya mengakses modal. Keadaan ini pun secara pasti merembet pada sektor kehidupan rakyat secara umum. Seperti mahalnya harga bahan pangan pokok, upah yang tak manusiawi. Hingga berujung pada krisis sosial, yang membentuk "jiwa miskin" dalam setiap diri umat. Akhirnya tak peduli lagi tentang standar benar atau salah. Inilah yang sekarang terjadi. Miris
Ditambah lagi hilangnya akidah umat. Sekulerisasi kehidupan, yang menjauhkan segala aturan agama dari kehidupan. Hingga diri manusia tak memiliki lagi rasa malu atau rasa muroqabbatullah. Yaitu perasaan yang senantiasa menghubungkan segala tindakan dalam kehidupannya dengan pengawasan
Dzat Yang Maha Kuasa.
Sehingga sangatlah jelas bahwa sistem kapitalisme yang liberal sekaligus sekuler sungguh merusak kehidupan. Bahkan mengoyak segala harapan atas masa depan.
Sekaratnya sistem ini, tentu harus segera dicampakkan. Hanya Islam-lah, satu-satunya harapan. Menyatukan segala aturan shahih dalam satu syariat Islam yang mensolusikan segala masalah kehidupan. Salah satunya, sistem ekonomi Islam non ribawi, yang dijadikan pijakan dalam pengelolaan sumberdaya alam.
Sistem ekonomi Islam memiliki bangunan unik yang khas. Memiliki daya tahan luar biasa hadapi krisis ekonomi. Berdasarkan syariat Islam kaffah, sistem ini menjadikan pengabdian kepada Allah SWT sebagai satu-satunya cara pandang dalam melaksanakan segala aturan syariat dalam kehidupan.
Dan segalanya ini menyadarkan bahwa sesungguhnya segala persoalan ekonomi bertumpu pada distribusi. Bukan produksi, seperti yang ada pada sistem ekonomi kapitalis saat ini. Sehingga jelaslah, tujuan pembangunan ekonomi, arah pembangunannya, serta jelas juga sasaran pembangunannya.
Demi tercapainya kesejahteraan umat, sistem yang seharusnya diterapkan adalah sistem ekonomi Islam yang senantiasa stabil. Karena umat-lah satu-satunya tujuan utama. Dan perlu diingat kembali bahwa umat adalah amanah bukan beban bagi negara. Sistem Islam-lah yang harus segera ditegakkan. Tanpa tapi. Tanpa nanti. Karena inilah satu-satunya solusi.
Wallahu a'lam bisshawwab.
Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor
0 Komentar