Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kontroversi, Modus agar Tetap Eksis


Topswara.com -- Kontroversi adalah modus yang digunakan para public figure agar tetap eksis. Nikita Mirzani (NM) misalnya. Ia tidak pernah selesai membuat kegaduhan, tak hanya bolak-balik ke kantor polisi terakhir dia dilarang ke luar negeri oleh pihak imigrasi. Pun Inul Daratista (ID) yang memiliki koleksi barang haram berupa aneka minuman keras dan dihujat netizen kemudian dengan percaya diri ia menjawab baginya minuman itu tidak haram. 

Yang paling eneg dan gemes bagi para emak-emak adalah ulah Dhenise (DC). Ia mengatakan bertobat namun tiada henti membeberkan aib zinanya dengan percaya diri. Sampai detail ia merinci perbuatannya dengan pengusaha yang diduga suami artis AD itu. Sontak ayah dan ibunya DC marah bahkan diberitakan ayahnya murka kepada anak perempuannya itu. Namun mirisnya ia justru berkelakar, mana ada perempuan perawan zaman sekarang?

Ulah kontroversial para artis adalah racun yang dibiuskan oleh media kepada masyarakat. Semakin diberitakan, pro dan kontra memanas. Sayangnya solusi atas hal tersebut selalu berakhir dengan pemahaman yang disebar bahwa itu adalah bagian hak asasi mereka. 

Namun hingga kini belum ada yang menjawab bahwa itu juga bagian hak asasi para emak yang memahami lelahnya mendidik generasi mereka dan menjaga para suami mereka dari api neraka, agar tidak ikut terpedaya dengan life style mereka yang dipromosikan di media dan diamini pendukungnya.

Rangkaian peristiwa hari ini bukanlah sesuatu yang terjadi dengan sendirinya, melainkan akibat dari pemahaman yang sudah sejak lama di berikan melalui pendidikan formal maupun informal. Sehingga pemikiran tersebut diadopsi banyak individu dan diamini sebagai bagian yang dipahami umat, yaitu kebebasan individu.

Berawal dari narasi yang sering didapati di berbagai kalangan, "Jangan mengganggu hidupku atau jangan mengurusi urusanku yang penting aku tidak mengganggu hidupmu." Dan narasi yang semisal maknanya. Akhirnya lambat laun kemaksiatan pun dianggap bukan kemaksiatan selama tidam ada yang merasa dirugikan. Zina bukan kemaksiatan selama dilakukan suka sama suka.

Selanjutnya bagaimana jika mereka mempertontonkan kemaksiatannya, sehingga orang lain ada yang ingin mengikuti perbuatannya karena keterbatasan pemahaman atau terpaksa melakukan hal tersebut disebabkan circle pertemanannya? Apakah itu masih dikatakan tidak mengganggu kehidupan orang lain?

Tentu sangat mengganggu. Tidak dipungkiri banyak pelaku maksiat berawal dari melihat dan berada dalam lingkungan yang salah. Kemudian mentolerir perbuatan maksiat karena pelakunya adalah temannya atau atasannya. Alhasil lambat laun ia pun mencoba dan menikmatinya.

Sehingga tindakan para public figure yang secara terang-terangan mengumbar kemaksiatannya di media sosial atau di media televisi nasional sudah seharusnya menjadi perhatian khusus bagi seluruh elemen masyarakat, demi keberlangsungan generasi bangsa yang berakhlak mulia.

Kalau kemarin Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) bisa melarang stasiun TV menayangkan artis pelaku KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga), tentu bukan hal yang sulit bagi pemerintah untuk melarang para public figure mengumbar kemaksiatannya. Jika memang pemerintah serius menjaga generasi bangsa yang termasuk amanah bangsa yang tertuang dalam tujuan negara pada pembukaan UUD 1945.

Kenapa justru sebaliknya, acara kajian kerap dipersekusi, dijegal, digagalkan namun tayangan yang menghasut syahwat menjadi liar di biarkan saja menghiasi layar kaca dan media sosial. Menjadi tontonan banyak kalangan, termasuk gubernur hingga wakil rakyat.

Minuman keras dan judi online yang angkanya sudah mencapai triliunan justru melibatkan oknum penegak hukum dalam menorehkan tinta hitam kejahatan penyebarannya. Apakah ini masih terus dibiarkan dan dikatakan ini tergantung individunya?

Sebaik apapun individu dan seshalih apapun anak, jika di tempatkan di lingkungan yang rusak hanya ada tiga kemungkinan ia mendiamkan kerusakan tersebut, dia ikut arus kerusakan atau dia mengingatkan namun risikonya di-bully, dianiaya teman-temannya sampai ia mau meninggalkan lingkungan tersebut.

Dalam semesta yang lebih besar yait yg negara, sudah banyak bukti orang atau individu yang mengingatkan sistem yang rusak justru di-bully, dipersekusi hingga masuk bui. Jadi ini bukti bukan tergantung pada individunya, namun tergantung pada sistem kehidupan yang ada.

Jika sistem kehidupan saat ini sarat akan kebebasan individu yang diagungkan, maka kerusakan seperti di atas akan menggurita. Kebebasan individu adalah buah dari sistem kapitalisme yang rusak dan terbukti merusak.

Islam adalah sistem yang dijamin penuh rahmat bagi seluruh alam justru dinarasikan merusak, dengan labeling radikalisme, terorisme, dan intoleran. Padahal yang jelas merusak selama ini kan yang sudah dan sedang diterapkan yaitu kapitalisme, bukan Islam. Sayangnya banyak umat Islam ikut latah dalam labeling tersebut tanpa memahami faktanya.

Sehingga utopis mewujudkan generasi bangsa yang berakhlak mulia di atas sistem kapitalisme, yang ada justru lelah dalam kemustahilan.

Mari jaga dan wujudkan generasi yang berakhlak mulia, antikorupsi, antizina, antimabuk dan antitawuran dengan mewujudkan Islam sebagai sistem kehidupan yang mengatur seluruh sendi sendi kehidupan.


Oleh: Heni Trinawati, S.Si.
(Analis Mutiara Umat Institute)

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar