Topswara.com -- Gangguan kesehatan mental merupakan masalah yang kompleks dan bisa bermacam-macam bentuknya, seperti dijelaskan dalam klasifikasi penyakit internasional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dalam definisi itu, gangguan kesehatan mental mencakup banyak bentuk, termasuk depresi, kecemasan, bipolar, gangguan makan, dan skizofrenia.
Diberitakan sebelumnya di theconversation.com , bahwa riset terbaru dari Institute for Health Metrics and Evaluation University of Washington terkait Global Burden of Disease (GBD) 2019 menunjukkan bahwa gangguan kesehatan mental tetap bertahan dalam 10 penyebab teratas beban penyakit di seluruh dunia. Tak ada bukti pengurangan secara global pada beban ini sejak 1990.
Dalam konteks Indonesia, riset ini menunjukkan tren peningkatan jumlah gangguan kesehatan mental dalam 30 tahun terakhir. Hal ini menunjukkan kurangnya komitmen para pengambil kebijakan untuk serius menangani masalah kesehatan mental, meskipun data-data epidemiologis menunjukkan bahwa problem ini tak lagi bisa dianggap remeh.
Gangguan kejiwaan ini bersifat psikologis dan simptomatik. Jadi memang hanya bisa dilihat dari gejala. Ada yang ringan hingga sedang, seperti gangguan emosional, dan ada yang berat bahkan berbahaya. Yang paling berbahaya antara lain berupa mental illness, karena pengidap bisa membahayakan dirinya dan juga orang lain (menjadi psikopat).
Sistem Rusak Mental juga Rusak
Meningkatnya gangguan mental, depresi dan orang gila akhir-akhir ini diakibatkan penerapan sistem kapitalis yang rusak oleh negara. Sistem ini membentuk individu lemah mental jauh dari iman dan ketakwaan. Sekulerisme yang di usung oleh sistem ini, memisahkan agama dan kehidupan. Kapitalisme telah membangun budaya serba bebas, kebebasan yang tiada batas selalu dijunjung tinggi dalam negara yang menerapkan sistem ini.
Moderasi agama dan sekularisasi terus menggerus keimanan umat, hingga bukan sesuatu yang aneh lagi jika banyak umat Islam tidak takut berbuat dosa, tidak takut berbuat hina, terang-terangan bermaksiat, bahkan bangga melanggar aturan Allah. Individu-individu yang egois, nirempati, tak beradap, dan lemah iman mengakibatkan mudah putus asa, depresi bahkan sampai pada level gila.
Kapitalisme mengikis ketahanan keluarga dan masyarakat kita. Sistem ini menghancurkan tatanan keluarga yang ifeal. Ayah hanya sibuk mencari nafkah lahir, tanpa memberi nafkah batin kepada keluarganya. Sedangkan ibu dituntut keadaan ikut sibuk mencari nafkah. Parahnya lagi kalau ibu sibuk bersosialita terbawa arus kehidupan hedonis. Alhasil pengasuhan anak menjadi tidak kondusif. Ini menjadikan anak tumbuh menjadi generasi-generasi rusak, yang mudah depresi.
Dalam hal ini, negaralah yang paling bertanggung jawab terhadap meningkatnya gangguan mental. Karena negara telah menerapkan sistem kapitalisme yang merusak mental secara sistemis dalam kehidupan kita.
Penerapan sistem ekonomi kapitalistik telah menyebabkan kemiskinan menjadi potret sebagian besar masyarakat. Menjadikan hidup begitu penuh persaingan. Si kaya memangsa si miskin. Dan gap sosial pun makin lebar menganga, di tengah kekayaan alam negeri ini yang luar biasa.
Kapitalisme yang menghamba harta, pastilah meniscayakan kebahagiaan yang berstandar fisik dan materi. Sehingga banyak yang berlomba-lomba memperbaiki fisik dan materi saja tanpa diiringi iman dan ilmu. Alhasil, mereka cepat atau lambat akan mengalami depresi dan putus harapan.
Lihatlah penerapan sistem demokrasi yang mengagungkan kebebasan sedikit demi sedikit telah menggerus keyakinan pada nilai-nilai kebenaran agama. Standar perbuatan menjadi cair, tak jelas ukurannya. Pergaulan pun menjadi permisif dan niradab. Termasuk pola relasi dalam bangunan keluarga.
Ini sekaligus menjadi bukti nyata, bahwa kapitalisme sangat tidak manusiawi mengelola eksistensi diri orang-orang yang bernaung dengan tata aturannya.
Oleh karenanya, sedemikian urgennya muara pengelolaan eksistensi diri manusia dikembalikan pada posisi manusia sebagai seorang hamba.
Islam Solusi Atasi Depresi
Cara yang bisa dilakukan adalah menguatkan kesadaran tentang pentingnya mewujudkan sistem Islam, yang tegak di atas landasan keimanan dan penerapan aturan-aturan hidup yang adil dan memuliakan. Mulai dari sistem pemerintahannya, sistem ekonominya, sistem sosialnya (termasuk kebijakan media, pendidikan, dan kesehatan), sistem hukumnya, dan lain sebagainya.
Karena Islam menjamin kesejahteraan individu dan keluarga. Dalam Islam, kesejahteraan tidak bisa diraih hanya lewat peran individu atau keluarga saja, di dalamnya ada peran Negara. Islam menjamin tercapainya kesejahteraan hidup melalui mekanisme penerapan sistem politik ekonomi Islam.
Upaya meraih kesejahteraan ini bukan hanya dibebankan kepada individu dan keluarga, namun juga tanggung jawab negara. negara, memang tidak akan mencampuri urusan privasi keluarga, tetapi tetap memastikan setiap anggota keluarga mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik.
Negara juga wajib memenuhi kebutuhan warganya, baik kebutuhan dasar sebagai individu (sandang-pangan-papan) maupun kebutuhan kolektif berupa keamanan, kesehatan, dan pendidikan. Dimana pemenuhan dan pelayanan kebutuhan dasar ini dilakukan secara adil, merata, tanpa pandang bulu. Contohnya dalam hal kesehatan, pelayanan dan penanganannya akan sama cepat dan nyaman, baik bagi orang kaya ataupun miskin, baik rakyat atau pejabat.
Di dalam naungan Islam tiap individu akan merasa tenang dalam mencari nafkah, setiap anggota masyarakat akan berfungsi sesuai fitrahnya. Ayah akan menjadi pemimpin bagi keluarga yang berkewajiban menafkahi, membimbing dan melindungi keluarganya, dan ibu akan fokus mendidik anak anaknya. Sehingga anak akan tumbuh dengan baik. Ditambah lingkungan yang kondusif bagi anak anak untuk fokus belajar ilmu. Alhasil akan tercetak generasi-generasi emas yang akan membangun peradapan. Berbeda dengan generasi yang hidup di alam kapitalisme yang hedonis, mudah galau, dan cepat emosi.
Dengan bekal ilmu dan pembentukan mental yang sehat dan kuat, ditopang dengan pembentukan sikap dan nafsiyah yang mantap, kehidupan di era penerapan Islam jauh dari hura-hura, dugem dan kehidupan hedonistik lainnya. Mereka tidak mengonsumsi miras, atau narkoba, baik sebagai dopping, pelarian atau sejenisnya. Karena ketika mereka mempunyai masalah, keyakinan mereka kepada Allah, qadha’ dan qadar, rizki, ajal, termasuk tawakal begitu luar biasa. Masalah apapun yang mereka hadapi bisa mereka pecahkan.
Dengan penerapan sistem Islam secara sempurna rakyat akan terhindar dari problem-problem kehidupan yang memicu pada gangguan mental. Oleh karenanya untuk mengatasi gangguan mental yang disebabkan sistem yang rusak maka solusi yang tepat adalah mengganti dengan sistem yang benar.
Dan Islam telah terbukti secara sistematis melindungi rakyatnya dari gangguan mental ini. Maka dari itu sudah seharusnya kita kembali mengambil Islam sebagai sistem kehidupan ini, dimana hanya akan terwujud bila diterapkanya Islam secara sempurna dalam kehidupan baik bernegara, bermasyarakat, keluarga dan individu.
Oleh: Nur Hidayah
Aktivis Muslimah Magelang
0 Komentar