Topswara.com -- Trainer Parenting Islami, Hj. Ir. Dini Sumaryanti membeberkan cara mempersiapkan anak agar tidak mengalami krisis.
"(Ada beberapa) cara mempersiapkan anak agar tidak mengalami krisis," ungkapnya dalam Program Cahaya Muslimah, Parenting Islami: Agar Masa Remaja Bukan Masa Krisis, di YouTube Sultan Channel, Jumat (21/10/2022).
Pertama, perjelas identitas anak.
"Perjelas gander dia, agar anak tidak mengalami keraguan gander. Tingkat stres paling tinggi itu pada anak-anak yang tidak jelas, enggak punya identitas yang jelas tentang gandernya. Maka sedini mungkin perlakukan dan arahkan anak sesuai gendernya," terangnya.
"Islam sendiri memperlakukan dan mengarahkan anak sesuai gender yang Allah berikan pada dia. Organ seksual laki-laki harus diperlakukan sebagai laki-laki, enggak ada bedanya antara gander dengan seksual. Perlakuan yang salah nanti bikin anak krisis identitas, misalnya Islam mengajarkan laki-laki dilarang berpakaian seperti wanita atau wanita dilarang berpakaian seperti laki-laki termasuk pada anak-anak. Ajari juga kehidupan pria dan wanita itu terpisah secara mutlak kecuali dengan mahramnya," sambungnya.
Kedua, membangun orientasi untuk menikah. "Ketika naluri mencintai lawan jenis itu sudah muncul bukan dimatikan, bukan diomeli, tapi di ajak bicara, diarahkan, nanti kalau besar, kalau sudah dewasa bisa menikah dengan orang yang kamu sukai, dan sebagainya," jelasnya.
Ia mengutip surat An-Nisa': 6
وَابْتَلُوا الْيَتٰمٰى حَتّٰىٓ اِذَا بَلَغُوا النِّكَاحَۚ فَاِنْ اٰنَسْتُمْ مِّنْهُمْ رُشْدًا فَادْفَعُوْٓا اِلَيْهِمْ اَمْوَالَهُمْ ۚ وَلَا تَأْكُلُوْهَآ اِسْرَافًا وَّبِدَارًا اَنْ يَّكْبَرُوْا ۗ وَمَنْ كَانَ غَنِيًّا فَلْيَسْتَعْفِفْ ۚ وَمَنْ كَانَ فَقِيْرًا فَلْيَأْكُلْ بِالْمَعْرُوْفِ ۗ فَاِذَا دَفَعْتُمْ اِلَيْهِمْ اَمْوَالَهُمْ فَاَشْهِدُوْا عَلَيْهِمْ ۗ وَكَفٰى بِاللّٰهِ حَسِيْبًا
Dan ujilah anak-anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk menikah. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka hartanya. Dan janganlah kamu memakannya (harta anak yatim) melebihi batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (menyerahkannya) sebelum mereka dewasa. Barangsiapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah dia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa miskin, maka bolehlah dia makan harta itu menurut cara yang patut. Kemudian, apabila kamu menyerahkan harta itu kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi. Dan cukuplah Allah sebagai pengawas.
"Ayat ini memang ada anak yatim pembahasannya, tapi tidak kusus untuk anak yatim saja, ayat ini juga untuk anak-anak yang lain, anak yatim perlu diperhatikan karena tidak punya orang tua yang mengarahkan, yang mengurus anak yatim maka harus lebih diperhatikan," tuturnya.
"Jika anak sudah cukup umur maka diarahkan, dipersiapkan untuk menikah. Menikah itu dikaitkan dengan kemampuan pengelolaan harta, anak sudah mampu mengelola harta. Yang viral itu, nikah itu berat, padahal nikah itu enggak berat, banyak keindahan, bebas melakukan apa saja yang tidak dibolehkan oleh Allah SWT jadi dibolehkan," imbuhnya.
Ketiga, sikap mental terhadap pekerjaan di masa depan. "Dia tahu bagaimana kalau anak laki-laki itu punya pekerjaan mencari nafkah, mental dia terhadap harta, punya keinginan untuk mencari harta dengan cara halal. Pemahaman dia terhadap bekerja adalah untuk melaksanakan perintah Allah SWT, bekerja untuk dapat pahala dari Allah SWT, hasilnya terserah Allah SWT," katanya
"Itu sikap mental yang harus ditanamkan sejak kecil, sehingga kalau sudah baligh tumbuh kesadaran bahwa harusnya sudah enggak dibiayai oleh orang tua, kalau pun mereka dibiayai tahu diri. Jadi sikap mental membangun pekerjaan mereka di masa datang, sikap mental mengambil tanggungjawab," imbuhnya.
Keempat, membangun nilai-nilai yang diyakini sesuai dengan Islam.
"Nilai yang tertanam dalam diri seorang Muslim, nilai-nilai yang didasarkan pada akidah Islam. Keyakinan bahwa Allah SWT itu ada, Allah SWT itu mencintai kita, maka Allah SWT itu ingin kita selamat dunia akhirat," tegasnya.
"Allah SWT menurunkan aturan yang ada dalam Al-Qur'an dan mengutus Rasulullah SAW untuk memberi contoh. Kalau proses penanaman akidah ini kuat ini akan jadi value (nilai) dalam diri dia," pungkasnya.[] Rina
0 Komentar