Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Banjir Tak Kunjung Usai


Topswara.com -- Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Isnawa Adjie mengatakan, sekitar tiga siswa MTsN 19 Pondok Labu, Jakarta Selatan, meninggal karena luapan air yang merobohkan tembok dan menimpa para siswa. 

Menurutnya, kejadian itu terjadi setelah hujan lebat yang melanda DKI Jakarta pada Kamis (6/10) sekitar pukul 14.50 WIB (republika.co.id, 6/10/2022). Banjir masih saja menjadi masalah yang sampai sekarang belum mampu untuk diatasi secara tuntas oleh pemerintah daerah maupun pusat. Seringnya peristiwa seperti ini terjadi tanpa adanya solusi yang solutif.

Di negara kepualaun seperti Indonesia yang memiliki 17.000 pulau. Tentunya salah satu negara yang akrab dengan perairan. Namun, Indonesia selalu mendapati perairan baru di tengah kota atau bisa disebut banjir. Ya sudah menjadi sebuah hal yang normal, bahkan masyarakat membuat istilah “banjir tahunan”, dimana setiap tahunnya banjir pasti akan terjadi. 

Tetapi banjir ini terjadi bukan hanya karena curah hujan yang tinggi saja, masih banyak faktor yang menyebabkan banjir ini terjadi dan tentunya itu ada di wilayah manusia untuk berupaya mencegah agar banjir ini tidak kembali terulang. 

Banyak kerugian akibat banjir seperti kerusakan fasilitas umum, hilangnya tempat tinggal, hilangnya mata pencarian masyarakat yang terdampak banjir bahkan juga banyak menelan korban jiwa dari tahun ke tahun.

Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pola hidup bersih seperti membuang sampah pada tempatnya semakin menambah parah bencana banjir. Faktanya masyarakat membuang sampah sembarangan hingga tumpukan sampah banyak berserakan diparit-parit atau selokan sebagai tempat mengalirnya air dan akhirnya menjadi tersumbat. Belum lagi sistem perairan yang belum dimanfaatkan secara optimal. 

Meskipun kita tau pemerintah selalu berupaya untuk mencegah dan mengatasi banjir tapi sampai saat ini upaya tersebut belum mampu menyelesaikan masalah banjir. Karena solusi yang dibuat hanya bersifat parsial dan tidak menyeluruh sehingga banyak wilayah yang masih mengeluhkan banjir.

Kalau ditelusuri lebih dalam lagi, hal ini tentu bukan sekedar masalah persoalan teknis semata, melainkan akibat dari sistem yang diterapkan adalah kapitalisme, di mana keserakahan semakin merajalela. Para kapital diberikan kekuasaan untuk mengambil alih lahan, menggunduli hutan yang akhirnya tidak ada lagi tempat resapan air dan jalan menjadi rawan longsor. 

Semua daerah resapan air seperti perhutanan dan sungai  beralih fungsi menjadi jalan tol, pabrik-pabrik serta penambangan bahkan menjadi hunian mewah. 

Mereka hanya memikirkan keuntungan materi sebanyak-banyaknya untuk dinikmati oleh segelintir orang tanpa memperdulikan dampak negatif yang akan terjadi. Semua persoalan ini disebabkan oleh diterapkannya sistem kapitalisme. Pemerintah juga abai dan tidak bersungguh-sungguh dalam mengatasi masalah banjir, yang ada hanya memikirkan pemasukkan individu tanpa memperdulikan kondisi masyarakat dan lingkungan.  

Dan sejatinya semua kerusakan yang terjadi saat ini tidak lepas dari perbuatan tangan manusia itu sendiri. Sebagaimana apa yang telah Allah SWT sampaikan didalam firman-Nya Surah Al-Baqarah ayat 30 yaitu "Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Apakah Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah disana, sedangkan kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Dia berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". Firman ini menjadi teguran dan peringatan untuk semua manusia terutama umat muslim yang telah Allah SWT amanahkan sebagai seorang khalifah (pemimpin) dimuka bumi ini untuk menjaga dan melestarikan alam yang Allah SWT ciptakan agar mampu memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah umat manusia.

Maka dari itu tentu keadaan ini sangat berbeda saat sistem Islam (khilafah) diterapkan. Khalifah (pemimpin) akan sangat serius dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk kemaslahatan umat manusia salah satunya pembangunan infrasturktur seperti pembuatan kanal, bendungan, sungai buatan, drainase, dan reboisasi untuk mencegah banjir dan sebagai tempat penampungan air. 

Khilafah akan membentuk badan khusus yang menangani bencana-bencana alam yang dilengkapi dengan peralatan-peralatan berat, evakuasi, pengobatan, dan alat-alat yang dibutuhkan untuk menanggulangi bencana. Dalam menangani korban-korban bencana alam, khilafah akan segera bertindak cepat dengan melibatkan seluruh warga yang dekat dengan daerah bencana. 

Khilafah menyediakan tenda, makanan, pakaian, dan pengobatan yang layak agar korban bencana alam tidak menderita kesakitan akibat penyakit, kekurangan makanan, atau tempat istirahat yang tidak memadai. 

Tidak hanya itu saja, negara fokus untuk pemeliharaan daerah rawan banjir, tata kelola setiap daerah sehingga meminimalisir terjadinya banjir, membuat cagar alam yang dilindungi negara yang tidak bisa diambil alih tanpa izin. Dan yang tidak kalah penting pemerintah aktif dalam mensosialisasikan pentingnya menjaga kebersihan dan memelihara lingkungan dengan ketaqwaan dan kesadaran penuh masyarakat. 

Jika ada yang berupaya merusak atau mencemari lingkungan, khalifah (pemimpin) akan memberikan sanksi yang tegas kepada pelaku. Dengan demikian penerapan sistem Islam secara kaffah akan mampu mengatasi permasalahan banjir secara menyeluruh. Wallahu’alam bisshawwab.


Oleh: Diah Puja Kusuma
Sahabat Topswara
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar