Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

7 Tips Mendidik Anak ala Nabi SAW


Topswara.com -- Peringatan Maulid Nabi 1444 H baru saja berlalu. Kita berharap tidak hanya menjadi seremonial belaka, atau sekadar mengingat secara kronologis masa kelahiran hingga wafatnya beliau. Namun mampu memotivasi untuk meneladani perilaku Rasulullah SAW dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagaimana firman Allah, 

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah (Al Ahzab: 21)"

Apalagi perilaku beliau selain ucapan bahkan diamnya beliau terhadap tindakan Sahabat adalah hadis sebagai salah satu sumber hukum Islam selain Al-Qur'an.

Rasul adalah teladan dalam segala hal. Sebagaimana sifat ajaran Islam nan sempurna dan menyeluruh, maka ajaran Rasul juga lengkap. Dari bangun tidur, bangun keluarga, hingga bangun negara, semua ada. 

Rasulullah adalah teladan dakwah dan perjuangan menegakkan kalimah-Nya. Beliau juga seorang pemimpin wilayah, komandan pasukan perang luar biasa. Pun beliau telah memberi contoh sebagai sebaik-baik pemimpin rumah tangga dan pendidik anak cucunya menjadi sosok shalih-shalihah. 

Salah satu bukti didikan Rasulullah ialah Fathimah Az-Zahra, putri Rasulullah dengan Ibunda Khadijah. Dikenal sebagai sosok yang berakhlak mulia, lemah lembut, sabar, suka membantu, qana’ah, dekat dengan Allah, serta berkontribusi dalam perjuangan di jalan Allah, membuatnya pantas diberi predikat Allah: perempuan terbaik yg menjadi pemimpin surga. 

Mendamba Qurrota A'yyun

Tentu kita menginginkan memiliki anak yang shalih-shalihah. Shalih itu artinya baik. Dalam istilah agama lain disebut sebagai qurrota a'yyun. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Furqon: 74. 

 وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
 
"Dan orang-orang yang berkata, 'Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa'.”

Sosok qurrota a'yyun sebagaimana ada pada diri Rasul: beriman, rajin ibadah, taat pada hukum Allah, berakhlak mulia,  berkepribadian Islam bagus, serta memperjuangkan Islam. Maka, tak hanya berdoa minta anak qurrota a'yyun, juga mengupayakan mewujudkannya, antara lain dengan mendidiknya sesuai yang Rasulullah teladankan.

Tips Mendidik ala Rasulullah SAW

Tips mendidik anak ala Rasulullah SAW: 

Pertama, memperkenalkan tauhid sejak dini. 

Inilah rahasia sukses para sahabat dan salafus shalih mendidik anak. Nabi SAW bahkan mengajarkan tauhid kepada anak-anaknya sebelum risalah kenabian datang padanya.

Setelah beliau diangkat menjadi utusan Allah, anak-anaknya pun kian patuh dan berbakti. Mereka memahami betul bahwa perintah ayahnya berasal dari wahyu Rabb. Contoh, ketika diperintahkan hijrah mengikuti suaminya, Utsman bin Affan, ke Habasyah, Rukayyah menjalani dengan setulus hati dan kesabaran. Anak-anak Nabi SAW juga tegar saat menyertai dakwah Islam yang penuh rintangan selama di Makkah pada masa pra-hijrah ke Yastrib (Madinah). Mental yang kuat itu ditunjang oleh keyakinan tauhid yang mengakar dalam sanubari mereka.

Menanamkan tauhid sejak anak dilahirkan sudah diajarkan oleh Nabi, melalui azan dari sang ayah atau kakeknya. Dari Abu Dawud dan Tirmidzi, “Aku telah melihat Rasulullah mengazankan Hasan bin Ali pada telinganya saat dilahirkan oleh Fatimah dengan azan seperti azan shalat.” Dengan mengazankan ini maka kita telah mengenalkan anak pada penciptanya.

Kedua, mengajari, melatih, membiasakan beribadah. 

Rasulullah SAW bersabda: "Perintahkan anak-anakmu melaksanakan shalat sedang mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat sedang mereka berusia 10 tahun, dan pisahkan antara mereka di tempat tidurnya." (HR. Ahmad) 

Pada usia tujuh tahun inilah anak sudah mampu/paham menerima perintah, disebut mumayyiz. Diperkirakan sudah mampu belajar shalat dengan baik, mulai mengenal bacaan dan gerakan shalat dengan baik. Kalau pada usia sebelumnya anak hanya ikut-ikutan.

Ketiga, melibatkan anak dalam kajian ilmu agama.

Pasca hijrah ke Madinah, Rasul SAW menjadikan masjid sebagai pusat aktivitas kaum Muslimin. Beliau menyelenggarakan shalat, majelis ilmu, dan  kegiatan lainnya terkait maslahat umat. Putri-putri Nabi SAW sering mengikuti kajian yang diselenggarakan di Masjid Nabawi.

Membiasakan anak-anak menghadiri kajian ilmu tentu mensyaratkan adanya kecintaan dari diri orang tua sendiri terhadap thalabul ‘ilmi. Jangan sampai orang tua enggan meluangkan waktu mengajak anggota keluarga menyimak kajian agama.

Keempat, menegur kesalahan anak dengan makruf.

Salah satu bentuk pendidikan adalah teguran ketika mereka berbuat kesalahan. Orang tua mesti mengingatkan dengan cara baik. 

Ketika Rasulullah SAW melihat putrinya, Fatimah, mengenakan kalung emas, beliau menyiratkan rasa tidak suka di wajahnya. Fatimah yang menyadari hal itu segera pamit, lalu menjual kalung emas itu. Uang hasil penjualan dibelikannya seorang budak, tetapi hanya untuk dimerdekakan. Begitu kembali kepada sang ayah, Fatimah menjelaskan keadaannya sekarang. Nabi SAW menunjukkan raut wajah gembira. Tampak Rasulullah SAW mengoreksi perilaku anaknya tanpa perlu berkata kasar, marah-marah, apalagi sampai menggunakan kekerasan fisik.

Di sisi lain, Fatimah sebagai anak juga memiliki kepekaan terhadap suasana hati orang tuanya. Karena Fatimah sejak kecil dididik ayahnya untuk bersikap patut. Seorang anak hendaknya sejak dini dibimbing untuk memilah dan memilih perbuatan yang baik, bermanfaat, dan adil. Bila seorang anak terbiasa memiliki rasa malu untuk berbuat salah, dia akan enggan melakukan yang bertentangan dengan ajaran agama.

Kelima, mengajak anak bermain. 

Beliau menyuruh Abdullah, Ubaidillah, dll. dari putra-putra pamannya Al-Abbas r.a. untuk berbaris lalu berkata,  "Siapa yang terlebih dahulu sampai kepadaku akan aku beri sesuatu (hadiah).” Mereka berlomba menuju beliau, kemudian duduk di pangkuannya lalu Rasulullah menciumi mereka dan memeluknya. 

Keenam, memperlakukan dengan lembut dan kasih sayang.

Pernah Rasulullah menggendong cucunya dan lalu jubah beliau dikencingi. Abu Laila yang melihat kejadian itu terkejut dan langsung berusaha mengambil cucu Rasul dari gendongannya. Namun Rasulullah menolak memberikan cucunya pada Abu Laila. Beliau berkata agar Abu Laila tak bicara keras sehingga menakuti anak-anak.

Rasulullah kemudian mengatakan bahwa apa-apa yang mengotori jubahnya, bisa hilang dengan cepat jika dicuci. Namun trauma anak kecil dari kata-kata kasar dan hardikan, belum tentu bisa hilang dalam waktu cepat.

Ketujuh, mengajarkan adab dan birrul walidain.

Aisyah r.a. berkata, “Apabila Nabi melihat Fatimah datang, beliau menyambutnya serta berdiri untuknya, lalu menciumnya sambil memegang erat tangan Fatimah itu. Kemudian Nabi menuntun Fatimah sampai mendudukkannya di tempat beliau biasa duduk. Sebaliknya, apabila Nabi yang datang kepadanya, Fatimah berdiri menyambut Nabi serta mencium Nabi SAW." (HR. Bukhari, Turmidzi, Abu Dawud)

Semoga tips di atas bermanfaat dan menjadi sarana Ayah Bunda mewujudkan ananda yang qurrota a'yyun. Sebagai investasi dunia akhirat yang tak pernah merugi. Wallahu a'lam.


Oleh: Puspita Satyawati
(Founder Kajian Sholihah, Sleman, DIY)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar