Topswara.com -- Terkadang ketika kita sedang meluapkan emosi atau marah, tiba-tiba ada yang berkata: “Ikhlas atau tidak?” Seolah-olah di sana ada korelasi yang erat antara menahan amarah dengan keikhlasan. Kalau ikhlas kita tidak marah-marah, begitu kira-kira pesan yang ingin disampaikan.
Oleh karena itu perkara penting berikutnya untuk bisa mengendalikan emosi dalam kesempatan apapun (bukan hanya di dalam mendidik anak) adalah keikhlasan. Artinya di sini mengharap pahala di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Terlebih ada keutamaan bagi orang-orang yang bisa mengendalikan amarahnya sementara dia mampu untuk melampiaskannya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللهُ مِنَ الْحُوْرِ الْعِيْنِ مَا شَاءَ.
“Barang siapa yang menahan amarahnya sementara dia mampu untuk meluapkannya, maka dia akan dipanggil di hadapan para makhluk kemudian Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang diinginkannya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah
Ini pahala akhirat tentunya. Maka orang yang ingin meluapkan amarahnya hendaknya mengingat hal ini. Itulah keikhlasan, mengharapkan pahala di sisi Allah, bukan kekuasaan.
Terkadang seseorang meluapkan amarahnya untuk melampiaskan nafsunya. Dan tentunya kepuasan belum tentu membawa kebahagiaan. Banyak orang yang memuaskan nafsu makan ternyata ujung-ujungnya menyesal karena banyak penyakit. Demikian juga orang yang meluapkan amarah. Sepertinya dia merasa puas, tapi sejurus kemudian dia akan menyesal.
Maka mengoreksi keikhlasan itu penting. Apalagi di dalam bab mendidik anak. Mendidik anak itu adalah ibadah yang perlu keikhlasan. Orang tua yang tidak mengharapkan wajah Allah akan mudah marah, kecewa, kesel, ataupun jengkel. Karena ibadah yang namanya mendidik anak itu tidak mudah.
Keikhlasan itu akan membuat segala perkara menjadi ringan. Kalau kita mengerjakan ibadah puasa dengan ikhlas, maka puasa itu sangat ringan. Tetapi kalau tidak ikhlas, maka rasanya sangat berat. Shalat malam juga berat. Tetapi kalau kita lakukan dengan ikhlas maka akan menjadi ringan. Sedekah itu berat, apalagi tujuannya bukan lillah. Tetapi ketika kita bersedekah dengan niat lillah, maka sedekah itu menjadi ringan. Karena keikhlasan itu akan meringankan perkara-perkara berat yang kita lakukan.
Kita tahu mendidik anak adalah tugas yang berat, dengan ikhlas kita akan bisa memikulnya dengan baik.
Maka coba tanyakan: “Mengapa saya harus marah? Apa yang saya inginkan dalam mendidik anak? Apa tujuan saya? Sudahkah saya ikhlas hanya mengharap pahala Allah Subhanahu wa Ta’ala?”
Dalam mendidik anak ini perlu ketulusan dan niat ikhlas semata-mata mengharap ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala. Memang capek, tapi ketika kita ingat pahala di sisi Allah, maka yang berat dan membuat capek itu akan menjadi ringan kita pikul.
Oleh: Ustaz Abu Ihsan Al-Atsaary
Cendekiawan Muslim
0 Komentar