Topswara.com -- Cacar monyet sudah masuk Indonesia. Pada Sabtu (20/8/2022). Kementerian kesehatan RI melaporkan pasien cacar monyet pertama pada seorang WNI yakni berusia 27 tahun yang sempat melakukan perjalanan luar negeri. Kamenkes RI menegaskan, penyakit ini menular lewat kontak dekat.
Dalam kesempatan tersebut, juru bicara kamenkes RI Muhammad Syahril, tidak menyebutkan negara yang sempat di kunjungi pasien tersebut. Menurutnya, cacar monyet utamanya menular lewat kontak langsung dengan orang yang terjangkit virus cacar monyet.
Misalnya dengan bersalaman, berpelukan, tidur bersama, hingga sentuhan dengan benba-benda yang terkontaminasi virus Seperti selimut, handuk, dan lain lain.
Namun ia menegaskan, pasien tersebut sempat melakukan kontak langsung dengan pasien cacar monyet saat berada di negara itu tersebut. Detik,health.com.
Menurut data organisasi kesehatan dunia WHO telah mengumumkan bahwa ada total 80 kasus caacar monyet (Mongkeypox) di 11 negara yang dilaporkan sampai saat ini. WHO mengatakan tengah berupaya lebih memahami tingkat dan penyebab wabah.
Apa itu cacar monyet? Cacar Monyet (Mongkeypox) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus monkeypox. Ini adalah penyakit zoonosis virus, yang berarti dapat menyebar dari hewan ke manusia. Itu juga bisa menyebar dari orang ke orang.
Bagaimana gejala cacar monyet? Gejala cacar monyet biasanya demam, sakit kepala bebat, sakit otot, sakit punggung, energi rendah, pembengkakan kelenjar getah bening dan ruang atau lesi kulit. Ruam biasanya dimulai dalam satu sampai tiga hari dari awal demam, lesu atau luka bakar, timbul benjolan berisi cairan bening atau kekuningan, dan kemudian bisa mengeras kemudian mengering dan rontok.
Saat ini cacar monyet memang banyak terjadi pada pria yang berhubungan seks dengan pria, tetapi makin lama wabah berlangsung, makin besar peluang virus untuk berkembang biak.
Sebuah penelitian di New England Journal of Medecine memperkirakan 95 persen infeksi cacar monyet didapat melalui hubungan seks, terutama hubungan seks antara laki laki.
Ini dikarenakan penyimpangan perilaku manusia yang tidak sesuai dengan fitrahnya dan sangat membahayakan. Bahkan Baratpun yang menjunjung kebebasan juga akan terkena dampaknya.
Sudah jelas penyebabnya adalah dengan diterapkannya sistem liberalisme sehingga pandemi ini makin terus meluas dan kaum liberal ini yang mempunyai pandangan masih membolehkan lebih banyak hak homoseksual tanpa memperdulikan masyarakat luas.
Bagaimana Islam mandang tentang Wabah? Menyingkapi wabah sebagai bagian dari ke imanan, muslim percaya bahwa seluruh peristiwa termasuk wabah penyakit cacar monyet, tidak mungkin terjadi tanpa kehendak Allah SWT, frman nya QS.At Taubah 9:51
قُلْ لَّنْ يُّصِيْبَنَآ اِلَّا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَنَاۚ هُوَ مَوْلٰىنَا وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ
Katakanlah (Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah orang-orang yang beriman.”
Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa manusia (terutama kaum mukmin) bersikap fatalistik (pasrah terhadap nasib). Beberapa Hadis penting terkait wabah justru berisi tuntunan bagaimana seharusnya muslim berupaya mengatasi wabah penyakit ini.
Nabi SAW bersabda:
لا يورد ممرض على مصح
Janganlah unta yang sehat dicampur dengan unta yang sakit (HR.Al - Bukhori dan Muslim).
Pemisahan unta adalah upaya manusia untuk menghindari meluasnya penyakit. Apa yang Rasullah SAW sampaikan ini menjadi relevan terkait wabah, tidak meninggalkan dan tidak memasuki wilayah wabah, mencari tahu mekanisme penyakit, dan antisipasi pencegahan penyakit berbasis bukti.
“Rasulullah SAW menoleh kepada kami dan berkata, Hai Muhajirin ada lima hal yang denganmu kamu akan uji, dan aku berlindung kepada Allah agar kamu tidak hidup untuk melihatnya. Yang pertama tidak pernah muncul kemaksiatan di antara satu kaum sehingga mereka melakukan nya secara terang-terangan, kecuali wabah dan penyakit yang tidak diketahui oleh para pendahulunya akan menyebar diantara mereka,” Kutipnya
Vaksinasi, adalah pencegahan secara spesifik, pada jaman Khilafah Utsmani wabah sallpox pada abad 19 membangkitkan kesadaran di kalangan penguasa tetang pentingnya vaksinasi smallpox (cacar).
Sultan memerintahkan pada tahun 1846 penyediaan fasilitas kesehatan untuk vaksinasi terhadap seluruh anak-anak Muslim dan non muslim. Namun wabah smallpox tejadi kembali pada tahun 1850 akibat banyaknya orangtuaa yang tidak menginokulasi anak-anak mereka.
Sultan menyatakan bawa tindakan para orang tua yang lalai mengantar anak-anak mereka ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan vaksinasi telah melanggar syariah dan hak anak. Padahal Sultan telah menyiapkan banyak sekali faskes serta dokter dan profesional kesehatan lainnya.
Demikian contoh apabila negara berperan penting untuk melindungi kesehatan warganya dari penyakit, tanpa memandang status sosial dan keyakinan.
Sangat dibutuhkan peran negara untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat dimulai treatment terhadap pelaku perjalanan dari luar negeri kemudian mengedukasi yang utuh tentang penyakit ini, dan memberikan perawatan memadai untuk penderita sesuai syariah yang dicontohkan oleh para khalifah selama berabad-abad. Wallahu ‘alam bi ashawwab.
Oleh: Kania Kurniaty
Aktivis Muslimah Ashabul Abrar Kayumanis Bogor
0 Komentar