Topswara.com -- Acara belasungkawa yang digelar di Masjid Regent Park Central, London, untuk mengenang kematian Ratu Elizabeth II menurut Aktivis Islam Inggris, Taji Mustafa harus dipertanyakan, bukan sekadar memberi hujatan pada pelakunya.
“Nyanyian God Saves The King di Central Masjid London yang diadakan untuk mengenang Ratu Elizabeth II dalam sebuah video yang beredar telah menyebabkan banyak umat Islam sangat kecewa. Mereka merasa mual dan sebagian menilai pelakunya telah tergadai (berkhianat). Saya pikir ini adalah waktu untuk memikirkan tentang hal tersebut dari sisi yang lain melebihi fakta yang terlihat, bukan sekadar mengatakan khianat. Mudah saja mengatakan itu,” ujarnya dalam unggahan video akun Facebook pribadinya, Jum'at (16/09/2022)
Ia menyatakan bahwa Masjid Central London adalah tempat yang didatangi oleh kaum Muslim juga para imam yang ikut menghadiri acara belasungkawa tersebut untuk memberikan khutbah dan penguatan nafsiyah (meningkatkan hubungan dengan Allah SWT).
Namun di sisi lain, oleh imam yang sama, institusi yang sama, mengadakan layanan belasungkawa untuk Sang Ratu bahkan melibatkan anak-anak. Kejadian tersebut tidak berbeda dengan agenda indoktrinasi (cuci otak) karena melibatkan anak-anak.
Pertanyaan orang-orang juga muncul terhadap Ratu Elizabeth II terkait kekuasaan dan kerajaannya. Ia (Ratu Elizabeth II) mengatur seluruh kerajaan dan hubungannya dengan dunia Islam. Serta mempertanyakan segala sesuatu yang telah dilakukan oleh Ratu Elizabeth terhadap Islam. Semua topik tersebut kini tengah menjadi perbincangan dalam banyak forum-forum diskusi. Dan menurut Taji Mustafa, kaum Muslim memang harus memperbincangkannya.
“Jadi, kita coba dorong ke satu arah. Isu lain tentang bagaimana peristiwa tersebut bisa terjadi saat ini? Karena saya pikir ada satu istilah isu tentang keterpaksaan karena lingkungan,” ungkapnya.
Taji Mustafa menduga, setidaknya ada tiga poin penting melihat peristiwa di Central Mesjid London. Pertama, lingkungan di UK (Inggris) sangat bertentangan dengan Islam. Sehingga banyak kalangan Muslim mau tidak mau terjebak oleh arus sekitarnya demi menyesuaikan diri. Dan tidak akan ada yang mempersoalkannya. Tetapi akan berbeda jika dipandang dari posisi seorang Muslim yang berpihak pada Islam. Pasti akan mempertanyakan alasannya.
“Banyak kalangan Muslim merasa terpaksa/tertekan untuk menyesuaikan diri dengan hal tersebut dan merasa tidak akan ada yang bertanya-tanya dengan kejadian itu. Tetapi bagi yang berpihak kepada kondisi umat, pasti akan bertanya ada apa dengan kamunitas Muslim di London? Apakah mereka melakukannya demi menghindari hukuman dan tidak ingin ada pertentangan sebab tingga di luar negeri atau ada tekanan lain yang lebih kuat?” imbuhnya.
Kedua, sesungguhnya dari peristiwa tersebut adalah bagaimana peristiwa itu bisa terjadi. Dan umat Islam harus berpihak di mana, apakah bertahan dengan kislamanannya hingga tidak terarus mengikuti peristiwa di Mesjid Central London.
Ketiga, adanya jebakan politik. Mereka yang ikut kemungkinan adalah sekelompok kaum Muslim di London yang merasa terlibat dengan politik atau bagian dari partai Labour maupun Konservatif.
“Ketiga adanya jebakan politik. Mereka yang ikut kemungkinan adalah sekelompok kaum Muslim di London yang merasa terlibat dengan politik atau bagian dari partai Labour maupun Konservatif,” tambahnya.
Menurutnya, sekelompok Muslim yang terarus dengan kejadian itu karena juga melupakan pesan yang disampaikan oleh Malcom X (rahimallahu alaihi).
“Mereka juga karena melupakan pesan yang disampaikan oleh Malcom X (rahimallahu alaihi). Malcom X mengatakan jika kamu tidak berdiri untuk apa pun, maka kamu akan jatuh untuk sesuatu. Jadi, politik anda warnanya apa? Apa prinsipmu tentang Islam?" tanyanya.
Dan ketika tidak punya prinsip yang jelas tentang politik dan Islam, menurutnya umat akan memberikan sudut pandang berbeda tentang banyak hal termasuk LGBT, atau perang luar negeri.
"Jadi, jika kamu tidak berdiri untuk sesuatu, maka bahayanya adalah kamu akan jatuh pada jebakan yang berbeda ini (dari prinsip Islam). Kamu akan terikut arus lingkungan,” tegasnya.
Oleh karena itu, ia menyatakan bahwa yang harus dipikirkan adalah cara menghindari situasi yang terjadi seperti di Masjid Central London. Dan juga mencari tahu alasan-alasan yang melatarbelakanginya.
Tidak sekadar mengatakan bahwa akidah telah tergadaikan. Karena mereka tetap saudara seiman, tetapi sedang jatuh dalam satu agenda. Maka umat Islam seharusnya tidak perlu terikut arus demikian apalagi sampai menjerumuskan diri sendiri. [] M. Siregar
0 Komentar