Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Dihina, Islam Tetap Mulia


Topswara.com -- Islam adalah agama yang sempurna, agama yang diridhai Allah SWT. Ajaran Islam yang mulia, akan membuat manusia selamat di dunia dan akhirat. Karena sesungguhnya, kebutuhan manusia terhadap petunjuk Allah SWT. sangat mendesak.

Namun, ketika sekularisme telah mempengaruhi kehidupan manusia, aturan Islam sering dipinggirkan. Banyak manusia mengaku Muslim, tetapi acuh terhadap agamanya sendiri. Bahkan penistaan dan penghinaan terhadap Islam kerap bermunculan.

Penistaan terhadap Islam seakan tidak pernah habis. Silih berganti oknum pelakunya, ini sangat membuat miris. Sebagaimana yang saat ini, ramai di media sosial. Penghinaan ajaran Islam kembali terjadi.

Seorang pegiat media sosial, melalui cuitan di akun Twitter-nya, beraninya menista Islam. Namun, karena mendapat kecaman dari banyak pihak, akhirnya cuitan tersebut dihapus.

Dilansir dari TribunNews.com bahwa seorang pegiat media sosial, dianggap  telah melakukan penghinaan. Hal ini berawal dari komentarnya yang tidak pantas terhadap isi ceramah yang disampaikan oleh Ning Imaz Fatimatuz Zahra (TribunNews.com 14/9).

Dalam vidio itu Ning Imaz,  menjelaskan soal tafsir Surah Ali-Imran ayat 14, mengenai balasan lelaki saleh di surga kelak. Lelaki yang akan mendapatkan belasan bidadari surga. Hal ini ditanggapi oleh pegiat medsos itu dengan kata-kata penistaan, dan penghinaan yang tidak pantas. Ia menyulut berbagai reaksi, yang pada akhirnya si penghina menghapusnya. Ia meminta maaf kepada keluarga besar yang bersangkutan lewat akunnya. Namun, hal ini tetap memantik kemarahan nitizen.

Sementara itu, salah seorang pengurus Pesantren Lirboyo, Gus Muid, menyayangkan atas kejadian ini. Karena media sosial bukan tempat melontarkan kebencian. Kata-kata yang dicuit oleh si penista antara lain berbunyi “Tolol tingkat kadal. Hidup kok cuma mimpi selangkangan," dicuit pada Selasa, 13/9/22. Setelah mendapatkan kecaman dari banyak pihak, menurut pantauan detik.jatim, cuitan tersebut telah dihapus (detikjatim.com 14/9).

Dan pada akhirnya kasus ini diselesaikan dengan jalan damai, karena si pelaku penistaan sudah datang meminta maaf secara langsung ke pesantren. Pelaku mengakui kesalahannya dan mengucapkan terimakasih kepada Ning Imas, seluruh santri dan alumni Pesantren Lirboyo karena telah dibukakan pintu maaf atas kesalahan yang dinilai menghina Ning Imaz, bahkan menghina Ibnu Katsir, dan agama Islam (NU online 15/9).

Meskipun sebelumnya, sebagaimana diberitakan dari MURIANews, bahwa sejatinya perbuatan penghinaan itu telah melukai hati dan perasaan banyak pihak. Bahkan, diberitakan juga kutipan unggahan akun Twitter Ning Imaz yang mengatakan, “Minta maafnya jangan ke saya, ke Imam Ibnu Katsir, ke umat Islam se Indonesia yang sakit hati karena agamanya dihina-hina” tulisnya pada Kamis 15/9/22 di akun @Imazzfat.

Meskipun sejatinya perbuatan si penista melukai umat Islam, namun saat ini si penista tetap bisa tersenyum menang. Terbukti kini dia semakin terkenal, setelah dimaafkan. 

Kasus Penistaan yang  Berulang

Penistaan terhadap agama akhir-akhir ini semakin marak di Tanah Air. Terutama di media sosial. Silih berganti oknum pelaku penistaan, membuat sangat miris. Inilah fakta yang terjadi saat ini, orang dengan mudah menista ajaran Islam semaunya. 

Meskipun, setelah membuat banyak orang geram, dan marah, kini si penghina menarik segala yang telah ia cuitkan. Hal ini jelas telah membuat kegaduhan dan keresahan.

Padahal umat sudah terlanjur sakit hati dengan cuitan yang dilontarkan. Banyak tokoh dan pemuka agama berpendapat bahwa si penghina mempunya tiga poin kesalahan besar.

Pertama, menghina ajaran Islam. Kedua, menghina Ibn Katsir. Ketiga, menghina sosok penceramah yang menyampaikan tentang kemuliaan Islam.

Namun, dalam sebuah klarifikasi yang dilakukan, si penghina mengatakan bahwa cuitannya hanyalah sebuah candaan dan bukan kesengajaan. Sungguh keterlaluan, agama dijadikan bahan olokan dan candaan. Bahasan sebuah surah di Al-Qur’an yang sarat makna, begitu mudah ia buat candaan.

Padahal sudah sangat jelas sekali Islam melarang menjadikan agama sebagai candaan bahkan olok-olokan. 

Allah SWT. telah mengingatkan umat Islam, tentang manusia-manusia yang menjadikan Al-Qur’an sebagai candaan. Umat harus waspada akan hal ini. Sebagaimana yang termaktub dalam surah At-Taubah ayat 65-66 yang artinya: "Orang-orang munafik itu takut jika diturunkan suatu surah yang menerangkan apa yang tersembunyi di dalam hati mereka. Katankanlah (kepada mereka), “Teruskanlah berolok-olok (terhadap Allah dan Rasulnya).” “Sesungguhnya Allah akan mengungkapkan apa yang kamu takuti.” (At-Taubah:65)

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, niscaya mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanya bersenda-gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah, “Mengapa kepada Allah, dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-nya kamu selalu berolok-olok?” (At-Taubah:66).

Bahkan dari dahulu, adanya motif kebencian, terhadap ajaran Islam dan Rasulnya menjadikan sebab dilakukannya aksi penghinaan. Orang yang menjalankan agamanya dengan baik, dan hatinya bersih tidak akan menghina ajaran agama. 

Apalagi sekarang, banyak orang melakukan penghinaan terhadap ajaran agama Islam, karena juga didukung dengan hukuman atau sanksi yang dijatuhkan oleh negara, tidak membuat jera para pelakunya. Banyaknya aksi serupa yang terjadi, menunjukkan tidak adanya upaya negara dalam mencegahnya.

Namun, inilah konsekuensi dari sebuah sistem kapitalis sekularisme, sebuah sistem yang memisahkan agama dari pengaturan kehidupan manusia. Ketika agama dipandang hanya sebagai urusan pribadi dan nafsi-nafsi. Maka, penistaan akan terus terjadi. Ditunjang dengan paham hak asasi maka, pendapat atau perkataan yang terlontar juga sarat dengan kebebasan akal dan nafsu manusia.

Dalam sistem ini, akan menjadi suatu kewajaran jika negara akan bertindak sebagai peredam saja, bukan pencegah. Artinya negara akan bertindak jika sudah timbul kegaduhan dan aksi yang menggemparkan masyarakat. Padahal negara harus aktif menciptakan suasana yang kondusif, agar tidak bermunculan para penista agama. Negara seharusnya bisa mencegah, sehingga orang yang akan menghina ajaran Islam akan berpikir ribuan kali.

Islam Mulia dan Terjaga Kemulianya

Hal ini akan berbeda jika Islam diterapkan dalam sebuah sistem kepemimpinan. Sebab Islam mempunyai aturan yang sangat rinci yang digali dari wahyu illahi.
Karena di antara salah satu tugas dari kepemimpinan Islam adalah menjaga agama. Pemimpin dalam sistem Islam akan bertindak tegas terhadap para penista agama. Pantang bersikap lemah dan berkompromi terhadap penista agama.

Hukuman bagi penista agama dalam Islam akan di gali dari Al-Qur’an dan As Sunnah. Hukuman bagi penista agama secara sengaja, atau langsung, atau hanya lelucon atau meremehkan maka si pelaku bisa dihukum mati. Hal ini akan berbeda jika dalam keadaan terpaksa, namun hatinya beriman maka si pelaku bisa terlepas dari hukuman mati.

Berbeda pula jika penista menggunakan ungkapan multitafsir, para ulama punya perbedaan pendapat dalam hal ini. Perlu pembuktian di pengadilan. Harus ada hakim yang diangkat oleh khalifah untuk melakukan pembuktian dan eksekusi, jika terbukti bersalah.

Pelaku penghinaan ajaran Islam, dalam sistem Islam, jika pelakunya Muslim, mereka layak dijatuhi hukuman mati. Demikian dengan kafir dzimmi. Lain halnya jika pelakunya adalah kafir harbi, bukan hanya terkena hukuman, namun akan ditegakkan hukum perang oleh khilafah, sebagai wujud pembelaannya terhadap agama Allah. Namun, sekali lagi, hal ini hanya bisa diterapkan dalam sebuah sistem yang menerapkan Islam secara kaffah. Karena sistem Islam akan mempunyai keterkaitan, antara hukum satu dan lainnya.

Sehingga sudah saatnya kita sebagai umat Islam memunculkan ghirah untuk membela agama Allah ini. Yakni membela kemuliaan Islam dan syiar-syiarnya. Termasuk melakukan pembelaan terhadap ajarannya dari segala macam penistaan.  

Karena sejatinya, pembelaan kita terhadap agama Islam adalah dengan menerapkan hukum-hukum Allah SWT, menjalankan Al-Qur’an dan As Sunnah sebagai aturan dalam kehidupan. Kerena selama hukum-hukum Allah masih diabaikan, maka kasus penistaan terhadap Agama-Nya akan terus terjadi.

Wallahu’alam bishawab


Oleh: Isty Da'iyah
Analis Mutiara Umat Institute
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar