Topswara.com -- Akhir-akhir ini viral seorang pemuda berusia 27 tahun yang dijuluki pesulap merah membongkar habis rahasia di balik penipuan para dukun yang berkedok agama.
Namanya mencuat karena aksinya yang dilatar belakangi niat mulia yaitu ingin mengedukasi masyarakat Indonesia agar meninggalkan dosa syirik yakni salah satu dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah Ta'ala jika tidak segera bertaubat sungguh-sungguh.
Akibat aksinya, para dukun atau biasa disebut paranormalpun mulai bermunculan menunjukkan perlawanan, salah satunya melalui postingan di media sosial (Medsos) Instagram, seorang dukun bersertifikat meminta bantuan kekuatan gaib. Tujuannya, untuk melawan Pesulap Merah yang memiliki nama asli Marcel Radhival.
Dalam hal ini, pemerintah malah mengambil sikap diam seribu bahasa menyaksikan fenomena maraknya perdukunan di Indonesia. Jika kita flashback justru pemerintahlah yang menjadi bagian dari ritual syirik tersebut.
Misalnya saat momen pawang hujan Rara Istiani Wulandari atau akrab disapa Mbak Rara "unjuk gigi" di tengah lintasan balap Sirkuit Mandalika, Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Hal ini menyita perhatian masyarakat dan dijadikan sebagai ajang promosi Indonesia ke kancah dunia. Bukan malah menindak dukun dan praktik syirik tersebut, sungguh miris.
Inilah fakta kondisi keimanan masyarakat Indonesia saat ini, di tengah semakin majunya teknologi dunia, di saat yang sama terjadi kemunduran berfikir. Masyarakat Indonesia malah cenderung kembali ke masa jahiliyah sebelum Islam menyebar ke pelosok dunia. Hal ini seharusnya menjadi bahan renungan, mengapa harus seorang pemuda yang berlatar belakang pesulap bukan pejabat yang tergerak membongkar kerusakan akidah masyarakat saat ini?
Dalam Islam, negara berkewajiban menanamkan akidah yang kuat pada umatnya, menutup rapat celah praktek kemusyrikan dan menindak tegas pelakunya meski tidak merugikan masyarakat secara materi.
Kerusakan akidah justru jauh lebih berbahaya dibandingkan hanya kerugian secara materi. Umat semakin jauh dari Sang Khaliq dan Sang Mudabbir, seolah bagi mereka dunia ini adalah tujuan hidup. Sehingga segala cara dilakukan tanpa melihat halal dan haramnya harta yang diperoleh. Jika hal ini terus dibiarkan, maka kerusakan demi kerusakan akidah dan akhlak akan terus terjadi, lalu di manakah peran negara?
Inilah akibatnya jika kita hidup tanpa aturan Islam, segala hal ditabrak tanpa memperdulikan hukum syarak dan ridha Sang Pencipta. Allah sebaik-baik pembuat aturan maka selayaknya kita ikuti aturan Allah aja dan mencampakkan selain aturan Allah. Allah sebaik-baik tempat bergantung sebagaimana dalam firman-Nya:
“Wahai manusia! Kalianlah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Mahakaya lagi Maha Terpuji” (QS. Fathir:15).
Jadi jelaslah peran negara wajib hadir dalam memberantas kemusyrikan yang akan merusak akidah umat. Tidak bisa urusan seperti ini hanya diserahkan kepada sekelompok orang atau seseorang. Karena kelak pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban terkait urusan umat termasuk urusan akidah.
Abdullah bin Umar mengatakan, Rasulullah SAW berkata, "Ketahuilah bahwa setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap dari kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya, seorang pemimpin umat manusia adalah pemimpin bagi mereka dan ia bertanggung jawab dengan kepemimpinannya atas mereka." Wallahu'alam bish shawab.
Oleh: Yuliana
Aktivis Muslimah Kab. Bandung
0 Komentar