Sontak aksi pesulap merah tersebut membuat seorang dukun bersertifikat meminta bantuan kekuatan gaib. Tujuannya untuk melawan Pesulap Merah atau Marcel Radhival.
Dukun bersertifikat meminta bantuan kekuatan gaib untuk melawan Marsel Radhival alias Pesulap Merah karena pernyataannya dinilai menghina dukun.
Terlihat Sertifikat Majelis Brajamusti yang bertuliskan pengijazah kepada tingkat mahaguru Abah Rahman lengkap dengan tanda tangan di sisi kanan-kiri ijazah dukun tersebut. (MSN.com, 7/8/2022).
Dari fenomena ini, kasus sulap menyulap dan perdukunan sekarang tengah menjadi perbincangan semua kalangan.
Sungguh ironis, di era digital seperti sekarang, praktik perdukunan masih banyak diminati sebagian besar masyarakat. Dengan alasan demi ketenaran, demi jabatan, demi uang, demi kesehatan dan sebaginya.
Sebagian besar mereka mendatangi dukun untuk mendapatkan semua keinginan, sekalipun harus merogoh kocek yang besar. Tak jarang untuk meyakinkan para pengikutnya, para dukun menggunakan alat atau benda yang dapat mengeluarkan sesuatu seperti petir, asap dan sebagainya. Padahal alat atau benda tersebut buatan manusia dan dapat dibeli toko- toko online. Kalaupun digunakan, faktanya benda tersebut tidak ada khasiat apapun.
Dengan adanya pesulap yang membongkar praktik perdukunan yang berkedok agama, menjadikan sebagian masyarakat mulai terbuka pemikirannya. Hal itu membuat mayoritas dukun marah karena mereka kehilangan pundi - pundi pendapatannya.
Akibat diterapkannya sistem kapitalisme di negeri yang menjunjung tinggi adat ketimuran, menjadikan sebagian orang menghalalkan segala cara tuk meraih materi sebanyak yang mereka inginkan. tanpa memikirkan halal haram.
Sistem kapitalisme yang tegak atas sekularisme menjadikan sebagian besar manusia kehilangan akal sehat dan keimanan. Sehingga tak segan meminta bantuan pada manusia yang dianggap sebagai orang sakti. Serta mereka pikir dukun bisa memberikan jalan keluar terhadap semua permasalahan yang dihadapi. Padahal sejatinya, manusia adalah mahluk lemah yang diciptakan Tuhan dengan segala keterbatasannya.
Mirisnya, dalam hal ini negara hanya menindak praktik perdukunan dan kesyirikan jika menimbulkan kegaduhan di masyarakat. Namun sebaliknya, apabila tidak ada kegaduhan, praktik perdukunan dan kesyirikan dibiarkan bahkan didukung.
Padahal, Islam telah jelas melarang praktik perdukunan seperti dalam sabda
Nabi Muhammad SAW:
مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal dan bertanya kepadanya tentang suatu perkara, maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh hari” (HR. Muslim).
Dalam sistem Islam, negara tidak akan membiarkan segala macam praktik menyimpang yang dapat menjadikan umat jatuh pada kesyirikan. Negara pun berkewajiban menguatkan akidah umat. Sehingga umat berusaha meminta bantuan dan bertawakal hanya kepada Sang Pencipta Allah SWT yang Maha segalanya. Dengan melaksanakan seluruh perintah dan menjauhi larangan-Nya. Negara yang menegakkan Islam sebagai sistem tuk mengatur kehidupan rakyatnya akan menutup rapat pintu masuk kemusyrikan dan memberi sanksi tegas bagi pelakunya.
Hanya dengan diterapkan sistem Islam, akidah umat akan terjaga.
Wallahu a'lam bishawwab
Oleh: Leni Fuji Astuti
(Aktivis Muslimah)
0 Komentar