Topswara.com -- Ditolak Kampus karena mengaku non biner. Ada yah aturan Kampus soal preferensi seksual? @hasanuddin_univ
Begitulah kiranya cuitan dari sebuah akun bernama Oppa Lebug yang sempat menyabet trending topic di Indonesia.
Cuitan tersebut disertai dengan video pendek berisi seorang Mahasiswa Baru (Maba) yang dipanggil oleh dosennya saat ospek. Ketika Maba tersebut ditanya soal gendernya, Ia dengan tegas menjawab bahwa ia seorang non binery.
Dosen yang tak terima dengan jawaban tersebut sempat menanyakan apa gender yang tertulis di KTP dan KK sang Maba. Hingga akhirnya Dosen tersebut menghardik Maba tersebut untuk keluar dari ruangan.
Adapun komentar netizen di Twitter berbagai macam rupanya di Twitter. Ada yang pro, ada pula yang kontra. Sebagian yang pro berargumen lewat sudut pandang norma ataupun agama. Namun sebagian lainnya yang kontra, berdalih dengan HAM dan kebebasan yang dilindungi.
Lantas, bagaimana sebaiknya kita menyikapi persoalan ini? Sebelum menentukan sikap dari persoalan tersebut, ada baiknya kita melihat menentukan angel terbaik dalam memandang permasalahan ini untuk menentukan sikap dan tindakan yang layak kita ambil.
Tentunya, sebagai manusia yang Allah anugerahkan akal sebagai keistimewaan daripada makhluk lainnya, Islam lah yang layak menjadi pedoman dan pandangan hidupnya. Apapun permasalahan yang dihadapi, islamlah yang jadi sumber solusinya.
Islam memandang jenis kelamin manusia hanya ada dua. Yakni laki-laki dan perempuan. Sebagaimana makhluk apapun di dunia ini selain manusia, kalau tidak jantan ya betina. Tidak ada jenis kelamin maupun gender selain keduanya seperti neutral gender (gender tengah-tengah, tidak laki-laki tidak juga perempuan).
Hal tersebut telah dijelaskan dalam firman Allah dalam Q.S Al-Hujurat : 13
ÙŠَٰٓØ£َÙŠُّÙ‡َا ٱلنَّاسُ Ø¥ِÙ†َّا Ø®َÙ„َÙ‚ْÙ†َٰÙƒُÙ… Ù…ِّÙ† Ø°َÙƒَرٍۢ ÙˆَØ£ُنثَÙ‰ٰ...
Jenis kelamin ini nantinya akan berpengaruh pada hak dan kewajiban seorang hamba kepada Rabbnya.
Sebagaimana tatacara peribadatan laki-laki dan perempuan tidak semuanya sama. Ada beberapa ibadah yang berbeda antara keduanya. Seperti shalat berjamaah, laki-laki disunnahkan shalat di Masjid sementara perempuan tidak. Laki-laki diperintahkan untuk berjihad, perempuan tidak.
Laki-laki juga berhak menjadi Imam dalam shalat jamaah namun perempuan tidak berhak. Dan lain sebagainya. Jenis kelamin juga berpengaruh dalam kehidupan dan hukum berinteraksi dengan sesama manusia. Allah telah menetapkan bagi laki-laki dan perempuan tugasnya masing-masing.
Seperti Allah menciptakan laki-laki memiliki jiwa kepemimpinan yang kelak berguna dalam tugasnya memimpin rumah tangga (sebagai suami) maupun memimpin umat (sebagai bagian dari struktur pemerintahan) dan perempuan memiliki jiwa keibuan yang kelak berguna dalam tugasnya menjadi pendidik anak-anak serta pendidik masyarakat sekitar.
Lalu, mengapa saat ini banyak orang yang membela atau setidaknya bisa menerima eksistensi para non biner ini? Tak lain karena pemikiran yang saat ini dianut oleh mayoritas orang adalah liberalisme.
Yaitu kebebasan menjadi asas tindakannya. Orang bebas berekspresi seperti apa, bebas mau beragama apa, bebas mau melakukan hal apapun. Dan tiap orang tidak berhak mengganggu gugat kebebasan orang lain.
Mereka beranggapan bahwa setiap orang berhak memilih gender sesuai kemauannya. Bahkan memilih non biner pun tidak boleh dipermasalahkan. Karena itu kebebasan dia.
Apabila non biner ini eksis dan terus ada di dunia, bahkan bertambah banyak akan berbahaya bagi kehidupan bermasyarakat. Bayangkan saja, Orang-orang non biner dalam kehidupan sehari-hari menjalani seperti apa. Menjadi perempuankah atau laki-laki? Apabila mereka menikah, akan menikah dengan perempuan atau laki-laki? Tentu membingungkan bukan. Bahkan gender tidak lagi jelas. Dan akan mengundang murka Allah. Naudzubillahi min syarri dzaalik.
Maka dalam menyikapi keberadaan orang-orang yang mengaku non biner ini sudah seharusnya kita menolak. Tidak ada gender tengah-tengah antara laki-laki dan perempuan. Semua orang sesuai dengan bagaimana dia diciptakan oleh Allah. Apabila kita menemukan langsung orang seperti itu, hendaknya kita sadarkan pada orang tersebut agar kembali pada fitrahnya sebagaimana dia diciptakan.
Kalau asalnya laki-laki maka diingatkan untuk kembali dan berperilaku sebagaimana laki-laki. Begitupun apabila asalnya perempuan. Dan kita tidak seharusnya melindungi keberadaan mereka atas nama kebebasan, apalagi sampai memberi panggung bagi mereka untuk menyebarkan opini mereka di tengah masyarakat.
Apabila ada negara Islam, sudah sepantasnya negara menindak tegas orang yang mengaku non biner ini. Negara akan memperingati dan menyeru untuk kembali pada gender asalnya. Apabila tidak mau, maka khalifah berhak memberikan ta’zir untuk membuat pelaku jera dan membuat warga lainnya enggan melakukan hal demikian.
Negara juga akan melindungi pemikiran masyarakat lainnya dari opini toxic yang mungkin saja diserukan oleh orang-orang non biner ini. Namun tanpa keberadaan negara yang mengadopsi pemikiran Islam, solusi seperti di atas hanyalah angan-angan semu. Karena negara yang berdiri saat ini tentu tidak berpihak dengan Islam. Mereka hanya mendewakan pemenuhan hawa nafsu semata. Bukan berorientasi pada ridha Allah.
Dengan adanya ide-ide kufur yang silih berganti menjadi topik pembahasan di kalangan masyarakat kita dan berusaha mempengaruhi pemikiran masyarakat barangkali cukup menjadi cambukan pengingat bagi kita kaum muslimin untuk senantiasa berjuang menegakkan Islam di muka bumi ini.
Yang mampu menjaga harkat dan martabat manusia sekaligus umat Islam. Umat sudah menderita akibat penerapan sistem kufur. Saatnya kita kembali menghidupkan syariat Islam, kembali hidup di bawah naungan khilafah rasyidah ala minhaajin nubuwwah.
Oleh: Qathratun
Santri Ideologis
0 Komentar