Topswara.com -- Isu terorisme terus digoreng sampai tujuan khitoh (renstra) terpenuhi maka dari itu isu terorisme tidak pernah terbendung. Inilah cara barat menakut-nakuti rakyat Indonesia agar sesegera mungkin turut andil membenci dan memberantas aksi teror.
Ironisnya setiap kali aksi teroris terungkap, organisasi yang bersimbolkan Islam menjadi korban penangkapan oleh aparat negara.
Faktanya, kembali terjadi penangkapan beberapa anggota dari jamaah atau organisasi Islam, yang dilansir dari (Kompas, 24/7/2022) lalu, Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri menangkap 13 tersangka teroris di Provinsi Aceh. Mereka berasal dari dua jaringan kelompok teror, Jamaah Islamiyah dan Jamaah Ansharut Daulah. Ahmad menjelaskan, sebagian besar tersangka yang merupakan bagian kelompok JI berperan di bidang Akademi Pendidikan dan Pengaderan (Adira).
Mereka telah mengikuti pelatihan menembak sebagai persiapan pelaksanaan pengembangan kemampuan anggota JI dalam berperang. Al Chaidar mengungkapkan, kelompok JAD lebih membahayakan dibanding kelompok JI. Sebab, masih banyak pihak yang masuk jaringan JAD, tetapi belum ditangkap. Mereka yang belum ditangkap itu pernah terlibat dalam sejumlah insiden bom, seperti di Samarinda, Kalimantan Timur (2015); Surabaya, Jawa Timur (2018); Sibolga, Sumatera Utara (2019), dan Makassar, Sulawesi Selatan (2021).
Pemerintah tidak jeli terhadap kasus-kasus bom bunuh diri atau memang sengaja menjebak masyarakat terkhusus umat Islam agar dianggap sebagai teroris dan takut oleh simbol agamanya sendiri.
Sebagaimana banyak fakta pemerintah berupaya menyudutkan simbol-simbol Islam dari pakaian, penampilan, aktivitas kajian, bendera tauhid, terkhusus kelompok-kelompok yang menjalankan aktivitas dakwah. Tentu ini sebuah intimidasi yang dilakukan di negeri ini yang jelas-jelas penduduknya mendominasi muslim dan justru muslim itu sendiri yang takut oleh aktivitas agamanya sendiri (Islam fobia).
Bila meniti pada insiden bom bunuh diri pada tahun-tahun sebelumnya kiranya jelas bahwa semua itu tindakan yang diharamkan oleh Islam dan merupakan dosa besar bagi pelakunya dan tempatnya dineraka.
Dalam hadis Rasulullah SAW. “Siapa yang membunuh dirinya dengan besi tajam maka besi itu diletakkan di tangannya, ditusukkan ke perutnya di neraka jahanam dia kekal di dalamnya.” (HR Bukhari Muslim).
Jika aksi itu di arahkan oleh orang-orang yang taat kepada Allah atau kelompok-kelompok Islam perlunya di pikirkan terlebih dahulu. Adapun fakta bom bunuh diri yang dilakukan oleh orang-orang yang menggunakan pakaian Islami seperti burqo, celana cingkrang, peci.
Semuanya telah di rencanakan dari, metodenya, pelakunya, tempatnya, bahkan surat terima keluarga pun telah di tulis serapi mungkin, mengapa di katakan ini adalah tindak terencana dan ada kompromi oleh pihak-pihak tertentu karena terlihat jelas dari surat yang diterima keluarga setiap pelaku persis tanpa adanya perbedaan sedikit, mirisnya tempat mereka melakukan aksi tersebut adalah Masjid.
Oleh karena itu masyarakat harus jeli terhadap kasus-kasus teroris yang terus dilemparkan oleh musuh-musuh Islam terhadap kelompok-kelompok Islam.
Permainan para kapitalis ini sudah menjadi metode mereka untuk membungkam pikiran masyarakat agar mereka membenci dan ikut menghalang-halangi perjuangan kelompok Islam di negeri ini.
Dimanah menjelang pemilu 2024 ini, ketakutan para kapitalis terhadap lawan kawan mereka adalah calon yang sangat dekat terhadap ulama dan Kelompok-kelompok Islam, yang jelas masyarakat lebih percaya kepada calon yang dekat oleh ulama di negeri ini. Hingga akhirnya mereka dengan sengaja menata rencana dengan membuat fitnah kepada kelompok-kelompok Islam agar masyarakat beralih pilihan.
Sudah banyak sekali tuduhan-tuduhan terhadap simbol Islam, dimanah mereka tidak melakukannya yang justru mereka berbuat demi kebaikan negeri ini, dan sebagai aparat negara seharusnya melindungi orang-orang yang hendak memberikan perjuangannya dan mempertahan negeri ini dari para korporasi dan antek-anteknya yang ingin menjual negeri ini oleh Asing dan Aseng.
Namun sangat sulit kita temui aparat negara bahkan pemimpin dinegara sekuler kapitalis untuk melindungi kelompok-kelompok Islam, karena yang mereka pentingkan adalah kemaslahatan individu bukan masyarakat, jika ada suatu oknum atau kelompok yang tidak sejalan oleh pemerintahan jelas ia akan menjadi musuh pemerintah.
Oleh karena itu mustahil mengharap pemenuhan perlindungan di dalam negara kapitalis, kita hanya bisa dapatkan semuanya hanya dengan memiliki pemimpin yang Taat kepada Allah, karena pemimpin yang taat pada Allah adalah ia yang mengetahui kewajibannya sebagai petinggi dinegara tersebut, sehingga segala sesuatu yang menyangkut hidup umat ia akan penuhi, dari kebutuhan primer, sekunder, keamanan, kenyamanan dan perlindungan. Semua akan di dapatkan oleh umat dikala ia dipimpin oleh orang yang taat dan takut kepada Allah SWT.
Terlebih lagi perlindungan orang-orang dan kelompok-kelompok Islam yang menjaga negara dengan kemampuan yang ia miliki dari kekuatan pemikiran dan kekuatan fisik dan lisannya, akan mendapatkan perlakuan khusus, karena menjaga Daulah dari para penjajah dan tetap berdiri kokoh.
Pemimpin seperti ini hanya kita dapatkan dalam negara yang menerapkan syariat Islam secara kaffah (sempurna) bukan setengah-setengah yakni khilafah islamiyah. Wallahu ‘alam bissawab
Oleh: Sasmin, S.Pd
Aktivis Dakwah Islamiyah
0 Komentar