Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ilusi Kabur Radikalisme


Topswara.com -- Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono (11/8) mengatakan, dalam lima tahun terakhir, dunia pendidikan, khususnya kampus, masih menjadi incaran utama kelompok radikal-terorisme. 

Menurut Gatot, proses penyebarannya, tidak lagi hanya melalui medium dakwah dan forum-forum halaqah, tetapi sudah merambah ke media sosial dan jalur-jalur pertemanan. 

Hasilnya, menurut laporan PPIM (2020), sekitar 24,89 persen mahasiswa Indonesia terindikasi memiliki sikap intoleran. Bahkan dari laporan Alvara Research (2020) bahwa 23,4 persen mahasiswa dan pelajar Indonesia mengaku anti-Pancasila dan malah pro-khilafah. 

Menghadapi hal tersebut, ia menghimbau dunia pendidikan, khususnya tingkat Perguruan Tinggi harus meningkatkan kewaspadaan terhadap paham tersebut. Paham yang dimaksud adalah intoleransi, radikalisme, ekstremisme, dab terorisme. 

Monsterisasi Islam

Isu radikalisme, ekstremisme, dan terorisme selalu digaungkan sebagai ‘monster' yang sangat membahayakan negeri ini. Namun, tuduhan-tuduhan ini kerap diarahkan pada Islam beserta ajaran-ajarannya. 

Yang menjadi sasaran adalah para pengemban Islam yang ingin menerapkan agamanya secara utuh. Ajaran Islam sering kali dicap sebagai momok yang menjadi sumber paham radikal, dianggap sebagai ajaran intoleran yang berbahaya. Kajian-kajian Islam dituding sebagai pusat penyebaran paham yang dinilai akan menghancurkan negeri. 

Syari'at Islam dicap kasar dan kejam, ayat-ayat Al-Qur'an dijuluki ayat provokasi kekerasan gerakan pemberontak yang akan menghancurkan negeri dan melawan nilai kemanusiaan. 

Padahal, kita ketahui bahwasanya Islam beserta seluruh ajarannya berasal dari Pencipta alam semesta Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah SWT berfirman : 

هُوَ الَّذِىۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَهٗ بِالۡهُدٰى وَدِيۡنِ الۡحَـقِّ لِيُظۡهِرَهٗ عَلَى الدِّيۡنِ كُلِّهٖ‌ؕ وَكَفٰى بِاللّٰهِ شَهِيۡدًا

“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.”(Q.S Al-Fath:28). 

Bila kita amati lebih dalam, tuduhan-tuduhan tersebut merupakan upaya monsterisasi dan labeling untuk mencitra burukkan agama Islam. Hal ini dilakukan oleh musuh-musuh Islam yang membenci kembali tegaknya Islam di muka bumi ini yang akan mengganggu kepentingan juga kekuasaan mereka. 

Musuh Islam tak mampu mematahkan kebenaran konsep ajaran Islam dengan konsep kufur yang mereka gencarkan. Sehingga, mereka beralih menyerang Islam dengan memberikan statement buruk pada Islam berikut ajarannya. 

Misi mereka adalah menjadikan Islam di mata umat sebagai agama yang kejam, ditakuti, dan semena-mena sehingga umat akan enggan mendekati Islam bahkan cenderung membenci Islam. Salah satu bentuk upaya mereka adalah dengan masifnya isu radikalisme-terorisme yang selalu dilekatkan pada Islam dan para penganutnya. 

Monster yang Sesungguhnya

Menempatkan Islam sebagai monster yang harus dilawan adalah perbuatan salah alamat. Bila kita telisik pada realita di depan mata, monster sesungguhnya yang membahayakan umat adalah paham kapitalisme-liberalisme yang lahir dari induk sekularisme. 

Paham-paham ini telah menuntun bangsa ini bahkan seluruh dunia menuju jurang kehancuran. Sekularisme telah berhasil menghancurkan umat manusia dalam segala bidang.

Kapitalisme telah berjaya memporak porandakan ekonomi masyarakat menuju krisis mengerikan. Liberalisme sungguh berjasa dalam merusak akhlak dan moral generasi yang seharusnya menjadi penerus perjuangan. 

Berpijak dengan paham kufur ini dunia pendidikan berhasil mencetak pemuda bermental uang yang telah kehilangan semangat juang. 

Paham-paham kufur inilah yang sepatutnya diwaspadai dan dilawan agar tidak semakin merusak umat manusia. Lebih dari satu abad lamanya paham kufur ini mencengkram dunia menggantikan Islam yang selama 13 abad menaungi dunia dalam kesejahteraan. 

Dalam kurun waktu satu abad kapitalisme mampu menghancurkan dunia beserta umat manusia. Menghilangkan rasa kemanusiaan sesama umat manusia, membunuh hingga membantai menjadi hal yang diabaikan oleh seluruh dunia. Menjadikan manusia tak ubahnya seperti hewan buas yang siap menerkam orang lain demi mencapai tujuannya.

Memanfaatkan sesama dengan cara keji tak menjadi masalah asal tujuannya tercapai. Pemusatan yang diarahkan pada dunia pendidikan khususnya kampus menyebabkan perguruan tinggi termasuk para dosen dan mahasiswa-mahasiswa kehilangan perannya dalam mewakili rakyat dan mengkritisi negara.

Mereka akan bungkam dan cenderung takut meluruskan kesalahan penguasa lantaran tidak mau mendapat cap radikal. Ini menyebabkan kerusakan bangsa dan kesengsaraan rakyat semakin nyata adanya. Islam Rahmatan Lil’alamin.

Berbanding terbalik dengan tudingan yang diarahkan kepadanya, Islam merupakan wujud kasih sayang Allah kepada seluruh hamba-Nya. Allah menjadikan hamba-Nya mulia dan istimewa dengan Islam. Melalui syari'at Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW manusia mendapat clue dan tata-cara meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. 

Dalam Al-Qur'an surah Al-Anbiya ayat 107, Allah SWT berfirman :
 وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.”

Syariat jihad yang kerap kali dijadikan sasaran empuk untuk mencitraburukkan agama Islam juga merupakan wujud rahmat Allah pada hamba-Nya. Jihad merupakan salah satu metode dakwah dalam menyebarkan agama Islam. 

Jihad bukanlah penjajahan yang menganiaya rakyat, justru jihad merupakan upaya mensejahterakan rakyat dengan menghilangkan penghalang berupa negara yang menghalangi masuknya dakwah Islam kepada rakyat. 

Setelah penaklukan dilakukan, negeri tersebut bukan menjadi negeri terjajah melainkan negeri yang dimerdekakan dari penyembahan terhadap selain Allah menjadi penyembahan terhadap Allah Yang Maha Esa. 

Tidak ada penganiayaan terhadap rakyat negeri taklukan, tidak ada kerja paksa atas rakyat tersebut, tidak ada paksaan atas mereka untuk masuk Islam. Bahkan warga non-muslim turut mendapat naungan dari Islam. 

Khatimah
Kewajiban sebuah negara adalah mengayomi dan mengurusi urusan rakyat demi kemaslahatan seluruh rakyat. Oleh karena itu wajib bagi negara melawan musuh sebenarnya yang membahayakan rakyat, bukan malah memelihara musuh tersebut untuk semakin menghancurkan bangsa. Namun, kita lihat saat ini negara tak mampu melindungi umat dari bahaya sekularisme yang semakin menggerus umat. 

Hanya negara yang berdiri atas asas syari’at Islamlah yang mampu memberikan perlindungan utuh terhadap umat. Negara yang menerapkan Islam secara utuh sebagai aturan tunggal yang mengatur segala bidang kehidupan di dalam negeri tersebut. Dengan begitu Insya Allah keberkahan akan menyelimuti seluruh penjuru negeri dan kesejahteraan dunia akhirat akan menghampiri penguasa juga seluruh rakyat. Wallahu a'lam bi ash shawab.


Oleh: Rifnaya
Sahabat Topswara
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar