Topswara.com -- Generasi muda adalah tonggak peradaban dunia. Selain itu juga merupakan agen perubahan, pembangunan, serta pembaharuan bagi kemajuan suatu bangsa. Peran generasi muda sangatlah penting karena memiliki fisik yang kuat, pengetahuan yang baru, inovatif, dan juga memiliki tingkat kreatifitas yang tinggi.
Untuk menjadi generasi muda yang berkualitas tentunya diperlukan suatu lingkungan keluarga, masyarakat, bahkan negara yang mendukungnya.
Jika kita lihat akan banyak fakta yang bisa kita temukan sekarang. Dimana para generasi muda saat ini menjadi korban kerusakan sistem. Banyak kasus bullying, pelecehan seksual, eksploitasi anak, hingga virus L9BT yang menyerang generasi muda saat ini.
Di Tasikmalaya contohnya, bocah kelas enam SD menjadi korban bullying. Bocah malang itu mengalami depresi hingga sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Setelah dipaksa menyetubuhi kucing oleh teman sebayanya. Jelas ini adalah kasus bullying yang sangat ekstrim dan diluar nalar.
Tak hanya itu, kasus viral yang mengatasnamakan kreativitas tanpa moral pun mendapat dukungan dari berbagai pihak. Di mana para pemuda dijadikan pelaku utama sebagai pelopornya. Tentu bagi khalayak umum tidak asing lagi dengan pertunjukan fashion show yakni, Citayam Fashion Week. Disaat sebagian pemuda lain menorehkan prestasi, lantas tidak mendapatkan apresiasi. Berbeda dengan para pemuda yang berekspresi untuk menonjolkan identitasnya. Tetapi dengan cara yang tidak semestinya. Mereka pun tak sadar sudah terjangkit virus yang merusak jati diri.
Bahkan dengan bangga anak laki-laki bergaya bak perempuan dan berlenggak-lenggok di atas zebra cross kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat. Tak hanya itu, banyak para politikus, influencer hingga model profesional ikut menjajalnya dan membuat konten di media sosial. Sungguh sangat disayangkan, bukannya diberikan bimbingan malah didukung secara penuh.
Inilah bukti pembajakan dan perusakan generasi muda yang sarat akan manfaat. Jika sistem kapitalisme, liberal masih menjadi tumpuan pastilah generasinya akan semakin rusak. Ibarat jauh panggang dari api.
Untuk mendapatkan generasi yang berkualitas hanyalah khayalan semata. Generasi muda akan lupa dengan identitas diri mereka. Menjadikan kesenangan sebagai tujuan hidupnya. Bebas lepas tanpa ada batasan. Jauh dari tujuan hidup yang sesungguhnya.
Beginilah hidup di era kapitalis, di mana sekuler liberal dijadikan asasnya. Sekuler yakni memisahkan agama dari kehidupan. Begitu pula liberalisme membebaskan manusia untuk berbuat sesuka hatinya dengan mengatas namakan hak asasi manusia. Pantas saja yang dihasilkan adalah generasi muda yang seenaknya sendiri tanpa memperhatikan pertanggungjawaban nanti.
Hal yang berbeda, jika sistem Islam yakni khilafah menjadi sistem yang diterapkan. Dalam Islam, pemuda akan dipersiapkan atau diberi bekal agar mempunyai kepribadian Islam. Mereka akan senantiasa menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup. Serta menerapkan Al-Qur'an dalam seluruh aspek kehidupan dan seluruh aktivitasnya. Sehingga mampu menentukan halal-haram, yang haq dan dan batil.
Pemuda dalam Islam juga akan malu jika berbuat maksiat. Akan berlomba-lomba dalam kebaikan serta berteman dengan teman-teman yang shalih. Begitu pula, pemuda Islam akan menjadi penolong agama Allah dan pemimpin dalam perubahan menuju khairu ummah.
Perang hari ini adalah perang pemikiran. Dari kesesatan yang nampak sampai yang dibungkus rapat. Dengan dalih kreativitas berasaskan hak asasi manusia. Dari sini pemuda Islam harus segera menyadari dan menyadarkan umat. Segera bangkit dan membangkitkan umat untuk menegakkan kembali perisai umat Islam yakni, khilafah islamiyah.
Oleh: Sri Diamini
Sahabat Topswara
0 Komentar