Topswara.com -- Setiap manusia pasti pernah mengalami fase kehidupan yang membosankan. Merasa jika hidup ini hambar, hampa, kecewa, rasanya hidup sudah tidak lagi merasa bahagia. Sampai-sampai kita tidak bisa lagi menikmati aktivitas. Padahal, biasanya aktivitas tersebut adalah kesenangan kita, tapi entah mengapa kok sekarang rasanya biasa saja.
Dulu kita senang sekali kalau diajak jalan-jalan ke mall bersama teman-teman, makan-makan bersama keluarga, kumpul-kumpul bersama saudara, belanja aneka kebutuhan di pasar, pergi ke pantai, ke gunung, tempat pariwisata atau ke tempat-tempat yang lain yang kita suka. Namun sekarang terasa tidak ada yang spesial, semua terasa biasa saja, sudah tidak ada minat, malas berkativitas. Sudah tidak excited.
Rasanya hidup ini flat saja, membosankan. Inilah fase di mana seseorang mengalami kehilangan atau penurunan minat motivasi dan kesenangan dalam beraktivitas.
Mengapa? Semua itu menjadi wajar, karena hal tersebut adalah efek diterapkannya sistem kapitalisme sekarang, yaitu sistem yang menganggap fokus utama hidup adalah untuk mencari materi sebanyak-banyaknya. Jadi, saat beraktivitas yang dicari bagaimana caranya untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya atau bagaimana caranya agar bisa terkenal, agar selalu cantik, dan lain-lain.
Inilah yang menjadi standar bahagia manusia kapitalis. Akhirnya, jika tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkan, seolah-olah hidupnya paling sengsara dan tidak bahagia.
Apalagi hidup tidak seindah layar medsos, seringkali manusia tertipu dengan senyum dan kebahagiaan semu yang sering riwa-riwi di beranda kita. Lalu tanpa sadar, kita membandingkan nasib kehidupan kita dengan mereka yang seolah-olah bahagia never after.
Inilah yang membuat orang bermental ciut, setiap ada masalah bakal sedih tanpa terselesaikan sampai stres. Lama-lama masalahnya menumpuk, akhirnya merasa pesimis dan di dunia ini dia tidak merasa bahagia dengan hidup yang dia jalani.
Ditambah lagi dengan sistem pendidikan sekuler alias memisahkan antara kehidupan dunia dengan agama. Alhasil, lahirnya manusia yang jika beraktivitas hanya berbekal suka atau ingin. Tidak lagi melihat apakah aktivitas yang ia jalani itu halal atau haram.
Jadi, saat menjalani hidup tidak ada esensinya. Hidup tanpa arah adalah menuju kekosongan dan kebosanan. Karena segala aktivitasnya di dunia tidak dikaitkan dengan kehidupan akhiratnya. Merasa bebas, hidup hanya untuk mengejar kebahagiaan semu yang tidak ada puasnya.
Agar Mendapatkan Kebahagiaan Hakiki
Pertama, kembali mengingat Allah SWT. Kita butuh yakin betul, kalau jati diri kita adalah hamba. Seorang hamba yang sifatnya lemah dan rapuh. Jadi, membutuhkan aturan Allah SWT.
Kedua, memahami dunia hanyalah sementara dan kehidupan akhiratlah yang kekal. Dunia tempat menanam amal dan akan kita panen saat di akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT didalam Al-Quran surah Ar-Ra'd ayat 29,
ٱلَّØ°ِينَ Ø¡َامَÙ†ُوا۟ ÙˆَعَÙ…ِÙ„ُوا۟ ٱلصَّٰÙ„ِØَٰتِ Ø·ُوبَÙ‰ٰ Ù„َÙ‡ُÙ…ْ ÙˆَØُسْÙ†ُ Ù…َÙ€َٔابٍ
Orang-orang yang beriman dan beramal salih, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.
Makanya, sangat penting bagi manusia untuk mengkaji Islam secara kaffah agar iman senantiasa terjaga. Mengkajinya pun harus didampingi ustaz ataupun ustazah yang mumpuni yang bisa mengarahkan, agar kita bisa menjadi seorang Muslim yang mempunyai pola pikir dan pola sikap Islami. Sehingga tidak mudah stres saat ada masalah. Bahkan kita bisa menjalani hidup dengan penuh kebahagiaan. Karena kita ingat betapa besar balasan Allah SWT kepada kita saat kita beramal shalih.
Bahagia yang hakiki itu, saat kita mempersembahkan amal terbaik kita untuk Allah SWT. Ketika kita bisa menghabiskan harta, waktu, dan umur kita untuk taat kepada Allah SWT. Saat kita berlomba-lomba untuk berbuat baik. Jadi, hidup aktivitas kita hanya fokus mengejar ridha dan pahala Allah SWT saja.
Dengan motivasi akhirat ini, maka kita tidak akan pernah merasa tidak bahagia di dunia. Karena yang kita kejar adalah kebahagiaan akhirat, yaitu surga. Sesulit apa pun hidup akan kita jalani penuh ketaatan.
Realita tetap realita, tak peduli kamu menghindar atau tidak, semua itu tidak mengubah kenyataan yang ada. Hadapi semua dengan keimanan.
Bagi orang yang ikhlas, tak ada waktu untuk mengeluh karena setiap kondisi datangnya dari Allah SWT dan ia pun menyikapi kondisi tersebut hanya untuk Allah SWT, bukan untuk yang lain.
Jika yang kita kejar adalah urusan akhirat, maka Allah SWT akan memberi kemudahan atas segala urusan dunia kita. Sebagaimana janji Allah SWT dalam Al-Quran surah At-Thalaq ayat 2,
ÙˆَÙ…َÙ† ÙŠَتَّÙ‚ِ ٱللَّÙ‡َ ÙŠَجْعَÙ„ Ù„َّÙ‡ُÛ¥ Ù…َØ®ْرَجًا
"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar."
Oleh: Nabila Zidane
(Analis Mutiara Umat Institute)
0 Komentar