Topswara.com -- Founder Syameela Ustaz Oemar Mita, Lc. memperingatkan, agar berhati-hati terhadap fitnah akal dan pikiran.
“Hati-hati terhadap fitnah akal dan pikiran, karena kalau kemudian kita sudah menyerap setiap informasi yang terjadi, kita menjadikan akal kita seperti tong sampah,” tutur Abu Bassam sapaan akrabnya di kanal Youtube Moeslem-Mind bertajuk Belajar Hidup Tenang dan Tidak Banyak Pikiran, Rabu (25/05/2022).
Lebih lanjut ia menjelaskan, ketika hidup di medsos, berita yang diterima bisa terjadi dalam hitungan menit dan tidak ada habisnya.
“Dan itulah salah satu di antara hilangnya kehebatan dan keistimewaan seorang Muslim. Ketika pikiran mereka sudah sibuk dalam perkara-perkara yang sifatnya tidak memberi manfaat,” jelasnya.
Ia menjelaskan, sesungguhnya pikiran akan mencerminkan kualitas hidup. “Dalam karakter keislaman hebatnya seseorang di dalam kehidupannya itu dia mengaktivasi pikirannya dan dia menggunakan pikirannya itu dengan benar dalam sesuatu yang betul-betul produktif,” jelasnya.
Ia melanjutkan, manusia yang hebat pasti dia pelit pada pikirannya, kecuali ia gunakan pikiran itu pada perkara yang dia pastikan pada perkara kebaikan.
"Jadi, dia tidak menjadikan pikiran itu menjadi sesuatu yang sifatnya murahan, apalagi menjadi tong sampah, menerima setiap informasi, meskipun informasi itu recehan, yang sebenarnya dia tidak layak untuk memikirkan itu,” lanjutnya.
Ia memaparkan, pikiran adalah sesuatu yang mahal dan paling berharga. “Orang yang memiliki sebuah karakter, bukan hanya menjadi orang yang memperhatikan waktu, sampai setiap informasi yang akan dia baca yang akan dia terima, dia betul-betul memilih dan tidak dijadikan bahwasanya, pikiran itu menjadi tong sampah, untuk menerima semua informasi walaupun informasi yang dia terima itu tidak membawa manfaat apa pun dalam kehidupan di dunia dan akhiratnya,” paparnya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, karena pikiran adalah sesuatu yang mahal, maka seharusnya menempatkan posisi pikiran tidak sembarangan. “Karena tidak semua informasi itu perlu diketahui, tidak semua yang berseliweran di depan kita harus diketahui, terlebih lagi ketika kita mendapat informasi yang begitu cepat,” ungkapnya.
“Karena sesungguhnya orang harus berupaya dalam kehidupan mereka betul-betul menjaga pikiran mereka, sehingga ketika dia disodori dengan berbagai macam hal, selalu punya saringan," imbuhnya.
Ia mengibaratkan, sebagaimana saringan air, yang akan dipilih adalah informasi yang bermanfaat untuk kehidupan, untuk perjalanan nanti ketika mati dan untuk kebaikan dunianya. "Setidaknya urusan dunianya tidak berantakan, hanya pada itu saja,” pungkasnya.[]Isty Da'iyah
0 Komentar