Topswara.com -- Pertama, perbanyak istighfar dan taubat
Istighfar secara bahasa adalah memohon ampunan (maghfirah). Ungkapannya beragam yang pada intinya adalah memohon ampunan dari Allah Yang Maha pengampun atas segala dosa. Baik dosa besar maupun dosa kecil. Dosa kecil sangat memungkinkan dengan mudah terhapus dengan istighfar bahkan dengan amal shalih kita.
Sedangkan dosa besar ternyata tidak cukup dengan amal shalih maupun istighfar. Namun harus dengan sebetul betulnya istighfar yang disertai penyesalan. Ialah pertama, taubat nasuha. Kedua, menyesal atas segala kekhilafan. Ketiga, bertekad tidak akan mengulanginya lagi. Keempat, melepaskan betul-betul perbuatan dosa tersebut.
Dosa akan menjadikan penghalang kebaikan-kebaikan. Sedangkan ampunan dapat membuka-kebaikan-kebaikan berikutnya. “Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu’, sesunguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai”. [QS. Nuh/71 : 10-12]
Kedua, takwa
Takwa adalah menjalankan segala perintah Allah. Dan meninggalkan segala yang dilarang-Nya.
Oleh karenanya tugas kita adalah memastikan kita menjalankan syariat di semua dimensi kehidupan. Pertama, hubungan manusia dengan Allah berupa perkara aqidah dan Ibadah. Kedua, hubungan manusia dengan dirinya sendiri berupa makanan, pakaian dan akhlaq.
Ketiga, hubungan manusia dengan manusia lain berupa muamalah dan hukum persanksian. Lebih dari itu :
“Tidaklah seorang hamba mencapai derajat muttaqin (orang yang bertakwa) hingga ia meninggalkan sesuatu yang tidak terlarang karena khawatir terjatuh pada yang terlarang.” (HR at Tirmidzi, Ibnu Majah, dan al Hakim dengan sanad sahih).
Sedangkan diantara keutamaan takwa adalah “Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka” [At-Thalaq/65 : 2-3]
Ketiga, tawakal
Tawakal secara bahasa adalah mewakilkan segala urusan kita kepada Allah. Tawakal bukan berarti pasrah sehingga tidak ada ikhtiar atau semangat juang.
Justru orang yang bertawakal adalah yang memantaskan diri hingga ia pantas ditolong Allah. Dengan demikian segala kesulitan dimudahkan. Hal yang sempit dilapangkan. Hal yang jauh didekatkan. Hal yang menjadi rintangan dihilangkan.
Maka semestinya orang yang bertawakal adalah orang bervisi tinggi. Berjiwa besar. Bercita-cita besar. Karena dia yakin Allah akan menolongnya.
Oleh karenanya ketika kita bekerja dan berjuang. Pertama, pastikan niatan kita lurus. Untuk mewujudkan visi dan misi yang diridhoi Allah. Kedua, dan pastikan setiap langkah kita tidak menyelisihi syariat Allah dan sunatullah.
Di antara keutamaan tawakal adalah :
“Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendakiNya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu“ [Ath-Thalaq /65: 3]
“Sungguh, seandainya kalian bertawakkal kepada Allah sebenar-benar tawakkal, niscaya kalian akan diberi rizki sebagaimana rizki burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang“ (HR Tirmidzi)
Keempat, tafarugh
Tafarugh yang dimaksud di sini adalah menghadirkan hati dan jasad kita saat beribadah. Sehingga ibadah yang kita lakukan penuh khusyuk dan ketenangan.
“Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai anak Adam!, beribadahlah sepenuhnya kepadaKu, niscaya Aku penuhi (hatimu yang ada) di dalam dada dengan kekayaan dan Aku penuhi kebutuhanmu. Jika tidak kalian lakukan niscaya Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan[3] dan tidak Aku penuhi kebutuhanmu (kepada manusia)” (HR Tirmidzi)
Kelima, haji dan umrah
Haji yang disertai umroh memiliki keutamaan sebagai pintu rezeki :
“Lakukanlah haji dengan umrah (secara berturut-turut), karena sesungguhnya keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa, sebagaiman api dapat menghilangkan kotoran besi, emas dan perak. Dan tidak ada pahal haji yang mabrur itu melainkan surga” (HR Tirmidzi)
Keenam, silaturahim
Silaturahim menjaga hubungan kekerabatan antar mahram dan satu nasab. Keutamaannya :
“Siapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya) maka hendaklah ia menyambung (tali) silaturrahim“ (HR Bukhari)
Demikian resume sementara dari Kajian Kitab Mafatihur Rizqi Pintu-Pintu Penarik Rezeki. Untuk lebih lengkapnya bisa simak di playlist berikut :
https://youtube.com/playlist?list=PLxRbL6o7CLiMpXv5BN_vRTbTwkxMTRG5D
Oleh: Muhammad Supriadi
Founder Ngaji Shubuh TV
0 Komentar