Topswara.com -- Playing victim atau yang sering juga disebut victim mentality merupakan kondisi di mana seseorang merasa dirinyalah yang paling susah.
Mengutip dari Verywell Mind, victim mentality memiliki tiga prinsip utama yang sering tidak disadari yaitu:
Pertama, hal-hal buruk telah terjadi di masa lalu dan akan terus terjadi hingga masa depan.
Kedua, orang lain yang harus disalahkan atas kemalangan atau nasib yang dialami atau dengan kata lain gemar mencari kambing hitam.
Ketiga, Tidak ada gunanya mencoba melakukan perubahan karena itu tidak akan berhasil.
Bagi orang dengan victim mentality, tenggelam dalam negativitas lebih mudah daripada mencoba menyelamatkan diri sendiri. Kondisi ini membuat seseorang merasa rentan dan takut. Selain itu, ia memilih untuk tidak bertanggung jawab atau menyalahkan orang lain terhadap suatu tindakan.
Biasanya pola pikir victim mentality berakar pada trauma, kesusahan, dan rasa sakit hampir sepanjang waktu. Selain itu, mentalitas seperti ini adalah bentukan dari sistem kapitalisme yang diterapkan saat ini.
Kapitalisme berhasil membuat manusia salah dalam mengartikan hidup. kehidupan di dunia dipandang sebagai tempat untuk mencari kesenangan materi sebanyak-banyaknya.
Mereka tidak memahami jika hidup itu untuk beribadah kepada Allah SWT dan ada konsep qadha qadar didalamnya. Jadinya saat mendapat masalah atau mengalami konflik orang yang seperti itu tidak akan mempunyai semangat juang, gampang mengeluh dan menyerah. Bahkan suka menyalahkan orang lain, hidupnya manja seolah-olah dia adalah tokoh utama yang harus dituruti semua kemauannya.
Ia akan memposisikan dirinya sebagai korban dan seolah-olah paling menderita. Padahal Allah SWT tidak pernah menzalimi hambaNya, manusia sendirilah yang sering menzalimi dirinya sendiri akibat dari berbagai pelanggaran syariat yang sengaja dia lakukan.
Allah SWT berfirman,
“Sesungguhnya Allah tidak menzalimi seseorang sekecil apapun juga” (QS. An-Nisa' [4] : 40).
Allah SWT juga berfirman, "Allah tidak menzalimi mereka akan tetapi merekalah yang berbuat zalim” (QS. An-Nahl [16]: 33).
Kapitalis Menyuburkan Victim Mentality
Manusia model victim mentality seperti itu sangat banyak sekali. Karena memang negara kapitalis tidak memberikan pemahaman tentang bagaimana seharusnya kepribadian seorang Muslim. Generasi justru dididik dengan sistem pendidikan sekuler yang makin menjauhkan mereka dengan Islam. Sehingga sampai kapanpun negara tidak akan mampu membentuk peserta didik agar mempunyai pola pikir dan pola sikap Islami.
Selain itu, media dalam sistem kapitalis juga mendukung berkembangnya mentalitas itu. Kehidupan dunia digambarkan sebagai tempat untuk bersenang-senang saja. Banyak yang menggambarkan bahwa hidup senang itu adalah di saat bergelimang harta, penampilan menarik, memiliki banyak relasi dan semua keinginan bisa terpenuhi.
Orang yang merasa jauh dari standar tersebut akan mengasihani diri sendiri, merasa kurang beruntung dan pesimis dengan kehidupan. Jadilah mereka mempunyai victim mentality.
Kepribadian Islam
Agar kita tidak terjangkiti victim metality, maka kita harus mengkaji Islam secara kaffah bersama para ustaz dan ustazah yang bisa membina kita agar menjadi Muslimah berkepribadian Islam.
Dengan begitu, kita akan paham bahwa hidup ini adalah ujian untuk kita memasuki tahap selanjutnya yaitu kehidupan akhirat. Tugas kita di sini adalah untuk beribadah kepada Allah SWT sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat Adz-Dzariyat ayat 56,
ÙˆَÙ…َا Ø®َÙ„َÙ‚ْتُ ٱلْجِÙ†َّ ÙˆَٱلْØ¥ِنسَ Ø¥ِÙ„َّا Ù„ِÙŠَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Artinya kita harus mematuhi semua perintah Allah SWT termasuk mengimani qadha dan qadar. Dalam hidup ini, tidak semua hal akan sesuai dengan keinginan kita. Ada area yang kita bisa memilihnya, tapi ada juga yang sudah menjadi qadha atau ketetapannya Allah SWT.
Dalam menyikapi area yang bisa kita pilih, maka kita harus memilih yang terbaik yang sesuai dengan ridha Allah SWT. Misalnya, ketika mendapatkan kesulitan hidup, maka kita harus menghadapinya dengan sabar dan mencari solusi secara Islam supaya bisa segera menyelesaikannya, bukan malah putus asa dan mencari kambing hitam. Karena segala hal yang bisa kita pilih akan dimintai pertanggungjawaban.
Sedangkan area yang tidak bisa memilih alias sudah ditetapkan oleh Allah SWT tidak akan dihisab. Misalnya, berapa jumlah rambut, hidung mancung atau pesek, kulit putih atau hitam, berapa tinggi badan, orang sekitar kita menyenangkan atau menyebalkan. Jadi, tidak perlu galau memikirkan area ini. Percayalah, segala sesuatu yang telah menjadi ketetapan Allah SWT adalah yang terbaik untuk kita. Jadi seharusnya kita terima dengan bahagia, bukan malah menganggap orang lain lebih beruntung.
Mindset yang benar tentang hidup, bisa dengan mudah dimiliki generasi ketika negara menerapkan aturan Islam secara kaffah dalam naungan Khilafah. Karena khilafah akan menerapkan sistem pendidikan Islam berbasis akidah Islam. Tujuannya adalah untuk membentuk generasi berkepribadian Islam. Dengan begini akan terbentuk individu yang mempunyai pola pikir dan pola sikap Islami secara massal.
Khilafah juga akan mengontrol media supaya tidak menyebarkan paham-paham kapitalisme dan keturunannya. Media akan dibuat agar bisa meningkatkan ketakwaan individu dan bisa mengedukasi. Tidak akan dibiarkan ada celah-celah yang bisa mengantarkan generasi mempunyai mentalitas victim mentality.
Oleh: Nabila Zidane
Analis Mutiara Umat Institute
0 Komentar