Topswara.com -- Sering kali mendapati orang berbicara bersama teman-teman terdekatnya, sedangkan yang lainnya diabaikan. Pernah juga mendapati orang yang tidak peduli pada umat Islam dan kemaksiatan yang terus merajalela. Anehnya tidak ada yang menegur dan mengingatkan, semua sibuk dengan urusan masing-masing.
Begitupun di dunia digital, seperti chatting-an di WhatsApp (WA). banyak sekali yang membutuhkan bantuan pada hari-hari itu, tetapi ternyata masih sama, kebanyakan orang tidak ingin tahu apa yang terjadi, kemudian dengan mudah mengatakan "maaf ya chatnya tenggelam". Seakan-akan pesan tersebut tidak penting dan lebih penting urusan dirinya sendiri. Padahal bisa jadi dari pengabain kita membuat orang lain sedih dan tidak peduli juga ke kita.
Ternyata lost contac masih lebih baik dari pada lost respect. Tingkat kepedulian kaum muslimin pada urusan peradabannya sendiri ternyata cukup rendah. Padahal Islam dulu pernah menguasai 2/3 Dunia dengan adidayanya yang tidak tertandingi oleh peradaban manapun. Setidaknya umat Islam harus sadar tentang ini, dan harus peduli pada nasib umat dan negeri ketika mulai terlepas dari aturan Ilahi.
Suatu ketika penulis pernah membaca tulisan disalah satu grup yang berisikan deretan ajakan dan semangat untuk hadir ke majelis Ilmu. Tapi tidak jarang terbaca alasan demi alasan terurai di sana. Yang sebenarnya alasan itu duniawi dan masih bisa ditepis ketika memang ada tekad yang kuat. Mungkin ini juga pernah dialami oleh penulis, tetapi yang perlu diingat bahwa tulisan ini bukan bentuk penghakiman. Karena memang penulis bukan hakim
Tulisan ini hadir karena sekadar ingin menyadarkan, bahwa Islam itu bukan sekadar agama melainkan sistem hidup yang jelas layak dan berhak mengatur segala makhluk muka bumi ini. Dan sebagai bentuk kepedulian, bahwa kita ini umat yang mulia dan dimuliakan dengan Islam. Sehingga upaya mengabaikan terhadap perjuangan mengembalikan kehidupan Islam adalah bentuk ketidaksadaran dan ketidakpedulian kita.
Jika kita bisa berkorban apa saja dan dalam kondisi bagaimanapun untuk mengikuti ujian dan dapat nilai dari dosen, lalu bagaimana dengan pengorbanan kita untuk dakwah yang jelas hukumnya wajib.? Jika kita punya waktu maksimal untuk kegiatan seminar bersama teman-teman kita, lantas sudah maksimalkah waktu kita untuk kegiatan yang bervisi membangun peradaban Islam yang sudah Rasulullah sabdakan.? Bukan berarti penulis bersih dari ujian.
Allah SWT berfirman yang artinya;
"Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka" (QS: at-Taubah: ayat 111)
Maka alasan apalagi yang membuat kita ragu pada dakwah? Allah telah membeli, termasuk apapun yang kita punya dengan surga. Sangat rugi betul jika kita tidak peduli pada urusan agama Allah ini. Termasuk peduli pada orang lain dan dakwah. Apalagi tidak ingin disadarkan dan dipedulikan.
Hidayah memang datangnya dari Allah. Tetapi peduli dan sadar diri itu bagian dari jalan menjemputnya dan modal besar untuk kehidupan Islam. Jadi penting dan harus dijadikan pegangan untuk setiap hamba Allah SWT.
Oleh: Husnul Khatimah
Pegiat Opini
0 Komentar