Topswara.com -- Seiring berjalannya waktu, masyarakat makin berani saja tak mematuhi protokol kesehatan. Terlihat banyak masyarakat tampil tak bermasker di tempat umum. Apalagi untuk aturan menjaga jarak dan mencuci tangan, seolah mereka sudah tak mempedulikannya sejak lama.
Ketambah, belum lama ini Presiden telah melonggarkan kebijakan protokol kesehatan. Meski situasi negeri belum sepenuhnya stabil dari pandemi. Maka pertanyaannya, apakah Indonesia sudah siap jika pandemi melonjak kembali pasca dilonggarkannya protokol kesehatan? Pertanyaan yang memang harus segera dijawab oleh negara. Sebab, ada keselamatan masyarakat yang mesti dilindungi oleh negara dari pandemi, jika pandemi meninggi kembali.
Bahkan, menurut ahli kesehatan masyarakat Hermawan Saputra, kebijakan pelonggaran yang kini diterapkan oleh negara adalah kebijakan yang sangat disayangkan.
Pasalnya, dengan adanya pelonggaran protokol kesehatan, akan membuat masyarakat makin abai terhadap kesehatan dirinya di masa pandemi. Bisa jadi ada yang menyangka bahwa pandemi sudah punah.
Hermawan pun menambahkan, bahwa negara terlalu exsuce dengan kebijakan. Negara terburu-buru mengambil kebijakan, namun tidak pro pada keselamatan nyawa, terlebih nyawa rakyat. Sehingga Hermawan memprediksi bahwa pandemi bakal tetap meningkatkan pasien wabah. Harapan bahwa pandemi menjadi fese endemi pun telah musnah dengan kebijakan tersebut (msn.com, 13/6/22).
Alasan pelonggaran protokol tersebut pun tidak lain hanya untuk melajukan ekonomi negara. Ekonomi yang mereka bicarakan dipastikan bukan untuk kepentingan rakyat, sebagaimana yang sudah-sudah. Sebab sistem kapitalis yang diemban negara telah mentabiatkan bahwa kepentingan oligarki lebih utama ketimbang rakyat.
Contohnya hari ini rakyat dibiarkan oleh negara berkeliaran tanpa prokes. Rakyat dapat pergi bebas kemanapun, ke mall, pasar, kantor dan lain-lain. Tempat-tempat yang disinyalir menjadi faktor pendukung bagi pemasukan kas negara dari pajak atau hal lainnya. Rakyat seakan tidak sadar akan pandemi yang mengintai mereka.
Hal inilah yang mesti disadari semua kalangan. Bahwa sistem kapitalis yang lahir dari akidah sekuler menjadi biang keroknya. Negara menjadi hilang empati terhadap keselamatan rakyat akibat dari sistem fasad ini. Sehingga, rakyat semakin tidak peduli dengan keselamatan dirinya karena kebijakan yang ada di kala wabah. Padahal menurut menurut ahli kesehatan wabah masihlah ada.
Tetapi inilah negara kapitalis. Yang utama bagi negara yang berasaskan kapitalis ialah bagaimana mereka memulihkan ekonomi pasca dihantam pandemi. Standar halal dan haram tak jadi persoalan dalam memperoleh materi tersebut. Bahkan, menghilangkan nyawa manusia tanpa dosa untuk mencari materi, bukanlah hal yang salah.
Sebagaimana kebijakan pelonggaran protokol yang dilegalkan negara saat ini, yang dapat merentankan nyawa rakyat. Rakyat bakal dikorbankan lagi demi kepuasan oligarki. Padahal dalam Islam membunuh nyawa manusia tanpa hak merupakan dosa besar. Karena melegalkan kebijakan yang dapat mezalimi nyawa manusia, bisa juga disebut membunuh secara perlahan.
Oleh Karena itu, sudah waktunya kita bangun dan beranjak dari belaian sistem bathil ini. Kita wajib menyeru para penguasa agar para penguasa tak menunda-nunda untuk bertaubat atas apa yang dilakukannya. Di mana para
Penguasa dapat bersegera mengganti sistem negara saat ini ke sistem shahih, yakni sistem Islam, sebagai bentuk kesadarannya.
Sebab, satu-satunya yang dapat kita percaya dan harapkan ialah sistem Islam. Islam memiliki solusi praktis bagi negara. Islam akan menyolusi permasalahan sesuai fitrah manusia. Islam akan menerapkan kebijakan yang tidak menzalimi siapapun, tumbuhan dan hewan pun dijaga, apalagi manusia.
Sebaliknya, jika saja kita masih mengambil solusi dari sistem hari ini, hanya akan melahirkan kebijakan tambal sulam. Menutup permasalahan lain dan memunculkan masalah baru. Seperti, nyawa rakyat terancam dengan adanya rencana pemulihan ekonomi negeri. Karena negara memilih jalan untuk membabaskan masyarakat terhadap protokol kesehatan di masa pendemi.
Solusi yang diharapkan pun menjadi isapan jempol belaka. Artinya, hal ini menjadi bukti bahwa sampai kapanpun kehidupan yang tidak diatur oleh agama akan mengakibatkan kecacatan kebijakan. Solusinya takan menjadi adil untuk semua kalangan. Seperti aturan-aturan yang diberlakukan oleh negara sekarang.
Al-Qur'an pun mengkritik sistem selain sistem Islam. “Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik”(QS. Al-Maidah ayat 49).
Oleh: Gina Kusmiati
Sahabat Topswara
0 Komentar