Topswara.com -- Founder Kajian Syameela, Ustaz Oemar Mita, Lc. mengungkap syarat mutlak agar mendapatkan gelar husnul khatimah.
”Pertama, yaitu dalam kondisi beriman, tidak mencampurkan dengan kesyirikan dan kekufuran,” ungkapnya dalam Syameela Series Webinar: Mengakhiri Perjalanan Dunia dengan Husnul Khatimah, Selasa (1/3/2022) di kanal YouTube Oemar Mita Syameela.
Ustaz Oemar menyampaikan bahwa ketika seseorang berani di dalam kehidupannya mencampurkan kesyirikan dan kekufuran, maka orang tersebut telah membakar hal yang bisa memantaskan diri untuk mendapatkan husnul khatimah. Karena Allah SWT mengharamkan husnul khatimah diberikan kepada orang yang berbuat syirik kepada-Nya.
“Orang yang berbuat kesyirikan akan ditimpakan sakaratul maut yang panjang. Dan jika kesyirikan tersebut dibawa mati, maka pelakunya akan masuk ke dalam neraka,” jelasnya.
Kedua, sering menyembunyikan amal kebaikan dan amal ketaatan yang dilakukan. Semakin sedikit orang yang mengetahui tentang ketaatan yang kita lakukan kepada Allah SWT, semakin besar seseorang akan diberikan anugerah husnul khatimah.
“Ulama terdahulu punya semangat membara untuk menyembunyikan amal yang dilakukan. Karena mereka tahu, semakin disembunyikan, semakin menjadikan amal tersebut mendapatkan penghormatan,” tambahnya.
Ia menyayangkan, banyak manusia yang justru berusaha habis-habisan untuk mempertontonkan amal, hanya sekadar mendapatkan tepuk tangan manusia. Pujian adalah serangan yang bisa membobol pertahanan kehidupan. Sebab, antara riya dan ikhlas sangat tipis.
“Riya' itu tipis sekali. Bagaikan semut hitam di atas batu hitam di tengah kegelapan malam, sehingga kita tidak merasa,” jelasnya.
Ketiga, selalu berprasangka baik. Ia menyampaikan, husnuzan adalah bagian dari akhlak baik. “Imam Syafi’i berkata, siapa pun yang ingin diwafatkan dalam kondisi husnul khatimah, hendaknya husnuzan kepada Allah dan manusia. Sebab, apa pun yang terjadi dalam kehidupan, itu takdir Allah yang terbaik,” kutipnya.
Ustaz Mita menambahkan, husnuzan adalah sikap yang tampaknya remeh, tapi tidak remeh di hadapan Allah SWT. Sikap tersebut dapat menjadikan hati kita tidak jumawa dan sombong dengan apa yang telah dicapai seseorang.
"Keempat, memperbanyak istighfar dan tobat sebelum ajal tiba. Ustaz Mita mengutip perkataan Imam Hambali, ’Kalau kamu tidak bisa berlomba-lomba dengan ahli ibadah dengan ketaatannya, maka berlomba-lombalah dengan mereka dengan tobat dan istighfar setiap saatnya.’ Bertobat dan istighfar diibaratkan sebagai detergen yang membersihkan dosa-dosa dan kemaksiatan,” jelasnya.
Kelima, memaksa amalan-amalan secara konsisten. Ia menyampaikan bahwa Allah SWT membagikan amal kepada manusia kemudahan untuk beramal, sebagaimana Allah membagi rezeki kepada manusia.
“Sebagaimana perkataan Imam Malik, 'Allah itu amal sebagaimana Allah memberi rezeki,' ada yang dimudahkan misalnya dimudahkan puasa, sedekah dan lainnya,” jelasnya.
Ia menambahkan, ketika seseorang diberi kemudahan untuk melakukan sebuah amalan, maka amalan tersebut harus terus dikerjakan. Karena bisa jadi, dari pintu tersebut seseorang dimatikan.
“Siapa pun yang hidup atas segala sesuatu yang dia biasakan, pada sesuatu yang dibiasakan itulah nanti orang tersebut akan dimatikan dan diwafatkan oleh Allah SWT,” tambahnya.
Keenam, berdoa. Jangan pernah sujud seseorang kosong dari tiga permintaan. Ia menyeru kepada manusia untuk meminta kepada Allah SWT, meminta supaya diampuni dosanya, dimatikan dalam keadaan husnul khatimah, dan minta kepada Allah untuk senantiasa istiqamah.
“Berdoalah! Karena berdoa itu melampaui sesuatu. Berdoalah! Karena doa merubah yang mustahil menjadi mustajab. Berdoalah! Karena yang jauh menjadi dekat,” pungkasnya.[] Mustaqfiroh
0 Komentar