Topswara.com -- Baru-baru ini telah beredar sebuah video yang menampilkan kumpulan laki-laki dan perempuan sedang asyik berjingkrak-jinkrak diiringi lagu bara bere bak di klub malam. Anehnya pakaian yang digunakan justru bernuansa Islam, laki-laki memakai peci, gamis, sarung, dan perempuan memakai kerudung.
Faktanya tempat itu bukanlah klub atau tempat hiburan malam, melainkan wadah diadakannya Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ). Tertulis jelas di dinding panggung malam itu, MTQ Tingkat Kab Banjar Li Syi'aril Islam Di Kecamatan Mataraman.
Sontak video tersebut langsung viral dan menuai banyak kecaman. Meski klarifikasi telah muncul dari berbagai pihak, namun penilaian negatif dari masyarakat sulit untuk dielakkan.
Dikutip dari apahabar.com (16/06/2022), Camat Mataraman selaku panitia pelaksana MTQ Banjar mengaku menyesalkan kejadian ini. "Ini di luar kontrol panitia. Lagu dibawakan secara spontan oleh pemusik. Pada saat bersamaan, kami panitia di belakang masih sibuk menyediakan piala piagam buat peserta". Beliau menambahkan, "Saya waktu itu juga langsung berkoordinasi dengan kapolsek, makanya hanya dua lagu saja sempat dinyanyikan".
Bupati Banjar H. Saidi Mansyur yang berhalangan hadir pada malam itu, turut menyayangkan tidak terkontrolnya penutupan MTQ Tingkat Kabupaten Banjar. Beliau berujar, "memang ada penampilan pada hiburan tersebut setelah selesai acara. Namun, mestinya tetap terkontrol karena tidak senapas dengan acara malam tersebut" (kanalkalimantan.com 16/06/2022),
Tim Gambus yang mengisi hiburan malam itu pun akhirnya turut memberikan klarifikasi dengan menyampaikan permohonan maaf dan menyampaikan bahwa hiburan tersebut di luar acara resmi dan terjadi secara spontan. (apahabar.com 17/06/2022)
Cukupkah Al-Qur'an Hanya Diperlombakan?
Sungguh menyedihkan melihat fenomena ini. Hal yang tidak pantas terjadi di acara bernafaskan Islam memang bukan kali ini saja terjadi. Tahun lalu, masyarakat juga dihebohkan dengan busana duta STQ Nasional Maluku Utara yang seksi. (riaunews.com 16/10/2021)
Kemarahan masyarakat pada fenomena seperti ini tidak hanya suatu kewajaran namun keharusan. Sebab ini menunjukkan bahwa masyarakat masih memahami bahwa Islam, Al-Qur'an adalah hal mulia dan patut dimuliakan. Hanya saja, pemahaman aktivitas memuliakan itu kapan dan seperti apa masih belum sama dan merata.
Memuliakan Al-Qur'an merupakan kewajiban. Patut difahami bahwa kewajiban itu bukan karena Al-Qur'an membutuhkan kita atau menjadi hina tanpa kita. Namun karena kita yang membutuhkannya. Dengan memuliakan Al-Qur'an, maka hidup kita akan mulia.
“Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?” (TQS al-Anbiyaa’ [21]: 10). “Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu…” (TQS az-Zukhruf [43: 44)
Memuliakan Al-Qur'an harus keseluruhan, bukan sebagian atau tergantung keinginan seperti makanan prasmanan. Sebab jika demikian maka seseorang akan jatuh pada perbuatan hajr atau mencampakkan Al-Qur'an yang tergolong pada dosa besar.
Diantara tindakan mencampakkan Al-Qur'an adalah tidak mengamalkan Al-Qur'an meski membaca dan mengimaninya (Ibn Qayyim al-Jauziyah, Al-Fawâ’id, 1/82).
Berpaling dari Al-Qur'an ke hal lain (seperti lebih senang dan tenang mendengar dan melantunkan syair, musik, lagu atau nyanyian) selain Al-Qur'an. Sibuk mempelajari perkataan, permainan, pembicaraan atau tuntunan yang diambil dari selain Al-Qur'an (Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, 6/108).
Inilah fakta yang tergambar pada kasus MTQ viral kali ini. Adanya campur baur penonton laki-laki perempuan, suara biduan wanita yang merupakan aurat, penonton yang terlihat begitu menikmati alunan musik dugem malam itu, sungguh menimbulkan pertanyaan, lalu Al-Qur'annya di mana?
Tidak hanya dosa besar, mencampakkan Al-Qur'an juga merupakan penyebab kemunduran kehidupan. Allah SWT. berfirman "Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku (Al-Qur'an), sungguh bagi dia penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkan dirinya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta" (QS Thaha [20]: 124).
Tampaknya inilah penyebab carut marut di negeri ini. Perzinahan di mana-mana, LGBT makin merajalela, narkoba, kenakalan remaja, dan banyak kasus lainnya. Inilah potret buram kehidupan sekuler. Pemisahan agama dari kehidupan penduduk Muslim terbesar di dunia ini sungguh semakin jelas terlihat. Islam hanya dipakai untuk pengatur ibadah ritual, dan tidak untuk kehidupan. Al-Qur'an sering kali hanya dilombakan, tapi tidak difahamkan dan diamalkan.
Kembali pada Al-Qur'an
Allah SWT berfirman, "Andai penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan menurunkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami). Karena itu Kami menyiksa mereka karena apa yang mereka perbuat itu." (TQS al-A’raf [7]: 96).
Keberkahan diraih dengan keimanan dan ketakwaan. Dan tidak ada jalan lain untuk menjadi bertakwa selain melaksanakan Al-Qur'an secara keseluruhan tanpa pilah-pilih. Allah SWT berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara menyeluruh dan janganlah ikuti langkah-langkah setan! Sesungguhnya ia musuh yang nyata bagimu." (TQS Al-Baqarah [2]: 208).
Ketakwaan dibentuk dengan membina setiap individu dengan Islam, menciptakan suasana saling nasehat menasehati di tengah masyarakat, dan tentunya adanya aturan Islam yang diterapkan oleh penguasa atau negara. Dengan demikian maka rahmat bagi seluruh alam akan mampu kita rasakan.
Allah SWT berfirman, "Kami menurunkan Al-Qur'an agar menjadi obat dan rahmat bagi kaum Mukmin. Tidaklah bertambah bagi kaum yang zalim itu selain kerugian." (TQS al-Isra’ [17]: 82).
Oleh: Noor Dewi Mudzalifah
Pegiat Literasi
0 Komentar