Topswara.com -- Berita kontroversi yang sedang ramai menjadi buah bibir di kalangan para pejabat tidaklah patas dan juga tidak patut dicontoh oleh seorang pemimpin apa lagi sedang berlangsungnya rapat sungguh sangat disayangkan sekali.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI P.M diduga kembali mematikan mikrofon atau mik anggota dewan saat menyampaikan interupsi pada Rapat Paripurna Masa Sidang V 2022-2023, Selasa, 24 Mei 2022 kemarin.
Terkait hal ini, Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPR RI, Indra Iskandar memastikan, insiden matinya mikrofon anggota DPR Fraksi PKS Amin AK saat rapat paripurna kemarin, bukan hal yang disengaja oleh P.M.
Indra menjelaskan, mikrofon yang biasa digunakan untuk anggota DPR RI di Ruang Sidang Paripurna, Gedung Nusantara I, memang diatur otomatis untuk mati setelah menyala selama lima menit.
“Jadi setelah dipencet, mik akan menyala, untuk kemudian akan mati secara otomatis setelah lima menit,” kata Indra dalam keterangan tertulis, Jakarta,Rabu (liputan6.com.25/5/2022).
Sebagian masyarakat menilai kalau apa yang di lakukan oleh P.M tidaklah pantas apa lagi kalau ia sendiri adalah pemimpin pada rapat dan pantaskah seorang pemimpin melakukan hal seperti itu karena semua sikap dan perbuatannya di contoh dan ditiru oleh bawahannya kalau pemimpinnya saja seperti ini bagaimana bawahnya.
Sebaiknya pemimpin itu memberikan contoh yang terbaik bagi bawahan apa lagi ia melakukan itu pada saat sidang sedang berlangsung, bagaimana jika ada wakil rakyat yang ingin menyampaikan aspirasi rakyat bukankah itu akan menggangu kinerjanya karena menyebabkan permasalahan yang harusnya disampaikan menjadi tertunda karena sikap pemimpin seperti ini.
Ini bukti dari rusaknya sistem kapitalis hanya menjadikan seseorang menghamba pada jabatannya ia sudah tak memiliki rasa malu atas sikapnya sebagai pemimpin yang bertindak sesuka hatinya dan malah justru sebaliknya merasa bangga dengan perbuatan yang merugikan orang lain.
Seharusnya orang seperti ini tidak layak duduk di sana menjadi wakil rakyat karena hanya akan mempersulit hidup rakyat dengan keadaan seperti ini tentu pada akhirnya rakyat kembali yang menjadi korban.
Karena sikap dan cara berpikir kapitalis hanya mementingkan kepentingan pribadi saja tanpa memikirkan orang lain, yang ada hanya bagaimana cara mendapatkan kekayaan sebanyak-banyaknya dan mempertahankan jabatannya .
Sebaik-baiknya pemimpin adalah yang memberikan contoh terbaik bagi bawahnya dan juga rakyatnya, mengutamakan kepentingan rakyat jadi tugasnya sekarang ini berkerja untuk memberikan kesejahteraan pada rakyatnya bukan bikin gaduh dan sensasi dengan sikap dan perbuatannya yang tak sesuai dengan syariah Islam dan tak patut di contoh.
Disilah bukti sistem kapitalis hanya melahirkan pemimpin bukan seorang pelindung atau perisai umat yang dapat mengayomi, melindungi, menjaga dan mengasihi antara sesama tanpa membedakan atasan dengan bawahan dan juga tujuannya yang paling utama adalah untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat .
يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي، وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا، فَلَا تَظَالَمُوا
“Hamba-Ku, sungguh Aku telah mengharamkan kezaliman atas Diri-Ku dan Aku pun telah mengharamkan kezaliman itu atas kalian. Karena itu janganlah kalian saling menzalimi.” (HR Muslim).
Jika di dalam Islam pemimpin akan menjaga setiap perbuatannya karena ia tau semuanya akan dimintai pertanggung jawaban kelak oleh Allah SWT, maka ia akan menjaga agar setiap sikap dan perilakunya sesuai dengan hukum dan syariat Islam.
Umat Islam adalah umat terbaik yang sejatinya senantiasa melakukan amar makruf nahi mungkar, jangan sampai pujian dari Allah SWT ini hilang dengan sikap kita yang berdiam diri terhadap kezaliman. Khususnya kezaliman yang dilakukan para pemimpin. Apakah kita rela jika Allah SWT akan mendatangkan siksa dan bencana disebabkan sikap kita yang membisu bahkan ridha terhadap segala kemungkaran? Tumbangkanlah kezaliman! Ubahlah segala bentuk kemungkaran menuju tegaknya hukum dan syariah Islam.
Allahu a'lam bish-shawab
Oleh: Ermawati
Pemerhati Umat
0 Komentar