Topswara.com -- Sebelum masuk Islam, ia sosok perempuan yang terkenal dengan kecerdasannya, kepandaiannya dan menguasai banyak ilmu. Di saat kaum perempuannya tidak bisa membaca dan menulis, ia lebih dulu bisa membaca dan mahir dalam menulis. Ia pun waktu itu dikenal memiliki ilmu kedokteran dan sebagai ahli ruqyah juga.
Setelah masuk Islam, ia mengabdikan dirinya menjadi guru perempuan pertama dalam sejarah Islam. Oleh karenanya ia memiliki keistimewaan di sisi Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
Dengan penuh kesabaran, ia mengajari kaum Muslimah membaca dan menulis serta mengajarkan Islam. Ia termasuk salah satu sahabiyah yang memiliki pengetahuan, keimanan dan ketakwaan yang tinggi. Sungguh, kecerdasan dan kepandaiannya didedikasikannya hanya untuk Islam saja.
Dialah Asy-Syifa binti Abdillah al-Adawiyah, dengan nama asalnya Laila. Nama lengkapnya Laila binti Abdullah bin Abdi Syams bin Khalaf bin Sadad bin Abdullah bin Qirath bin Razah bin Adi bin Kaab al-Qurasyiyyah al-Adawiyah ini berasal dari suku Quraisy al-Adawiyah. Namun, ia lebih dikenal dengan panggilan Asy-Syifa yang artinya perawat. Karena ia memiliki ilmu untuk merawat orang sakit, yakni ilmu kedokteran dan kejiwaan.
Istri Abu Hathmah bin Ghanim Al-Qurasyi Al-Adawi ini masuk Islamnya sebelum Rasulullah hijrah dan ia termasuk wanita Muhajirin pertama yang langsung membaiat Rasulullah SAW dan turut berhijrah ke Madinah.
Asy-Syifa juga termasuk perempuan yang disebutkan dalam firman Allah Qur'an surah al-Mumtahanah ayat 12 yang artinya, “Wahai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk berbaiat bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu pun dengan Allah, tidak akan mencuri, tidak berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka, dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang makruf, maka terimalah baiat mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”
Di Madinah pun, Asy-Syifa langsung mengajari para Muslimah membaca dan menulis sampai mahir, sehingga berkat kegigihan dan kesabarannya para Muslimah pun jadi pintar. Selain menjadi guru, ia pun menguasai ilmu pengobatan dan ruqyah, maka dalam waktu bersamaan Asy-Syifa itu sebagai guru dan sebagai dokter juga.
Di saat tak banyak dari kalangan sahabat atau pun sahabiyah yang menguasai pengobatan, Asy-Syifa menjadi salah satu orang yang menguasai kecerdasan dalam ilmu kedokteran yakni tentang pengobatan ruqyah. Dengan pengobatan ruqyah ini, atas seizin Allah SWT, segala penyakit dapat ia sembuhkan salah satunya penyakit eksim, keracunan akibat sengatan binatang dan sakit mata.
Sebenarnya, menurut penuturan Ibnu Qayyim, Asy-Syifa mulai melakukan ruqyah sejak zaman jahiliyah terutama penyakit eksim. Saat ikut hijrah ke Madinah kemudian bertemu Rasulullah SAW, ia pun hendak menunjukkan keahliannya itu kepada Rasulullah agar diberi izin seraya berkata, “Wahai Rasulullah, aku biasa meruqyah sejak zaman Jahiliah untuk mengobati penyakit eksim, dan kini aku hendak menunjukkannya kepada engkau.” Kemudian Asy-Syifa menunjukkan kemampuannya kepada Rasulullah SAW dalam meruqyah. Saat meruqyah, Asy-Syifa berkata, “Dengan nama Allah, sesat sehingga kembali dari mulutnya dan tidak mengganggu seseorang. Ya Allah, hilangkan kesulitan, wahai Rabb sekalian manusia.” Akhirnya Rasulullah SAW memberi izin.
Sejak saat itu, ia menjadi guru dan ahli pengobatan di zaman Rasulullah SAW. Hafshah binti Umar bin Khathab, istri Rasulullah pun turut menjadi salah satu muridnya. Sebagaimana yang telah diriwayatkan dalam sebuah hadis, Rasulullah meminta kepada Asy-Syifa untuk mengajarkan kepada Hafshah menulis dan sebagian ruqyah (pengobatan dengan doa-doa). Asy-Syifa berkata, “Suatu ketika Rasulullah masuk sedangkan saya berada di samping Hafshah, beliau bersabda: Mengapa tidak engkau ajarkan kepadanya ruqyah sebagaimana engkau ajarkan kepadanya menulis” (HR Abu Daud).
Rasulullah SAW pun memberi perhatian kepada keahlian dan kemampuan Asy-Syifa. Beliau memberi Asy-Syifa sebuah rumah khusus di Madinah yang berdekatan dengan para penderita penyakit gatal, agar Asy Syifa bisa mengobati mereka dengan cepat. Asy-Syifa menempati rumah tersebut bersama anaknya, Sulaiman.
Ternyata, saat Umar bin Khattab menjadi khalifah, Asy-Syifa diberi keistimwaan yang luar biasa di mata sang khalifah. Bahkan, Amirul Mukminin Umar bin Khathtab sangat mendahulukan pendapat Asy-Syifa, memuji kecerdasan dan ide-idenya, serta kerap menerima pendapatnya. Ia pun diberi kepercayaan untuk menjadi qadhi hisbah di pasar Madinah.
Dari interaksi tersebut, Asy-Syifa juga meriwayatkan beberapa hadits dari Umar bin Khattab. Ia juga menjadi perawi hadits dari Rasulullah SAW sembari mempelajari ilmu keagamaan pada Rasulullah SAW. Beberapa orang ikut meriwayatkan hadis yang berasal darinya, seperti anaknya Sulaiman bin Abu Khaitsumah, kedua cucunya (Abu Bakar dan Utsman), Abu Ishaq, dan Hafshah Ummul Mukminin. Sementara Abu Daud juga meriwayatkan hadits yang berasal dari periwayatannya.
Itulah kiprah Asy-Syifa binti Abdillah al-Adawiyah, sahabiyah pertama yang multitalenta dan semuanya didedikasikan hanya untuk kejayaan Islam semata. Ia pun tutup usia pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, tepatnya sekitar tahun 20 Hijriah.[]Berbagai sumber
Oleh: Siti Aisyah, S.Sos.
Koordinator Kepenulisan Komunitas Muslimah Menulis Depok
Sumber: TintaSiyasi.com
0 Komentar