Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ahli Fiqih Islam Jelaskan Perkara Mati Syahid

Topswara.com -- Ahli Fiqih Islam K.H. Muh. Shiddiq Al Jawi, menjelaskan perkara seputar mati syahid.

"Pokok bahasan mati syahid mencakup pengertian mati syahid, macam-macam mati syahid, hukum seputar mati syahid dan keutamaannya," bebernya kepada TintaSiyasi.com, Sabtu (18/06/2022).

Ia menjelaskan dua pengertian mati syahid. Pertama, di dalam kitab As Siyasah Al Syar'iyyah juz II halaman 1199 bab Al Jihad wa Al Qital, pengertian syahid adalah setiap orang yang terbunuh atau mati di jalan Allah, dalam peperangan melawan kaum kuffar.

"Kedua, pengertian jihad di dalam Al Mu'jamul Wasith juz II halaman 497 adalah setiap orang yang terbunuh (mati) di jalan Allah. Artinya orang yang mati di jalan Allah di luar peperangan, misal karena tenggelam, karena tertimpa bangunan, dan sebagainya," terangnya.

Macam-Macam Syahid

Ustaz Shiddiq, sapaan akrabnya, ini menjabarkan macam-macam mati syahid yaitu syahid akhirat, syahid dunia, serta syahid dunia dan akhirat.

"Pertama, syahid akhirat adalah orang yang mati di jalan Allah di luar perang. Sebagaimana disebutkan dalam hadis-hadis Nabi Muhammad SAW, mendapatkan pahala syahid di akhirat. Di dunia wajib dimandikan, dikafani dan dishalatkan," terangnya. 

Mengenai syahid akhirat, ia mengutip pendapat Imam Taqiyuddin An Nabhani di dalam kitab As Syakhshiyyah Al Islamiyyah, Juz II halaman 165. Di sana ditulis:

Yang dimaksud dengan kesyahidan mereka ini (syahid akhirat) semuanya (misalnya orang yang mati terkena tha'un, sakit diare, tenggelam, dan sebagainya), bahwa mereka itu di akhirat mendapat pahala para syuhada. Adapun di dunia mereka itu wajib dimandikan dan dishalatkan. 

"Diriwayatkan dari Bukhari dan Muslim bahwa Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: Ada seorang laki-laki yang berjalan di suatu jalan, dia menemukan ranting berduri di atas jalan lalu dia singkirkan, maka Allah berterima kasih kepadanya. Syuhada itu ada lima, al math'un, al mabthun, al ghariq, shahibul hadam, dan syahid di jalan Allah Azza wa Jalla (di luar perang)," jelas dia.

Selain itu, disebutkan olehnya dalil dari hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad, Rasulullah bersabda:

"'Siapakah yang kamu anggap orang syahid di tengah kamu?' Mereka (para sahabat) menjawab, 'Wahai Rasulullah, orang yang terbunuh di jalan Allah (dalam perang) maka dia adalah syahid.' 'Kalau begitu, syuhada di tengah umatku akan sedikit.' Mereka bertanya, 'lalu siapa itu para syuhada wahai Rasulullah?' Rasulullah SAW bersabda, 'orang yang terbunuh di jalan Allah maka dia syahid, orang yang mati di jalan Allah maka dia syahid, orang yang mati karena tha'uun maka dia syahid, orang yang mati karena penyakit perut maka dia syahid.' Ibnu Miqsam berkata, 'aku bersaksi atas ayahku mengenai hadis ini, orang yang tenggelam juga syahid,'" tandasnya. 

Orang-orang yang mempertahankan atau membela diri, disebutnya juga termasuk syahid akhirat. Sebagaimana sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Dawud berikut:

Barangsiapa terbunuh karena membela hartanya maka dia syahid, dan barangsiapa terbunuh karena membela keluarganya atau membela darahnya atau membela agamanya maka dia syahid.

"Termasuk syahid akhirat, orang yang terbunuh karena mempertahankan sesuatu yang dizalimi darinya, sesuai sabda Nabi SAW: 'Barangsiapa terbunuh karena mempertahankan sesuatu yang didzalimi darinya maka ia adalah syahid.' Hadis ini diriwayatkan oleh An Nasai, menurut Al Albani hadis ini shahih," tuturnya.

Bahkan, lanjutnya, wanita yang meninggal dalam kondisi di perutnya ada janin atau meninggal ketika melahirkan atau meninggal setelah melahirkan, yaitu pada masa nifasnya adalah syahid akhirat.

Ia mengutip sabda Nabi Muhammad SAW riwayat Abu Dawud no 3111, "orang yang mati syahid ada tujuh selain selain yang mati di jalan Allah (dalam perang):
_1. Orang yang mati karena tha'uun maka dia syahid,_ 
_2. Orang yang mati karena tenggelam maka dia syahid,_ 
_3. Orang yang mempunyai penyakit shahibu dzat al janb (infeksi lambung) maka dia syahid,_ 
_4. Orang yang mati karena penyakit perut maka dia syahid,_ 
_5. Orang yang mati karena kebakaran maka dia syahid,_ 
_6. Orang yang mati karena ditimpa bangunan, maka dia syahid,_ 
_7. Perempuan yang mati meninggal dalam kondisi di perutnya ada janin maka dia syahid."_

Syahid akhirat, imbuhnya, juga bisa didapatkan oleh orang yang mati dibunuh oleh penguasa zalim ketika menegakkan amar makruf nahi munkar kepada penguasa zalim tersebut. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

Pemimpin para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthallib, dan seorang laki-laki yang berdiri di hadapan pemimpin yang zalim, lalu dia menegakkan amar makruf nahi munkar kepada pemimpin zalim itu, kemudian dia dibunuh oleh pemimpin zalim itu. (HR. Al Hakim, Al Mustadrak, juz III halaman 215, hadis ini shahih menurut Al Albani). 

"Kedua, syahid dunia adalah orang yang mati di jalan Allah dalam perang. Namun tidak mendapatkan pahala syahid yang sempurna di akhirat. Karena berperang dengan riya', demi ghanimah saja, dan sebagainya.Di dunia tidak dimandikan, tidak dikafani dan boleh dishalatkan ataupun tidak dishalatkan," terang dia.

Didalam kitab Al Syakhshiyyah Al Islamiyyah juz II halaman 166 kata ahli fiqih, Taqiyuddin An Nabhani menulis:

"Adapun syahid dunia (tanpa akhirat), adalah orang yang mengambil hukum syahid hukum syahid di dunia dari segi tidak dimandikan dan tidak dishalatkan. Bahkan dikuburkan dengan pakaiannya, tetapi di akhirat tidak mengambil pahala syuhada yang berperang agar kalimat Allah SWT yang tertinggi," kutipnya. 

"Ketiga, syahid dunia dan akhirat adalah orang yang mati di jalan Allah dalam perang dan mendapatkan pahala syahid yang sempurna di akhirat. Di dunia jenazahnya tidak dimandikan, tidak dikafani dan tidak dishalatkan," sambung ustaz.

Ahli Fiqih Islam menyampaikan pendapat  Taqiyuddin An Nabhani di dalam kitab As Syakhshiyyah Al Islamiyyah juz II halaman 167. "Adapun syahid dunia dan akhirat, adalah orang yang berperang melawan kaum Kuffar untuk meninggikan kalimat Allah dan terbunuh dalam peperangan antara kaum Muslim dan kaum Kuffar.  Baik perang itu terjadi di negeri-negeri perang maupun di negeri-negeri kaum Muslim," ujarnya.

Keutamaan syahid dunia dan akhirat, disebutkannya sesuai firman Allah SWT di dalam Q.S Ali Imran 169, yang artinya:

"Janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Bahkan mereka itu hid up di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki."

Masruq pernah bertanya kepada Abdullah bin Mas'ud RA mengenai ayat tersebut, maka berkatalah Abdullah bin Mas'ud RA : "Sesungguhnya kami pernah menanyakan hal itu (kepada Nabi SAW), maka Nabi bersabda, 'ruh-ruh para syuhada itu berada di dalam tembolok burung hijau. Baginya ada lentera-lentera yang tergantung pada Arsy. Mereka (bersama burung) terbang ke mana saja di surga sekehendak mereka, kemudian singgah pada lentera-lentera itu'."

Penghalang Syuhada

Dijelaskan oleh Ustaz Shiddiq beberapa penghalang syuhada masuk ke surga. Di antaranya adalah utang, sikap takabbur, dan harta haram. 

Utang yang belum mereka bayar menurutnya bisa menjadikan sebagian arwah syuhada tertahan di pintu surga. Ia menukil sabda Nabi SAW dari Abdullah bin Jahsyi RA, bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW lalu berkata, "Wahai Rasulullah, apa yang menjadi hakku jika aku terbunuh di jalan Allah?" Rasulullah SAW menjawab, "surga." Ketika laki-laki itu pergi, Rasulullah SAW bersabda, "Kecuali kamu punya yutang, jibril memberi tahu aku barusan." (HR. Ahmad)

"Dalam hadis lain juga disebutkan bahwa utang merupakan salah satu penghalang masuk surga. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Muslim no 1886. Dari Abdullah bin Amr bin Al Aash bahwa Rasulullah SAW bersabda, akan diampuni orang yang mati syahid untuk tiap-tiap dosanya, kecuali hutang," terangnya.

Dari Abdullah bin Jahsy, imbuhnya, dia berkata Rasulullah SAW bersabda, "Demi Allah yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, kalau saja seseorang terbunuh di jalan Allah, lalu dia dihidupkan lagi (di hari kiamat) sedang dia masih punya utang. Maka dia tidak akan masuk surga, hingga dia melunasi utangnya," nukilnya dari hadis riwayat Al Hakim no 2212.

Penghalang masuk surga berikutnya, terang Ustaz Shidduq adalah sikap takabbur dan harta haram. Pada HR Al Hakim no 2214 disebutkan bahwa dari Tsauban RA, dia berkata, Rasulullah SAW pernah bersabda,

"Barangsiapa yang mati sedang dia terlepas dari tiga perkara, yaitu kesombongan, harta yang haram (ghuluul) dan hutang maka dia masuk surga," bebernya. 

Kesamaan

Kesamaan syahid dunia dan syahid dunia akhirat adalah tidak dimandikan dan tidak dikafani. Hal itu dijelaskan pada sabda Nabi mengenai orang-orang yang terbunuh dalam perang Uhud. "Janganlah kamu memandikan mereka, karena setiap luka atau setiap darah yang keluar akan menjadi misik (minyak wangi merah) pada hari Kiamat, dan Nabi SAW tidak menyalatkan mereka," kutipnya dari Musnad Ahmad, juz III halaman 299, hadis tersebut diriwayatkan oleh Ahmad.

"Nabi pernah menyalatkan sepuluh orang yang terbunuh dalam perang Uhud," imbuhnya. 

Hal itu menunjukkan bahwa syahid dunia dan syahid dunia akhirat boleh dishalatkan.

"Imam Thahawi telah meriwayatkan hadis dalam Syarah Al Ma'ani, dari Ibnu Zubair dengan isnad hasan, bahwa Rasulullah SAW telah didatangkan kepada beliau sembilan jenazah dan Hamzah yang kesepuluh, lalu Rasulullah SAW menyalatkan mereka (orang-orang yang terbunuh dalam perang Uhud)," tutupnya. [] Heni
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar