Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Silaturahmi Politik Menyemai “Cinta” di Atas Kepentingan

Topswara.com -- Silaturahmi sejatinya bertujuan untuk menyambung tali persaudaraan antara sesama Muslim serta dilakukan kapan dan di mana saja.  Namun, fakta yang terjadi pada saat ini, sering kali para petinggi lembaga menjadikan silaturahmi sebagai ajang kumpul-kumpul yang katanya untuk membahas masalah umat. Namun pada akhirnya solusi yang dihasilkan pun bersifat parsial dan terkesan hanya menguntungkan pihak mereka saja.  

Hal ini akan terus berulang dalam sistem saat ini, karena sistem diatur oleh pemikiran manusia, bukan hukum Allah SWT. Jika hukum Allah SWT yang diterapkan, insya Allah kemaslahatan umat menjadi tujuan utama para pemimpin lembaga.  Karena bukan materi yang menjadi prioritas, tetapi semata-mata mengharap rida Allah SWT.

Momen hari raya Idulfitri 1443 H menjadi ajang bagi para politikus untuk bersilaturahmi lebaran.  Kegiatan bernuansa politik berbalut silaturahmi mulai dari hari H hingga masa libur lebaran dimanfaatkan untuk saling berkunjung. Meski ada kegiatan yang dinilai tidak bernuansa politik, tetap ada saja pihak-pihak yang menggunakan simbol-simbol yang mengarah kepada persiapan meunju Pemilu 2024.

Dalam pantauan Tirto, sejak 10 hari terakhir Ramadhan hingga Kamis (5/5/2022) malam, setidaknya ada dua tokoh yang rajin tampil di muka publik.  Keduanya termasuk kandidat kuat calon presiden 2024 di beberapa hasil survei, yakni Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto dan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Di hari pertama Idulfitri, Prabowo mengunjungi Presiden Joko Widodo di istana kepresidenan Yogyakarta. Presiden mengatakan mereka berbincang-bincang tetapi hal-hal yang ringan-ringan. Bukan politik maupun ekonomi. Mereka hanya membahas masalah yang ringan, karena yang penting adalah silaturahmi dan saling bermaafan-maafan

Di hari yang sama, Prabowo mengunjungi kediaman Presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri. Ia pun disambut Megawati bersama tokoh senior PDIP seperti Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto dan mantan Sekjen PDIP, Tjahjo Kumolo.

Senada itu Dosen Komunikasi Politik Universitas Pandjajaran, Kunto Adi Wibowo juga menilai langkah aktif dipublik, terutama saat momen mudik dan Idulfitri karena ingin meningkatkan elektabilitas.

Kunto menjelaskan sejak 2022 sampai paling tidak 13 September 2023 yang merupakan hari terakhir pendaftaran maka kandidat-kandidat ini akan terus aktif berkegiatan. Terutama jika tidak diganggu dengan isu tiga periode penundaan pemilu dan isu-isu yang tidak penting penting lainnya. Mereka akan berusaha menggenjot elektabitas mereka.

Politik Islam Prioritaskan Kerja Nyata tanpa “Embel-embel” Silaturahim

Berbeda dengan fakta saat ini. Ketika sistem Islam masih tegak, para pemimpin Islam melakukan silaturrahim dengan rakyatnya kapan saja dan di mana saja.  Misalnya saat Khalifah Umar bin Khattab memilih melihat langsung kondisi rakyatnya, hingga memikul sendiri gandum untuk rakyatnya yang kelaparan. Dirinya pernah berkata, bahwa dirinya adalah sejelek-sejelek kepala negara apabila dirinya  kenyang sementara rakyatnya kelaparan.

Begitu pula dengan Khalifah Umar bin Abdul Aziz terpilih karena kesalehannya dan memilih untuk hidup sederhana ketika menjadi khalifah. Beliau juga dikenal sebagai pemimpin yang dermawan.  Sebelum menjadi khalifah, beliau adalah seorang pengusaha kaya raya, tepatnya sifat amanahnya sebagai pedagang yang membuatnya menjadi pengusaha sukses.

Kedua pemimpin ini tidak menjadwalkan silaturahmi ke rakyatnya atau pun para pembesar suku. Karena silaturahmi selalu dilakukan setiap hari sekaligus memastikan tidak ada rakyatnya yang hidup kekurangan. Mereka sadar menjadi seorang pemimpin merupakan amanah yang tidak mudah karena akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak.

Abdullah bin Umar mengatakan, Rasulullah SAW berkata: “Ketahuilah bahwa setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap dari kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang pemimpin umat manusia adalah pemimpin bagi mereka dan ia bertanggungjawab dengan kepemimpinannya atas mereka” 

Selain itu dalam Islam diingatkan sangat penting menjaga silaturahmi tanpa maksud tertentu. Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan ingin dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia bersilaturahmi” (HR Bukhari)

Rasulullah SAW juga bersabda:" Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia menyambungi tali silaturahmi,” (HR Abu Hurairah).

Silaturrahim merupakan ajaran Islam, karena menyambung tali silaturrahim sama dengan menegakkan Islam. Allah SWT berfirman dalam QS An- Nisa : 1 yang artinya: ”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri dan dari padanya Allah menciptakan isterinya ; dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namaNya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”.

Jika sistem Islam kembali tegak, tentunya makna silaturahim sesungguhnya akan terwujud. Bukannya silaturahim saat ini dengan beragam “embel-embel” dan tujuannya. Wallahu’alam bishawab.


Oleh: Ulfah Sari Sakti, S.Pi.
(Jurnalis Muslimah Kendari)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar