Topswara.com -- Naik-naik kepuncak gunung, tinggi tinggi sekali…
kiri kanan kulihat saja banyak kebutuhan pada naik…
Hidup di sistem kapitalis tidak seindah lagu anak-anak yang pernah populer di masanya seperti halnya berita yang dilansir dari cnnindonesia.com. Juru Bicara Ikatan Pengusaha Kerupuk DKI Jakarta Kemah Mahmud mengaku terpaksa menaikkan harga kerupuk karena terjepit mahalnya harga minyak goreng. Akibatnya, biaya produksi naik 100 persen.
Lumrah ketika minyak goreng menjadi booming sebab kenaikan harganya, kerupuk ikut naik pula. Dan dikatakan bahwa tidak hanya minyak goreng yang harganya melambung, tahu dan tempe, daging sapi, daging ayam, cabai, bawang merah, hingga gula.
Masih dari sumber yang sama, Direktur Eksekutif Core Indonesia Muhammad Faisal memprediksi inflasi RI bakal melonjak di level 5 persen, jauh lebih tinggi dari prediksi pemerintah. "Kalau Pertalite dan gas LPG 3 kg naik, bisa jadi (inflasi) setinggi 5 persen dan yang kita tidak bisa prediksi adalah expected inflation. Ekspektasi inflasi yang bisa melebihi riil inflasinya sendiri," jelas dia, Selasa (19/4).
Semua mengalami kenaikan, dan itu terjadi bersusulan mulai dari naiknya harga sembako hingga naiknya harga pajak, mulai dari beli sayur di depan rumah sampai bepergian ke bank di siang hari. Ada saja kenaikan harga yang sering dirasa.
Bahkan reaksi yang kemudian timbul ternyata adalah protesnya para mahasiswa terkait berbagai hal. Tidak sedikit berkaitan dengan hal ekonomi serupa atau hingga meminta perubahan kepemimpinan.
Dipikir ringan pun, di bulan Ramadhan, ataupun dua bulan sebelumnya-yang juga mulia. Setiap orang layak merasakan ketenangan dalam batin sanubari mereka. Namun, banyak keluarga yang harus mencari sumbangan takjil dulu untuk berbuka. Menjelajah aplikasi drive hingga membayar sembarang orang untuk i'tikaf di masjid idaman.
Demikian pengaturan tidak benar tentang segala hal yang berujung masalah duit tak kunjung usai. Terus menyempurnakan lingkaran setan di bulan Ramadhan. Sebab, di bawah batang ada akar yang merambat. Membuat terasa sekali posisi nafsu yang menggantikan setan di bulan suci. Dan berakhir berjual beli barang haram hingga berjudi.
Ironisnya sebagian orang Indonesia tidak henti mengikuti kepuasan hal-hal duniawi. Harus ke mall meski diwajibkan vaksin dan segala fasilitasnya. Atau sama sekali tidak mau repot asal menjalani ibadah puasa dengan tenang dirumah sendiri (kalau bisa).
Memang, semakin tabu bila penduduk istana masih saja memalak rakyat, atau dengan sarana yang hanya menguntungkan rakyat sementara. Carut marutnya permasalahan ini termasuk didalamnya naiknya seluruh harga disebabkan penerapan sistem kapitalisme sekuler yang bertolak jauh berbeda dengan sistem Islam. Dalam sistem islam segala permasalahan ada penyelesaian secara paripurna.
Oleh karenanya, penguasa jibayah tidak dibenarkan dalam Islam. Yakni pemimpin pemalak. Yang dengan setiap langkahnya memudahkan segelintir orang tapi merugikan sisanya.
Hanya penguasaan ri'ayah yang sah dan mampu memakmurkan sabang sampai merauke, bahkan hingga kutub utara. Yakni penguasa yang mengayomi rakyatnya tanpa pamrih. Sebab hanya Allah SWT yang ditakuti oleh pemilik jabatan penguasaan riayah.
Serupa Umar bin Khattab RA yang dengan lapang dadanya mendatangi rumah seorang warga dari kejauhan hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan satu keluarga kecil.
Bersama aslam karyawan beliau, bergegas menuju rumah yang diketahuinya memasak sup batu. Maka dia kembali untuk menghantar kebutuhan pangan dengan memikulnya sendiri.
Syekh Maulana Muhammad Zakariya Al Khandahlawi, dalam kitabnya yang berjudul Fadhilah Amal menerangkan, saling berlomba dalam amal shaleh dan kebaikan sangat baik dan disukai.
Yuk! Hadirkan penguasa ri'ayah di negeri para bedebah.
Oleh: Annisa Sabikha A.
(Anggota Ikatan Pelajar Penerus Peradaban)
0 Komentar