Topswara.com -- Akhir-akhir ini ibu-ibu semakin pusing memikirkan kebutuhan pokok akibat harga barang pokok tahu dan tempe, daging sapi, daging ayam, cabai, bawang merah, naik semua. Bahkan kenaikan harga ini sampai menyentuh kerupuk kaleng.
Ikatan pengusaha kerupuk DKI Jakarta mengatakan harga kerupuk kaleng eceran di ibu kota, akan naik dari harga Rp 1000. menjadi Rp 2000 per buah mulai 6 Mei 2022.
Juru bicara Ikatan Pengusaha Kerupuk DKI Jakarta Kemal Mahmud mengatakan terpaksa menaikan harga kerupuk karena mahalnya minyak goreng. Akibatnya harga produksi naik 100 persen.
Selain kerupuk berbagai bahan pangan, mulai dari minyak goreng, hingga gulapun kompak mengalami kenaikan. Belum lagi harga energi mulai dari BBM dan harga LPG non subsidi naik menjadi Rp15000 per/kg sejak Februari lalu, CNN Jakarta.
Sudah jelas dirasakan selama pandemi bahwa kondisi ekonomi negeri ini mengalami kenaikan kemiskinan dikarenakan berbagai kebutuhan pokok naik, langka, dan semakin parah lapangan kerja semakin sulit didapatkan.
Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah mulai dari pengadaan bansos dari pusat dan sampai daerah untuk membantu masyarakat yang tertimpa pandemi Covid-19. Ditambah lonjakan harga pangan terjadi ketika masyarakat yang belum bisa keluar dari kemiskinan nasional tercatat 9,72 persen menurut Badan Pendataan Statistik (BPS). Dengankata lain, jumlah penduduk miskin bertambah 1,72 juta orang dibanding periode yang sama pada 2019.
Kondisi seperti ini tidak bisa terlepas dari kebijakan yang di terapkan di negeri ini, yaitu penerapan sistem Ekonomi Kapitalisme. Dalam sistem ekonomi kapitalisme hanya menguntungkan segelintir orang.
Berbagai permasalahan yang terjadi hari ini harus dikembalikan ke Islam. Islam bukan hanya agama saja namun juga mabda. Yang mananya mabda harus diemban. Islam bukan hanya mengatur ibadah ritual namun segala kehidupan ini diatur oleh Islam. Termasuk dalam sistem ekonomi.
Bagaimana keunggulan sistem Ekonomi Islam dalam menuntaskan kemiskinan sistematik yang diakibatkan penerapan sistem ekonomi Kapitalisme?
Sistem ekonomi Islam bertumpu pada distribusi sumber daya kekayaan dan pemuas kebutuhan manusia, berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis bertumpu pada kelangkaan atau keterbatasan alat pemuas.
Distribusi diatur oleh syariat, diantaranya konsep kepemilikan yang meliputi kepemilikan indivudu, kepemilikan mayarakat dan kepemilikan negara. Pengaturan kepemilikannya terkait sebab dan tata cara dalam kepemilikan harta tersebut. Mekanismenya seperti mengkonsumsi barang, zakat, infak, sedekah, termasuk mekanisme oleh negara kepada yang tidak mampu.
Yang sangat berbeda dengan sistem kapitalis kepemilikan individu/swasta dan kepemilikan negara, yang dominan kepemelikan idividu atau swasta.
Pengembangan harta dan Investasi diharamkan riba, spekulasi gharar, maysir, transaksi barang haram dan menimbul harta. Islam sangat fokus dalam sektor riil, hutang tidak berbasis riba dengan metode sirkah dan negara memijamkan kepada yang membutuhkan. Sebaliknya dalam sistem kapitalisme memenerapkan riba dan berbasis non riil.
Terkait mata uang yang diterapkan sistem ekonomi Islam berbasis emas dan perak atau dinar dan dirham memiliki nilai ekstrinsik dan instrinsik yang sama, sangat berbeda degan sistem ekonomi kapitalis menggunakan uang kertas nilai mata uang ekstrinsik dan instrinsik berbeda tidak stabil.
Ukuran keberhasilan ekonomi Islam adalah tercapainya kesejahteran individu masyarakat, terpenuhinya kebutuhan vital, seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, keamanan dan kebutuhan sekunder dan tersier dijamin negara.
Oleh karena itu sudah terbukti rusaknya sistem Ekonomi kapitalisme saat ini, berbeda dengan sistem ekonomi Islam sejak 13000 tahun yang lalu pada masa kenabian sammpai kekhilafahan Usmaniyyah diterapkan sestem Ekonomi Islam, yang memberikan dampak kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat di dunia pada saat itu.
Wallahu ‘alam bi ash shawwab.
Kania Kurniaty
Aktivis Ashsabul Abrar Kayumanis Bogor
0 Komentar