Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

G4y Happy? Dampak Nyata Kerusakan Hidup Akibat Liberalisme


Topswara.com -- Irrasional. Tidak layak. Berbahaya. Sederet ungkapan yang sebenarnya masih halus untuk menggambarkan rusaknya kiblat kehidupan generasi millennial. Betapa tidak! Kini, kemaksiatan dianggap sesuatu yang lucu dan menghibur karena bisa jadi bahan candaan. Sementara kebenaran dinilai sebagai pembawa pusing dan memberatkan hidup. 

Terlelebih di zaman internet sekarang. Jika ingin terkenal dari dunia maya, tidak perlu mengeluarkan biaya sangat mahal untuk membentuk even organizer membesarkan dan memperkenalkan diri ke khalayak. Cukup unggap melalui aplikasi yang banyak digunakan manusia, seperti TikTok, Facebook, Twitter, Podcast, YouTube atau Instagram. Bukankah artis-artis terbitan aplikasi tersebut sudah banyak? 

Selain itu, konten adalah penentu layak viral atau tidak. Maka tidak heran, jika beragam aplikasi dunia maya memiliki konten-konten viral yang mayoritas jauh dari kata layak dan bermutu. Ironisnya, itulah yang banyak digemari oleh pegiat dunia maya dan diamalkan ke dunia nyata.

Seperti konten cara berjoget, merusak rumah tangga orang, dan sebagainya. Termasuk perilaku gay atau homoseksual. Meskipun ada banyak juga yang bermanfaat dan ladang pahala, sayangnya terlihat masih kurang diminati.

Seperti kasus yang kini sedang ramai dibincangkan oleh nitizen terkait artis TikTok yang diberi panggung oleh sesesorang yang juga terkenal namanya di dunia entertainment. Artis tersebut mengundang pasangan gay di acara bincang podcastnya dengan judul yang sangat kontroversial. “Tutorial Jadi G4y di Indo!, Kami happy loh..,” begitulah  judul video Podcastnya. 

Artis TikTok yang memiliki perilaku menyimpang tersebut dikabarkan mantap menikah dengan pasangan sesama jenisnya dari Jerman. Sungguh menjijikkan bukan? Terlebih judul video itu terkesan memiliki intrik ajakan untuk membiasakan perilaku menyimpang soal homoseksual dan sejenisnya. Naudzubillah min zalik. 

Sungguh sangat disayangkan. Acara yang notabene banyak penggemar dan penontonnya jadi ajang unfaedah. Bahkan jadi panggung yang mempertontonkan dan bisa diartikan mengajak pada kemunkaran. Tidak selayaknya perilaku menyimpang gay atau homoseksual dipublikasikan dengan judul yang kontroversial. Seolah-olah ada ajakan bagi penonton agar memaklumi keberadaan pasangan menyimpang tersebut. 

Ditambah, presenter acara adalah seorang muallaf yang sejatinya harus bellajar Islam dengan benar. Bukan hanya sekedar ganti keyakinan, tetapi masih dengan perilaku yang jauh dari nilai-nilai syariat. Sebagai sosok yang mengaku telah menjadi Muslim, harusnya menyadari bahwa perilaku seks menyimpang adalah dosa besar dan ditolak bukan malah diberi panggung.

Memang benar, pasangan menyimpang seperti artis TikTok tersebut bukanlah satu-satunya yang ada di Indonesia apalagi di dunia. Ia hanya kebetulan diundang dan terkenal dari TikTok. Sementara yang tidak viral, banyak lagi di belakang layar. Bayangkan, jika ada panggung yang siap menampilkan mereka untuk memberikan pemikiran-pemikiran busuk dan sampah yang akan didengar oleh ribuan bahkan jutaan manusia di negeri ini. Rusak dan merusak sekali bukan?

Lalu, mengapa perilaku seks menyimpang mendapatkan panggung dan dijadikan idola baru? Jawabannya adalah karena negeri ini mengadospi sekulerisme yang melahirkan kebebasan alias liberalisme dalam bertingkah laku. Ideologi ini diadopsi dari Barat. Sehingga budaya liberal yang diagungkan oleh Barat menjadi trend dan dianggap modern oleh dunia tidak terkecuali negeri-negeri Muslim seperti Indonesia. 

Munculnya pasangan menyimpang adalah dampak dan bukti penerapan idelogi sekuler yang liberal. Akibatnya, kehancuran hidup dan kerusakan generasi semakin tidak terbendung. Belum lagi peran negara yang justru memfasilitasi kebebasan dan menganggapnya sebagai hak warga negara. Dengan kata lain, negara mandul dan absen dalam memberangus perilaku menyimpang. 

Jika demikian adanya, maka tidak heran dengan kehidupan generasi hari ini yang jungkir balik. Pengarusan  opini yang salah dikemas menjadi layak diterima dan bahkan dibela. Sementara yang benar (haq) dianggap suatu kejahatan jika didakwahkan. 

Tidak ada perbedaan pendapat dikalangan ulama klasik maupun kontemporer dengan keharaman dan kemaksiatan kaum gay/homoseksual. Sebab Allah SWT sudah memberikan dalil yang qad’i (pasti) atas keharaman perilaku bahkan sanksi yang diberikan bagi pelakunya.  Perbuatan tidak manusiawi, bahkan hewan pun belum pernah melakukannya. Lalu, kenapa manusia yang diberi akal tidak memikirkannya? 

Setiap manusia, siapapun dia tentu ingin kebaikan hidup dunia hingga akhirat. Fitrahnya manusia ingin tunduk kepada kebenaran tidak dapat dibunuh. Hanya saja, ketika fitrah itu tidak diarahkan dengan pemikiran yang benar, ia bisa menyimpang. Apalagi ditambah kondisi dan lingkungan sekitar turut mendukung  untuk rusak bahkan sengaja dirusak. Meskipun mereka yang menyimpang mengaku happy menjalaninya, jauh di lubuk hati mereka merasakan kegelisahan yang terus memuncak dan dihantui rasa bersalah. 

Oleh karena itu, akar masalah penyimpangan seksual yang utama adalah pemikiran sekuler liberal yang tengah melanda dunia khususnya negeri ini. Sudah saatnya semua menyadari bahwa gaya hidup liberal adalah malapetaka yang jika terus diadopsi sama dengan siap menerima azab-azab Allah azza wajala. 

Stop berikan panggung untuk kemaksiatan. Ajaklah yang menyimpang pada kebenaran, dan terus memperjuangkan kebenaran (Islam) hingga tegak kembali sebagai satu-satunya solusi untuk menyapu bersih segala perilaku sampah dan busuk. Wallahu a’lam bissawab.


Oleh: Nahdoh Fikriyyah Islam
Mutiara Umat Institute
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar