Topswara.com -- Belakangan ini istilah endorse atau dalam bahasa Inggrisnya endorsement sangat sering digunakan. Apalagi dalam aktivitas dunia medsos. Hal ini berhubungan dengan pemasaran sebuah produk atau layanan jasa. Atau yang dulu dikenal dengan periklanan.
Dimana ada aktivitas saling menguntungkan antara pihak yang mempromosikan dan pihak penyewa jasa. Penawaran atau promosi barang dan jasa yang dilakukan ada keuntungan masing-masing yang diterima.
Endorsement adalah iklan atau promosi, yang menggunakan tokoh atau selebriti terkenal. Yang memiliki pengakuan, kepercayaan, rasa hormat, dan sebagainya dari banyak orang. Makna orang terkenal kini makin meluas, mereka yang popular di media sosial. Memiliki “julukan-julukan” masing-masing. (Kompas.com. 23/20.2021).
Artinya daya jual tokoh yang mengendorse akan menjadi pilihan tersendiri untuk mempromosikan suatu barang dan jasa. Semakin populer tokohnya akan semakin meyakinkan promonya. Bisa juga dilakoni oleh semuah lembaga atau institusi.
Jika ingin menaikkan nilai penjualan barang dan jasa maka memilih jasa endorse ini sudah tepat. Hal ini juga berlaku terkait ide atau pemikiran. Seseorang yang memiliki banyak pengikut sangat potensial jika menampilkan dia mengemban atau menganut ide tersebut. Menunjukkan dia setuju bahkan sepemahaman dengan ide yang dimaksud.
Tidak masalah jika hanya sebatas endorse barang dan jasa yang tujuannya untuk menaikkan nilai penjualan. Atau terkait ide pemikiran yang sesuai dengan aturan Allah. Tetapi bagaimana jika hal ini justrus untuk mempublikasikan pemahaman yang salah di tengah-tengah masyarakat. Tentu akan sangat berdampak buruk pada masyarakat. Dengan tokoh atau institusi yang berpengaruh akan mempengaruhi pemahaman masyarakat. Akan mengikut ide pemikiran yang salah.
Sipilis (Sekulerisma, Pluralisme dan Liberalisme)
Sipilis (Sekulerisma, Pluralisme dan Liberalisme) adalah pemikiran yang batil. Sekulerisme memahami pemisahan agama dari kehidupan, atau Bahasa lainnya tidak ada campur tangan agama dalam pengaturaan hidup. Setiap orang boleh menganut apa apapun, tetapi untuk pengaturan dalam kehidupan yang dipakai adalah aturan buatan manusia. Tidak diperkenankan memakai aturan apapun dari agama.
Secara etimologi, pluralisme Agama berasal dari dua kata, yaitu “pluralisme” dan “agama”. Dalam bahasa Arab diterjemahkan al-ta‟addudiyyah al-diniyyah dan dalam bahasa Inggris religious pluralism. Menurut kamus Bahasa Inggris, Pluralism berarti jaman atau lebih dari satu. Jadi pluralisme agama adalah kondisi hidup bersama (koeksistensi) antar agama (dalam arti luas), yang berbeda-beda dalam satu komunitas dengan tetap mempertahankan ciri-ciri spesifik atau ajaran masing-masing agama. (Aravik Havis, 2015). Sehingga bisa diartikan bahwa pluralism adalah pemahaman yang menyatakan semua agama benar dan sama.
Liberalism sendiri adalah ide turunan dari sekulerisme. Dimana adanya jaminan kebebasan bagi setiap individu. Dalam berpikir, berbicara, bertingkah laku dan sebagainya. Semua diusung oleh penganutnya, dengan dalih kebebasan adalah hak paling mendasar yang dimiliki oleh setiap manusia.
Ide-ide dan pemikiran ini seluruhnya batil dan bertentangan dengan islam. Dimana dalam islam satu-satunya yang berhak menetapkan hukum adalah Allah SWT sebagai pencipta yang maha pengatur.
Tidak akan diserahkan pengaturan hidup kepada manusia. Kemudian keyakinan sebagai satu-satunya din yang Allah ridhoi, tidak bisa disamakan dengan agama atau milah yang lainnya. Dan kebebasan manusia haruslah senatiasa terikat pada hukum Allah. Bukan berbuat sesukanya yang justru akan menyengsarakan manusia.
Endorse Sipilis Oleh Negara
Terkait pemahaman yang batil diatas yaitu sipilis (sekulerisme, pluralisme, liberalisme), sudah seharusnya bersama-sama kaum muslim untuk tidak mengikutinya. Apalagi kemudian mempropagandakannya kepada pihak lain. Namun pada hari ini, justru negara yang melakukan aktivitas endorsement pemikiran batil ini.
Makin hari tampak semakin banyak saja kejadian yang menunjukkan adanya peran negara yang seolah secara sengaja mempromosikan pemikiran-pemikiran batil ini. Berikut beberapa diantaranya yang belakangan mengisi headline pemberitaan.
Praktik Klenik Proyek IKN
Diera digital saat ini, justru masih kita dapati praktik kelenik berbalut modernisasi. Bahkan dalam pembukaan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) yang baru. Bagaimana tidak dikatakan praktik klenik dimana apa yang ditampilkan justru mengedepankan irasionalitas. Dan justru dilakukan oleh orang nomor satu di negara ini.
Praktik menyatukan air dan tanah yang berasal dari 34 wilayah Propinsi di Indonesia sebanyak 1 liter air dan 2 kilogram tanah di dalam 1 kendi, yang disebut kendi Nusantara yang terbuat dari tembaga. Yang nantinya akan disimpan di titik nol IKN. Bukankah ini bertentangan dengan rasionalitas dan pemikiran politik?
Dimana mempercayai dengan membawa tanah dan air dari tempat yang berbeda akan membawa kemakmuran pada tanah yang baru dibuka.
Jikapun katanya simbolisasi menyatukan masyarakat Indonesia dalam satu Ibu Kota Negara. Maka tentu bukan seperti ini caranya. Ada cara-cara yang lebih rasional dan masuk akal, seperti apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Ketika menyatukan kaum-kaum yang ada di Madinah. Yaitu dengan mempersaudarakan kaun Ansahar dan Muhajirin dengan ikatan aqidah Islam. Ikatan yang paling kuat dan justru akan saling menolong. Bukankah ini secara mendasar sudah dimiliki oleh rakyat Indonesia? Sebagai mayoritas umat muslim sudah seharusnya menjalankan aturan kehidupan sesuai perintah Allah.
Termasuk dalam memulai setiap proyek atau cita-cita dengan melibatkan Allah di dalamnya, maka keberkahan akan diperoleh.
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al A’raf : 96)
Pawang Hujan Mandalika
Tidak berbeda jauh dengan praktik klenik IKN. Baru-baru ini bahkan menyita perhatian dunia, bisa dikatakan Indonesia mengendorse seorang pawing hujan. Nauzubillah, alasan logis apa yang bisa katakana untuk hal ini? Ketika Sirkuit Mandalika akan mengadakan balapan, hujan kemudian turun.
Tidak masalah seharusnya, bukankah hujan adalah bagian dari rahmat Allah. Tapi mengapa justru disikapi seolah disikapi sebagai sebuah keburukan, bahkan dihadapi dengan hal yang lebih buruk lagi.
Tampak kemudian seorang wanita berjalan mengitari sirkuit sambal mengetuk singing bowl, menujukkan pada dunia betapa irasionalnya negara penyelenggara MotoGP saat ini. Menggelitik akal sehat bukan? Betul kemudian hujan berhenti, tapi yakinlah kita ini bukan karena kekuatan pawing hujan. Melainkan sudah durasinya, hal yang sama disampaikan pihak BMKG.
Keberkahan apa lagi yang kita harapkan jika aktivitas sudah sangat bias ditampilkan di negeri ini. Bahkan oleh para penguasanya.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa : 48)
Nikah Beda Agama
Endorsement kebatilan masih berlanjut dilakukan di negara ini. Sebelumnya sudah sangat banyak pembahasan terkait larangan nikah beda agama di Indonesia. Bahkan secara konstitusi atau hukum perundangan di Indonesia melarang hal ini.
Sekretaris Jendral Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amirsyah Tambunan menjelaskan bahwa pernikahan yang sah harus sesuai agama dan keyakinannya masing-masing. Ketentuan itu berdasarkan Undang-undang (UU) Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. “Dalam aturan itu disebutkan dalam satu pasal perkawinan sah itu menurut agama dan keyakinan masing-masing.
Artinya perkawinan itu memang perkawinan yang dikonotasikan secara tegas dan jelas berbeda agama tidak dibolehkan, harus dengan seagama sesuai keyakinan," kata Amirsyah kepada pewarta di Kantor MUI, Jakarta, Jumat (www.cnnindonesia.com Jumat 18/03/2022).
Apalagi jika dilihat dari pandangan Islam, hal tentu sangat bertentangan atau diharapakan. Menikah dipandang sebagai bentuk ibadah, bagaimana mungkin bisa dilakukan dengan orang yang berbeda aqidahnya. Bukannya mendapat keberkahan justru akan dilaknat Allah SWT.
Sebelum kasus staf khusus presiden ini pun, sebelumnya sudah banyak juga yang melakukan pernikahan beda agama. Palagi ini dihadiri oleh kepala negara orang nomor satu di negeri ini, seolah merestui dan membenarkan pernikahan terlarang ini.
Dan hal-hal semacam ini (endorsement kebatilan-red) masih terus akan berlanjut selama tidak ada sistem Islam yang diterapkan. Orang-orang akan semakin membenarkannya. Sehingga satu-satunya yang mampu menghempang ide pemikiran yang rusak ini hanya dengan mewujudakan system Islam di tengah-tengah umat.
Wallahua`lam bishawab
0 Komentar