Presiden Joko Widodo telah meneken Tunjangan Hari rlRaya (THR) untuk seluruh aparatur sipil negara (ASN). Akan tetapi besarannya dianggap terlalu kecil karena tunjangan kinerja tidak masuk hitungan.
Anggota Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Byarwati mengatakan bahwa kondisi ini cukup mengkhawatirkan karena akan memengaruhi daya beli pegawai negeri sipil (PNS). Hal ini disebabkan tunjangan kinerja sangat besar peranannya dalam komponen gaji keseluruhan (take home pay) PNS.
“Tunjangan kinerja yang diakumulasi dengan THR, idealnya berdampak pada lonjakan konsumsi rumah tangga,” katanya melalui pesan instan kepada wartawan, Senin Jakarta (Bisnis.com, 3/5/2021).
Tunjangan Hari Raya (THR ) yang di berikan pemerintah belum dapat mensejahterakan rakyat, karena kebutuhan yang semakin tinggi dan uang THR yang di berikan tidak mencukupi semua kebutuhan rakyat. Di tambah rakyat juga akan merayakan hari Hari Raya Idulfitri jadi banyak pengeluaran, tunjangan ini belum sesuai kebutuhan hidup rakyat selain itu harga pangan yang serba naik. Jika pemerintah memberikan Tunjangan Hari Raya( THR ) tidak penuh, berarti keputusan pemerintah selalu saja tidak berpihak pada rakyat. Ini membuktikan kalau pemerintah memang abai dan kurang peduli dengan kehidupan rakyatnya. Seharusnya pemerintah lebih tahu dan paham jika keadaan terus seperti ini, berdampak buruk terhadap kehidupan rakyat dan juga sistem jual beli yang ada di dalam kehidupan karena menyangkut semua sektor.
Contohnya seperti kegiatan jual beli, akibatnya melemah karena rakyat tidak mampu untuk membeli dan rakyat lebih menekan pengeluaran. bagaimana masyarakat kita bisa bangkit dan maju, dari keterpurukan ekonomi ini. Belum lagi para usaha rumahan juga yang kesulitan dikarenakan penurunan dalam pembelian, pada akhirnya ini semua menjadi beban rakyat lagi .
Islam sangat memuliakan pemimpin yang adil. Dalam hadis Nabi disebutkan bahwa Allah Ta'ala memasukkan pemimpin adil sebagai salah satu dari tujuh golongan manusia yang akan dinaungi-Nya pada Hari Kiamat .
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ:الإِمَامُ العَادِلُ
"...Ada tujuh golongan manusia yang akan Allah naungi dalam naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan selain naungan-Nya, yaitu: pemimpin yang adil ." (Muttafaq 'Alaih).
Pertanyaannya, siapakah pemimpin yang adil itu? Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan tentang pemimpin yang adil :
وأحسن ما فسر به العادل أنه الذي يتبع أمر الله بوضع كل شيء في موضعه من غير إفراط ولا تفريط
"Tafsir terbaik tentang pemimpin yang adil adalah orang yang mengikuti perintah Allah 'Azza wa Jalla dengan meletakkan segala sesuatu pada tempatnya tanpa berlebihan dan menguranginya."
Islam adalah agama yang sempurna, yang mengatur setiap sendi kehidupan manusia. Lebih-lebih berkaitan dengan masalah yang sangat besar, yaitu hubungan antara rakyat dengan pemimpin mereka. Islam telah mengatur, apa saja hak para pemimpin yang wajib ditunaikan oleh rakyat. Sebaliknya, apa saja kewajiban pemimpin yang harus ditunaikan kepada rakyat yang dipimpinnya. Itulah pentingnya kenapa umat Islam harus mempunyai pemimpin yang mengerti dan paham tentang hukum dan syariat Islam, karena dari pemimpin seperti inilah Islam secara kaffah dapat diterapkan di semua lapisan kehidupan.
Wallahu a'lam bishawab
Oleh: Ermawati
(Pemerhati Umat dan Pendakwah Ideologis)
0 Komentar