Topswara.com -- Pernahkah anda sakit? Ketika kita mengalami sakit meskipun sekedar flu atau masuk angin biasa misalnya, rasanya tentu tidak karuan, bukan? Pusing tujuh keliling, kepala cekot-cekot, badan meriang, panas dingin, nafas sesak, pokoknya sangat tidak mengenakkan.
Untuk mengobatinya biasanya kita cukup dengan istirahat, makan yang bergizi serta minum obat atau ramuan tradisional. Insyaa Allaah dalam beberapa hari akan terjadi perbaikan. Namun ketika sakit yang datang lebih berat lagi, misalnya terjadi gangguan sistem pencernaan atau GERD, maka tidak cukup sekedar istirahat untuk mengobatinya. Dibutuhkan dokter atau tabib ahli dan telah memiliki pengalaman yang cukup dalam mengobati penyakit tersebut, karena kondisi penyakit sudah kronis, yaitu melibatkan salah satu sistem metabolisme tubuh kita.
Penyakit dalam tubuh itu seperti kemungkaran. Rasulullah SAW memberi kita panduan ketika melihat kemungkaran yang terjadi disekitar kita. Aktivitas taghyir (merubah) kemungkaran bisa dilakukan dengan kekuasaan, dengan lisan maupun dengan ketidak setujuan. Hal tersebut bisa kita lakukan seorang diri apabila kemungkaran masih dalam kondisi akut dan terjadi pada ranah personal sehingga bisa dirubah secara perseorangan.
Namun demikian ketika kemungkaran sudah kronis, yaitu terjadi pada seluruh aspek kehidupan maka untuk mengubahnya tidak bisa dilakukan secara perseorangan. Upaya umat Islam untuk mengubah kemungkaran jenis ini harus dilakukan secara sistematis, terukur, terstruktur dan terkoordinir dalam sebuah gerak berjamaah.
Sesungguhnya kemungkaran secara sistemik akibat diterapkannya sistem buatan manusia ini memang tidak sesuai dengan fitrah penciptaannya. Manusia normal akan senantiasa mencari kebenaran, sehingga ketika ada kemungkaran hal yang paling alami yang terpikirkan adalah mengubahnya agar menjadi situasi yang menurutnya benar.
Oleh karena itu, standar kebenaran normatif yang menjadi tujuan dari perubahan adalah standar yang ditetapkan oleh Tuhan seru sekalian alam, bukan standar kebenaran masing-masing personal. Karena selain subjektif, manusia memiliki sifat bawaan yaitu selalu ingin mendapatkan keuntungan pada setiap keadaan. Maka sesungguhnya pandangannya tentang kebenaran itu adalah pandangan yang mewakili keuntungan pribadinya.
Apalagi ketika yang menjadi objek perubahan adalah sebuah tatanan sosial, maka sudah sudah selayaknya sebuah pergerakan untuk merubahnya memahami betul bahwa struktur yang menyusun pribadi seorang manusia berbeda dengan struktur yang menyusun masyarakatnya. Apabila salah dalam mendeferensiasikanya, sangat mungkin terjadi salah penanganan yang pada akhirnya tidak akan terjadi sebuah perubahan seperti yang diinginkan.
Masyarakat tersusun dari pemikiran, perasaan dan aturan kehidupan yang dengannya sekumpulan manusia berinteraksi secara terus menerus dalam sebuah wilayah teritorial. Maka untuk memperbaiki masyarakat diperlukan perbaikan konsep hidupnya, standar senang dan tidaknya, serta aturan yang diterapkan sebagai rambu-rambu benar atau salahnya sebuah perbuatan.
Perubahan masyarakat dimulai dari perubahan pola pikirnya tentang darimana dia berasal, untuk apa dia hidup, dan akan kemana setelah kematian. Ini akan menjadi patokan bagi mereka dalam menyelesaikan persoalan hidup yang sesuai dengan tujuannya. Selanjutnya akan membentuk perasaan dan kecenderungan mereka sehingga mereka bersepakat untuk menerapkannya secara formal sebagai aturan kehidupan menggantikan sistem rusak yang penuh kemungkaran.
Inilah upaya yang secara empiris terbukti berhasil memperbaiki masyarakat yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam mendirikan masyarakat Islam. Oleh karena itu diperlukan metode perubahan yang bersih dan murni serta memiliki legal standing didalam Al-Qur'an dan Sunnah. Yaitu dakwah politis yang dilakukan oleh jama'ah dakwah yang memiliki pengalaman dalam medan perjuangan pemikiran serta menjalankannya secara terukur, terstruktur dan terkoordinir.
Ngomong-ngomong tentang penyakit kronis, memang lebih baik urusannya diserahkan kepada ahlinya saja. Tentu ahli pengobatan yang betul-betul ahli dalam bidangnya, tidak melanggar hukum syari'at, serta menggunakan metode yang memiliki sanad keilmuan yang jelas. Salam sehat dan tetap semangat!
Wallahu a'lam bishshawwab
Oleh: Trisyuono Donapaste
Aktivis Penggerak Perubahan
0 Komentar