Pertanyaannya, mengapa masalah ini bisa muncul di banyak tempat yang berbeda baik dari aspek sejarah, budaya, etnis, maupun agamanya? Bila ditelusuri akar masalahnya, maka persoalan ini tidak bisa dilepaskan dari masifnya pengunaan media sosial sejak 20 tahun terakhir. Diskusi atau perdebatan berbagai masalah yang melibatkan komunitas lintas etnis, agama, lintas wilayah, bahkan lintas negara, telah meningkatkan emosi publik. Secara teoritis masalah ini disebut sebagai populisme yang dipicu dan dipacu oleh sentimen primordial yang bersumber dari perbedaan etnis, suku, ras, ataupun agama, yang di Indonesia lazim disebut dengan istilah SARA. (rmol.id, 2/10/20).
Persoalan ini kemudian menimbulkan letupan sosial dalam berbagai bentuknya seperti pembakaran Al- Qur'an, penghancuran masjid, sampai pada pembunuhan orang-orang yang sedang melakukan ibadah di masjid, karena dieksploitasi oleh para politisi. Tabiat para politisi di manapun dari partai apapun, dari dulu sampai sekarang ternyata tidak pernah berubah. Mereka pada umumnya mengidap penyakit "rabun jauh", dalam pengertian demi kepentingan jangka pendek mengabaikan konsekuensi jangka panjang, dan demi kepentingan diri sendiri atau kelompok kemudian rela mengorbankan kepentingan bersama.
Hal ini sebenarnya tidak hanya terjadi di negara-negara dengan mayoritas agama non-Muslim seperti di Eropa, Amerika, Australia, New Zealand, Myanmar, India, dan Israel, akan tetapi dalam bentuk yang berbeda juga terjadi di negara-negara Muslim seperti Turki, dan dalam kadar tertentu terjadi juga di Indonesia.
Partai-partai tertentu dan politisi tertentu juga mengeksploitasi simbol-simbol Islam dan memggunakan narasi Islam untuk mendapatkan dukungan politik komunitas Muslim. Bagi umat Islam tentu tidak mudah membedakannya, mana yang ikhlas dan mana yang culas.
Pertanyaannya kemudian, bagaimana mengatasinya? Tentu tidak mudah karena substansi masalahnya sangat kompleks, menyangkut tingkat pendidikan dan kematangan masyarakat dalam berpolitik, juga begitu banyaknya hoaks yang dikemas sangat ilmiah. Tidak jarang juga menggunakan ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis.
Karena itu, diperlukan ide besar dan kerja keras banyak pihak, serta kesabaran yang diikuti dengan indurensi, sehingga kita tidak mudah lelah ataupun menyerah menghadapi berbagi tantangan betapapun beratnya. Bila masalah ini terus berkembang, maka semua pihak tentu akan ikut menanggung rugi karena hilangnya rasa aman dan menurunnya sikap toleran masyarakat. rmol.id (2/10/20).
Dari penjelasan di atas dapat kita ambil bahwa semua in terjadi akibat adanya penerapan sistem kapitalisme dan gencarnya mereka dalam menghembuskan isu terorisme sehingga banyak yang membenci Islam apalagi melihat kejadian di atas semakin menyayahat hati, membuat terluka dan sedih. Kalau solusinya hanya individu saja atau mengandalkan OKI tidak akan pernah selesai justru sebaliknya musuh akan semakin kuat. Sebab mereka masih tunduk dan patuh pada negara kafir penjajah yang sudah jelas musuh nyata yang harus diperangi. Mereka juga menganggap bahwa memboikot juga bisa menjadi solusi dari masalah yang terjadi di dunia yang minoritas Islam bahkan yang negerinya sudah lama terjajah seperti Palestina.
Butuhnya solusi tuntas dan hakiki dalam mengatasi permasalah ini sampai ke akarnya, terlebih ini nyawa saudara Muslim yang harus dijaga, dihormati dan dilindungi maka kita butuh adanya orang yang berjuang agar Islam bisa diterapkan secara kaffah dan menginginkan satu perasaan, pemikiran dan peraturan yaitu Islam tegak dimuka bumi ini. Terlebih di negara yang minoritas Muslim.
Realita ini seharusnya makin menyadarkan kita bahwa umat ini memang tidak pantas terus berharap kepada para kafir penjajah seperti: Amerika, Rusia, Israel dan lain-lain.
Semua akan berakhir bahagia jika kita mengambil aturan Islam sebagai solusi.
Karena hanya khilafah yang bisa membebaskan masyarakat dari ketidakadilan akibat penerapan sistem kapitalisme. Diskriminasi terhadap Muslim, ras, suku, warna kulit, budaya bahkan agama akan bisa teratasi dengan Islam yang diterapkan secara kaffah.
Bahkan penguasa Muslim pada hari ini hanya bisa mengencam tanpa bertindak untuk menolong saudara Muslim kita.angat beda ketika ada Muhammad Al-Fatih, Salahuddin Al-Ayyubi pada sejarah Islam dibebaskan dan kembali menang serta merdeka secara hakiki tanpa ada diskriminasi terhadap umat non Islam karena mereka tunduk pada aturan Islam.
Wahai kaum Muslim, mari kita jadi pejuang untuk kembali tegaknya Islam di muka bumi ini terutama di tanah Syam dan negeri Muslim lainnya, agar episode panjang penderitaan dari kaum Muslim akibat islamophobia bisa segera berakhir dengan cepat. Selalu berdoa di setiap selesai shalat, mengaji, dan yakin bahwa ketaatan kita bukan untuk diri sendiri namu, berjamaah saling mengingatkan dalam perkara hak dan batil.
Wallahu a'lam bishawwab
Oleh: Yafi’ah Nurul Salsabila
(Alumni IPRIJA Dan Akrtivis Dakwah)
0 Komentar