Oleh : Annatsa Fahimatun Nada
(Sahabat Topswara)
Topswara.com-- Kini harga-harga kebutuhan pokok di Indonesia tengah melambung tinggi. Mulai dari harga minyak goreng yang naik 2 kali lipat, naiknya harga pertalite hingga lebih dari 3k pernah liter, gula, gandum, pupuk, listrik dll. Selain itu subsidi yang diberikan kepada masyarakat juga terus menurun. Seperti dihapusnya BBM premium. Dan penderitaan itu masih ditambah dengan naiknya berbagai macam pajak di Indonesia seperti naiknya PPN dari 10% ke 11% meski 'hanya' naik,1% ini berhasil menaikkan harga motor hingga jutaan rupiah. Dan ini masih ditambah dengan rencana kenaikan gas LPG, listrik, pertalite dll.
Meskipun harga-harga banyak yang naik, kemiskinan meningkat dan kesenjangan sosial meningkat, ada sebagian orang yang menganggap fenomena ini adalah hal yang wajar. Karena menganggap ini adalah fenomena yang wajar dan normal maka mereka pun juga tidak akan tergerak untuk melakukan perubahan.
Pemikiran seperti itu terbentuk karena masyarakat sudah terbiasa diabaikan dan tidak di urus oleh pemerintah. Sehingga mereka terbiasa hidup sengsara,terbiasa melihat kemiskinan, terbiasa melihat orang kelaparan dan bahkan terbiasa melihat kejahatan yang merebak di masyarakat. Karena terbiasa itulah mereka menganggap kerusakan yang ada dalam negeri adalah suatu kewajaran dan tidak mungkin untuk dihilangkan, karena memang seperti itulah dunia ini berjalan.
Orang-orang seperti itu biasanya tidak memperdulikan orang lain dan hanya mementingkan diri sendiri. Kenapa demikian? Karena meskipun mereka melihat kezaliman dan kerusakan di depan mata mereka akan diam. Mereka tidak akan peduli berapa banyak orang yang menderita atau bahkan hingga meninggal dikarenakan zalimnya sistem pemerintahan saat ini. Yang terpenting adalah mereka bekerja dan hidup enak. Ada orang yang kelaparan dan membutuhkan bantuan itu adalah urusan mereka.
Mungkin ada beberapa orang yang merasa kasihan tapi tidak membantu, ada juga yang berfikiran salah sendiri terlahir miskin, atau kalau mau makan ya kerja (tanpa melihat situasi saat ini dimana pendidikan dan lapangan pekerjaan hanya dapat diakses oleh orang-orang tertentu). Pemikiran dan sikap seperti ini tentu tidak dapat dibenarkan apalagi sampai dimiliki oleh seorang muslim. Mengapa demikian?
"Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam." (HR. Muslim).
Jadi sangat wajar apabila kita melihat saudara kita sedang kesulitan kita juga akan bereaksi dan membantu. Karena sama halnya dengan tubuh kita, apabila ada salah satu bagian tubuh kita sakit maka anggota tubuh lain akan bereaksi dan segera mencari obatnya.
Lalu apabila melihat kemungkaran maka kita tidak boleh diam saja seperti dalam hadist :
"Jika di antara kamu melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tanganmu, dan jika kamu tidak cukup kuat untuk melakukannya, maka gunakanlah lisan, namun jika kamu masih tidak cukup kuat, maka ingkarilah dengan hatimu karena itu adalah selemah-lemahnya iman." (HR Muslim)
Maka sebagai seorang Muslim apabila melihat sesuatu kezaliman yang menyimpang dari hukum Allah SWT maka tidak boleh kita diam saja. Karena dengan diamnya kita akan membuat kezaliman semakin merajalela dan kewajiban kita sebagai seorang muslim untuk mengingatkan juga belum terlaksana. Kita harus selalu menyuarakan kebenaran apabila terjadi sesuatu yang menyimpang dari Islam, baik itu dilakukan oleh rakyat biasa maupun pejabat pemerintahan.
0 Komentar