Topswara.com -- Aksi mahasiswa 11 April 2022 di Jakarta, Dosen Online Universitas Online (Uniol) 4.0 Diponorogo, Prof. Dr. Suteki, S.H., M.Hum. dan Puspita Satyawati, S.Sos. mengungkapkan lima strategi mengokohkan peran mahasiswa sebagai leader of change.
"Publik tentu berharap gerakan mahasiswa menjadi garda terdepan menyuarakan kebenaran dan keadilan. Tak hanya sebagai agent of change, merekalah the leader of change. Setidaknya ada lima strategi memperkokoh peran mereka," tulis keduanya dalam materi kuliah online Uniol 4.0 Diponorogo "Gerakan Mahasiswa: Jadilah Leader Perubahan, Bukan Dealer Kekuasaan" di grup WhatsApp, Sabtu (9/4/2022).
Prof. Suteki menyampaikan strategi pertama yaitu turut mendorong negara menciptakan good law.
"Hukum terbaik tentu berasal dari yang Maha Terbaik dan Maha Sempurna yaitu Allah SWT. Kita harus membuat hukum yang sumbernya lex devina. Bagi umat Islam, tentu Al-Qur’an, Al-Hadis, ditambah ijtihad ulama," ulasnya.
Selain itu, menurutnya harus mencari sumber hukum terbaik. Bukan buatan manusia yang kebenarannya tidak pasti. Terlebih hukum saat ini bersumber dari warisan penjajah, karakter hukumnya menindas dan sangat represif.
"Hukum semacam ini harus diganti. Jika tidak, sistem hukum begini terus. Akan semakin membuat sengsara. Memperpanjang penderitaan, bukan memperpendek penderitaan rakyat," imbuhnya.
Kedua, Prof. Suteki berharap mahasiswa berani andil menghentikan industri hukum.
Ia mengingatkan, aparat penegak hukum (APH) dan aspek legal culture harus mengutamakan kebenaran dan keadilan. Pengadilan ibarat benteng terakhir mencari keduanya.
"Pengadilan tidak boleh menjadi ajang gladiator untuk searching the winner and the loser. Hakimnya harus beriman, berkarakter vigilante (berani), dan memiliki braveness (berjiwa pejuang)," harapnya.
Adapun ketiga, Puspita menerangkan mahasiswa mesti memiliki semboyan hidup: “Live oppressed or rise up against (hidup tertindas atau bangkit melawan).”
"Maju tak gentar membela yang benar. Bukan membela yang bayar. Jadilah Anda kelompok yang ditakuti oleh presiden bukan penjilat presiden yang suka sowan-sowan," ujarnya.
Selanjutnya Prof. Suteki memaparkan, keempat, mahasiswa memahami peran pentingnya pada setiap bagian perubahan. Bahkan rakyat membutuhkan kehadiran kepemimpinan mereka di tengah masyarakat dalam porsi lebih besar.
"Selama ini kita mengenal slogan mahasiswa sebagai agent of change. Namun karena tuntutan zaman kian kompleks dan serba cepat, dalam menghadapi permasalahan bangsa saat ini, mereka diharapkan berperan lebih strategis menjadi the leader of change. Tidak hanya mendorong terjadinya perubahan, tapi menentukan arah perubahan itu sendiri," cetusnya.
Kelima, Puspita mendorong mahasiswa menyatukan visi misi pergerakan menuju perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik.
Ia berpesan, mahasiswa hendaknya menyadari bahwa sebaik-baik perubahan berdasar pada kehendak Allah SWT sebagai Sang Pemilik Jagat Raya.
"Perubahan hakiki akan diraih kala perjuangan ditujukan untuk mewujudkan masyarakat berdasar aturan Allah SWT, dengan metode perjuangan sesuai kitab Allah SWT dan jalan juang Rasulullah SAW," paparnya.
Ia mengajak menilik sejarah perubahan masyarakat jahiliyah Arab hingga menjadi bangsa besar yang tak lepas dari perubahan pemikiran mendasar dan menyeluruh tentang kehidupan (akidah).
"Akidah Islam telah mengubah cara berpikir pemuda pragmatis menjadi berpikiran maju dan peka terhadap berbagai kerusakan masyarakat. Merekalah para pemuda Muslim yang sanggup dan berani berpikir out of the box," ungkapnya.
Lebih lanjut Puspita membeberkan, Islam telah mencetak pemuda Quraisy seperti Ali bin Abu Thalib, Arqam bin Abi Arqam, Ja’far bin abu Thalib, dan lain-lain, sebagai agen perubahan bervisi Islam yang memahami peta jalan perubahan hakiki.
"Sungguh, pemuda Muslim hanya meyakini tak akan pernah ada kemuliaan bagi umat manusia tanpa penerapan Islam oleh institusi politik Islam yang syar’i. Inilah visi perubahan yang mesti dimiliki khususnya oleh pergerakan mahasiswa Muslim saat ini," pungkasnya. [] Alfia Purwanti
0 Komentar